Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya membantah warga negara China berinisial Jin yang dilaporkan terjangkit virus corona (COVID-19) dan sebelumnya sempat melakukan perjalanan ke Pulau Dewata, itu terpapar virus tersebut di Bali.
"Secara teori tidak terpapar di Bali, alasannya dia sudah meninggalkan Bali tanggal 28 Januari, kemudian masuk China. Setelah itu terkena (COVID-19-red) tanggal 5 Februari, artinya delapan hari setelah meninggalkan Bali. Masa inkubasi normal virus itu 3-7 hari," kata dr Suarjaya, di Denpasar, Kamis.
Sedangkan untuk kemungkinan kedua, jikapun dipakai masa inkubasi yang terpanjang atau terlama yakni 14 hari, di Bali hingga saat ini juga belum ada satupun kasus positif COVID-19 itu.
Baca juga: Kominfo temukan 86 hoaks virus corona
"Kalau toh dia (WN China tersebut-red) yang membawa virus dan saat di Bali masih masa inkubasi, mestinya di Bali ada dong kasus. Buktinya sampai sekarang tidak ada kasus dan sekarang sudah hari ke-16, tidak ada yang terkena, Bali masih aman," ucapnya.
Oleh karena itu, lanjut Suarjaya, sangat kecil kemungkinan atau hampir tidak mungkin WN China itu terpapar atau menularkan COVID-19 itu di Pulau Dewata. Selain itu, Jin saat berwisata ke Bali juga tidak pernah menjalani observasi di RSUP Sanglah. WN China itu kemungkinan besar terinfeksi setelah kembali ke negaranya.
Saat ini, pihaknya bekerja sama dengan dengan instansi terkait juga melacak kemana saja yang bersangkutan selama di Bali. "Saat ini sedang dilacak. Di manifest pesawat, ada beberapa orang dengan nama Jin. Masih dilakukan pengecekan oleh teman-teman di lapangan," ujarnya.
Baca juga: 78 WNI di kapal pesiar "Diamond Cruise" dinyatakan sehat
Suarjaya menambahkan, hingga saat ini total sudah 20 pasien yang diobservasi di RSUP Sanglah yang sebelumnya dicurigai atau dikhawatirkan terjangkit virus yang awalnya mewabah di Wuhan China itu.
Namun, berdasarkan hasil observasi maupun hingga pemeriksaan sampel di Balitbangkes Kementerian Kesehatan, sebanyak 18 pasien dinyatakan negatif terjangkit COVID-19, dan dua pasien yang terbaru (1 WN China dan 1 WNI) masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Balitbangkes Kemenkes.
"Sebanyak 14 sampel pasien yang diperiksa sebelumnya, semuanya itu negatif," kata Suarjaya.
Jikapun terjadi kemungkinan yang terburuk ada yang tertular, tambah Suarjaya, Pemerintah Provinsi Bali sudah menyiapkan sejumlah langkah penanganan, diantaranya ada tiga rumah sakit rujukan untuk mengisolasi yakni RSUP Sanglah, RSUD Tabanan dan RS Sanjiwani Gianyar. RS yang lain juga mampu untuk melakukan isolasi.
"Jadi protapnya sudah lengkap, alatnya sudah ada, SDMnya sudah siap. Jadi tidak perlu ada kekhawatiran, andaikata memang terjadi. Tetapi kita semua berharap mudah-mudahan tidak sampai terjadi, kita doakan tidak ada," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Secara teori tidak terpapar di Bali, alasannya dia sudah meninggalkan Bali tanggal 28 Januari, kemudian masuk China. Setelah itu terkena (COVID-19-red) tanggal 5 Februari, artinya delapan hari setelah meninggalkan Bali. Masa inkubasi normal virus itu 3-7 hari," kata dr Suarjaya, di Denpasar, Kamis.
Sedangkan untuk kemungkinan kedua, jikapun dipakai masa inkubasi yang terpanjang atau terlama yakni 14 hari, di Bali hingga saat ini juga belum ada satupun kasus positif COVID-19 itu.
Baca juga: Kominfo temukan 86 hoaks virus corona
"Kalau toh dia (WN China tersebut-red) yang membawa virus dan saat di Bali masih masa inkubasi, mestinya di Bali ada dong kasus. Buktinya sampai sekarang tidak ada kasus dan sekarang sudah hari ke-16, tidak ada yang terkena, Bali masih aman," ucapnya.
Oleh karena itu, lanjut Suarjaya, sangat kecil kemungkinan atau hampir tidak mungkin WN China itu terpapar atau menularkan COVID-19 itu di Pulau Dewata. Selain itu, Jin saat berwisata ke Bali juga tidak pernah menjalani observasi di RSUP Sanglah. WN China itu kemungkinan besar terinfeksi setelah kembali ke negaranya.
Saat ini, pihaknya bekerja sama dengan dengan instansi terkait juga melacak kemana saja yang bersangkutan selama di Bali. "Saat ini sedang dilacak. Di manifest pesawat, ada beberapa orang dengan nama Jin. Masih dilakukan pengecekan oleh teman-teman di lapangan," ujarnya.
Baca juga: 78 WNI di kapal pesiar "Diamond Cruise" dinyatakan sehat
Suarjaya menambahkan, hingga saat ini total sudah 20 pasien yang diobservasi di RSUP Sanglah yang sebelumnya dicurigai atau dikhawatirkan terjangkit virus yang awalnya mewabah di Wuhan China itu.
Namun, berdasarkan hasil observasi maupun hingga pemeriksaan sampel di Balitbangkes Kementerian Kesehatan, sebanyak 18 pasien dinyatakan negatif terjangkit COVID-19, dan dua pasien yang terbaru (1 WN China dan 1 WNI) masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Balitbangkes Kemenkes.
"Sebanyak 14 sampel pasien yang diperiksa sebelumnya, semuanya itu negatif," kata Suarjaya.
Jikapun terjadi kemungkinan yang terburuk ada yang tertular, tambah Suarjaya, Pemerintah Provinsi Bali sudah menyiapkan sejumlah langkah penanganan, diantaranya ada tiga rumah sakit rujukan untuk mengisolasi yakni RSUP Sanglah, RSUD Tabanan dan RS Sanjiwani Gianyar. RS yang lain juga mampu untuk melakukan isolasi.
"Jadi protapnya sudah lengkap, alatnya sudah ada, SDMnya sudah siap. Jadi tidak perlu ada kekhawatiran, andaikata memang terjadi. Tetapi kita semua berharap mudah-mudahan tidak sampai terjadi, kita doakan tidak ada," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020