Pura Luhur Batukau, Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali menyelenggarakan karya/ritual agung "Pengurip Gumi" (penyucian jagat/semesta) yang puncaknya bertepatan dengan rahina Umanis Dungulan dan Piodalan Agung di pura setempat.

Pewarta Antara di Tabanan, Jumat, melaporkan ritual yang puncaknya pada Kamis (20/2) itu dihadiri ribuan pemedek sejak pagi hingga malam secara silih berganti dengan menggunakan upakara jangkep dengan tingkatan utamaning utama.

"Karya/ritual agung Pengurip Gumi di Pura Luhur Batukau digelar sesuai dengan fungsi Ida Bhetara Batukau sebagai penguasa kehidupan alam semesta, serta melihat kondisi dunia, khususnya jagat nusantara yang sedang tidak seimbang," kata Ketua Panitia I Karya Agung Pengurip Gumi, I Wayan Arya.

Karya/ritual ini sangat disakralkan yang merupakan pewisik atau pewuwus Ida Betara, sehingga harus dilaksanakan sebaik mungkin. Pewisik (Sabda), diterima pada saat Ida Betara yang beristana di Pura Luhur Batukau nepak pedasaran sesaat menjelang nyineb pujawali Ida Betara Batukau.

"Dari situlah diminta agar digelar Karya Agung 'Pengurip Gumi' atau penyucian Jagad. Karya kali ini dipuput oleh sekitar 14 orang Sulinggih, diantaranya Ida Peranda Budha Jelantik Karang dari griya Jelantik Budakeling, Ida Peranda Wayahan Bun griya Sanur Pejeng, Ida Peranda Budha Jelantik Dwaja gria Jelantik Dauh Pasar, Budakeling dan lainnya," katanya.

Baca juga: Wagub-Sekda Bali ikuti persembahyangan ritual "Bhumi Sudha"

Untuk melengkapi rangkaian prosesi karya/ritual Agung Pengurip Gumi juga dipentaskan sejumlah tari wali, seperti tari Baris gede, rejang dewa, gambuh, wayang yadnya, topeng dan lain sebagainya. Pemedek dan para tokoh menyatakan diri untuk ikut "ngayah" dalam pementasan tarian wali tersebut.

"Setelah upacara Pengurip Gumi puput, barulah dilaksanakan piodalan Agung, dimana untuk ritual/karya Pengurip Gumi rangkaiannya, Mapedudus Agung, Pengurip Gumi, Mepeselang, Pengusaban Agung dan Pedanan. Setelah rangkaian ini, Ida Bhetara melinggih ring Bale Sari, lalu kembali munggah ke yoga Katurang Pujawali Agung," katanya.

KMHDI Denpasar
Sementara itu, Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar bekerja sama dengan Ekowisata Mangrove Wanasari, Kampung Kepiting, Kabupaten Badung, mengadakan "KMHDI Beraksi" di Denpasar, Jumat (21/2).

Koordinator KMHDI Beraksi I Komang Adi Sudarta menyatakan tema KMHDI Beraksi yang diambil "Indonesia Bersih Tanpa Sampah Plastik" itu ditandai dengan menanam 150 pohon mangrove serta mengumpulkan empat karung sampah plastik.

Baca juga: PLN Bali tanam ribuan pohon mangrove di Kampung Kepiting

"Tujuan dari KMHDI Beraksi yang digelar PC KMHDI Denpasar sebagai wujud implementasi dari ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan) yaitu Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan) , Palemahan (hubungan manusia dengan alam lingkungan) dan Pawongan (hubungan manusia dengan sesama)," jelasnya.

Ia menambahkan rangkaian kegiatan yaitu sembahyang bersama, lalu penanaman pohon mangrove dan membersihkan sampah terutama sampah plastik dan terakhir dengan mengadakan diskusi santai tentang lingkungan alam di Bali.

"Gerakan Indonesia bersih tanpa sampah plastik ini juga dilaksanakan secara serentak oleh KMHDI di seluruh Indonesia, dengan tagar #Bye2Plastic," katanya.

Senada dengan itu, Ketua PC KMHDI Denpasar Putu Asrinidevy berharap kegiatan ini dapat memicu gerakan yang lebih besar.

"Saya mengharapkan masyarakat juga tergerak untuk menjaga alam lingkungan dengan cara-cara sederhana seperti yang kami lakukan ini dan/atau cara-cara lain yang lebih kreatif lagi, serta kita juga harus bijak menggunakan makanan dan minuman berbahan plastik," katanya.

Pewarta: Pande Yudha

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020