Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra menegaskan hingga saat ini wisatawan yang positif terjangkit virus corona tidak ada yang terdeteksi sampai masuk ke Pulau Dewata.
"Kami menyayangkan simpang siurnya pemberitaan yang menyebut keberadaan pasien 'suspect' virus corona. Inilah yang harus kita pahami bersama, jangan sembarangan nyebut 'suspect', sebab secara medis untuk menyebut 'suspect' ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi," kata Dewa Indra saat menggelar rapat antisipasi masuknya virus corona di Denpasar, Senin.
Rapat yang dipimpin Sekda Bali tersebut melibatkan unsur kesehatan kabupaten/kota, pariwisata, unsur keamanan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai garda terdepan yang bertugas mendeteksi wisatawan yang masuk ke Bali.
Dewa Indra menambahkan, selain menunjukkan gejala fisik berupa demam, batuk, pilek nyeri tenggorokan dan pneumonia, seorang bisa disebut "suspect" virus corona bila memiliki riwayat ke China atau wilayah atau negara yang terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum timbul gejala.
"Selain itu, yang bersangkutan sempat kontak dengan kasus terkonfirmasi corona atau mengunjungi fasilitas kesehatan di negara infeksi corona telah dilaporkan," ucapnya.
Meskipun hingga saat ini virus baru dengan kode 2019-nCoV belum terdeteksi masuk Bali, namun pihaknya tetap menyiapkan langkah pengendalian dan tata laksana penanganan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan.
Saat ini ada sejumlah rumah sakit rujukan untuk penanganan corona yaitu RSUP Sanglah, RS Sanjiwani Gianyar dan Rumah Sakit Tabanan.
Dewa Indra juga menyampaikan keprihatinan atas kemunculan virus baru yang beberapa pekan terakhir menyita perhatian dunia internasional.
Bagi Bali, kemunculan penyakit ini tak hanya mengkhawatirkan dari sudut pandang kesehatan, namun akan berdampak pula bagi sektor pariwisata. Oleh sebab itu, Dewa Indra menekankan pentingnya optimalisasi upaya pencegahan agar penyakit ini jangan sampai masuk Bali.
"Kita perketat pengawasan di pintu-pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan," ucap mantan Kepala Pelaksana BPBD Bali itu.
Selain itu, ia sangat mengharapkan kerja sama media agar memberitakan kasus ini secara proporsional. Untuk mengatur lalu lintas informasi agar tidak simpang siur, Sekda Dewa Indra menunjuk Kadis Kesehatan Bali Ketut Suarjaya sebagai juru bicara yang bertugas memberi informasi terkait perkembangan virus corona di Bali.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Provinsi Bali Bali dr Ketut Suarjaya memaparkan situasi global virus corona hingga 25 Januari 2020 dengan jumlah kasus mencapai 1.320 dan telah tersebar di sejumlah negara yaitu China, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, Australia, Nepal, Perancis dan Amerika Serikat.
"Seluruh kasus yang terdata pernah ada riwayat perjalanan ke Wuhan. Bahkan, perkembangan terakhir yang saya pantau semalam, kasusnya sudah mencapai 2019, tersebar di 14 negara," ucapnya.
Suarjaya menyebut, hingga saat ini belum ada vaksin untuk virus corona karena memang baru ditemukan tahun 2019. "Pengobatan yang dilakukan bersifat supportif sesuai dengan gejala yang ada," ujarnya.
Oleh karena itu, upaya pencegahan menjadi hal yang sangat penting untuk dioptimalkan saat ini. Terkait dengan upaya pencegahan, KKP Kelas I Denpasar telah menyiagakan "thermal scanner" di pintu masuk bandara dan pelabuhan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Kami menyayangkan simpang siurnya pemberitaan yang menyebut keberadaan pasien 'suspect' virus corona. Inilah yang harus kita pahami bersama, jangan sembarangan nyebut 'suspect', sebab secara medis untuk menyebut 'suspect' ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi," kata Dewa Indra saat menggelar rapat antisipasi masuknya virus corona di Denpasar, Senin.
Rapat yang dipimpin Sekda Bali tersebut melibatkan unsur kesehatan kabupaten/kota, pariwisata, unsur keamanan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai garda terdepan yang bertugas mendeteksi wisatawan yang masuk ke Bali.
Dewa Indra menambahkan, selain menunjukkan gejala fisik berupa demam, batuk, pilek nyeri tenggorokan dan pneumonia, seorang bisa disebut "suspect" virus corona bila memiliki riwayat ke China atau wilayah atau negara yang terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum timbul gejala.
"Selain itu, yang bersangkutan sempat kontak dengan kasus terkonfirmasi corona atau mengunjungi fasilitas kesehatan di negara infeksi corona telah dilaporkan," ucapnya.
Meskipun hingga saat ini virus baru dengan kode 2019-nCoV belum terdeteksi masuk Bali, namun pihaknya tetap menyiapkan langkah pengendalian dan tata laksana penanganan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan.
Saat ini ada sejumlah rumah sakit rujukan untuk penanganan corona yaitu RSUP Sanglah, RS Sanjiwani Gianyar dan Rumah Sakit Tabanan.
Dewa Indra juga menyampaikan keprihatinan atas kemunculan virus baru yang beberapa pekan terakhir menyita perhatian dunia internasional.
Bagi Bali, kemunculan penyakit ini tak hanya mengkhawatirkan dari sudut pandang kesehatan, namun akan berdampak pula bagi sektor pariwisata. Oleh sebab itu, Dewa Indra menekankan pentingnya optimalisasi upaya pencegahan agar penyakit ini jangan sampai masuk Bali.
"Kita perketat pengawasan di pintu-pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan," ucap mantan Kepala Pelaksana BPBD Bali itu.
Selain itu, ia sangat mengharapkan kerja sama media agar memberitakan kasus ini secara proporsional. Untuk mengatur lalu lintas informasi agar tidak simpang siur, Sekda Dewa Indra menunjuk Kadis Kesehatan Bali Ketut Suarjaya sebagai juru bicara yang bertugas memberi informasi terkait perkembangan virus corona di Bali.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Provinsi Bali Bali dr Ketut Suarjaya memaparkan situasi global virus corona hingga 25 Januari 2020 dengan jumlah kasus mencapai 1.320 dan telah tersebar di sejumlah negara yaitu China, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, Australia, Nepal, Perancis dan Amerika Serikat.
"Seluruh kasus yang terdata pernah ada riwayat perjalanan ke Wuhan. Bahkan, perkembangan terakhir yang saya pantau semalam, kasusnya sudah mencapai 2019, tersebar di 14 negara," ucapnya.
Suarjaya menyebut, hingga saat ini belum ada vaksin untuk virus corona karena memang baru ditemukan tahun 2019. "Pengobatan yang dilakukan bersifat supportif sesuai dengan gejala yang ada," ujarnya.
Oleh karena itu, upaya pencegahan menjadi hal yang sangat penting untuk dioptimalkan saat ini. Terkait dengan upaya pencegahan, KKP Kelas I Denpasar telah menyiagakan "thermal scanner" di pintu masuk bandara dan pelabuhan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020