Semarapura (Antara Bali) - Wayang Bali masih kalah populer dibandingkan dengan wayang kulit dari Jawa yang tidak hanya mampu menarik perhatian masyarakat umum, tetapi juga para menteri dan pejabat tinggi lainnya.
Hal itu disampaikan Ida Bagus Sunu Pidada, salah seorang dalang dari Griya Sengguan saat pertemuan ratusan dalang dan pemerhati di Bale Agung, Puri Agung Klungkung, Minggu.
Kegiatan itu juga dihadiri seniman populer, seperti maestro seni lukis, I Nyoman Gunarsa, dan pemain Drama Gong era 80, Anak Agung Rai Kalam.
Ketidak populeran wayang di Bali yang jarang menarik perhatian pejabat tinggi, katanya, di antaranya disebabkan klehadiran seni tradisional tersebut sarat unsur "ngayah".
Hal yang sama dikemukakan oleh salah seorang dalang lainnya, IB Sudiksa asal Kerobokan, Kabupaten Badung. "Wayang kita kalah segelanya, baik dari segi pendapatan maupun pakem-nya," ujarnya.
Sementara itu "Penglingsir" Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semaraputra, yang mengusulkan pentingnya dibentuk paguyuban, tidak sependapat kalau keberadaan dalang lebih dinilai sebagai kelengkapan atau pelengkap sarana upacara atau ritual semata.
Pemrakarsa pertemuan dari Yayasan Anacaraka, Tjokorda Bagus Oka, mengakui pementasan wayang belakangan ini mulai kendor, kalaupun hanya pada acara tertentu saja.(T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Hal itu disampaikan Ida Bagus Sunu Pidada, salah seorang dalang dari Griya Sengguan saat pertemuan ratusan dalang dan pemerhati di Bale Agung, Puri Agung Klungkung, Minggu.
Kegiatan itu juga dihadiri seniman populer, seperti maestro seni lukis, I Nyoman Gunarsa, dan pemain Drama Gong era 80, Anak Agung Rai Kalam.
Ketidak populeran wayang di Bali yang jarang menarik perhatian pejabat tinggi, katanya, di antaranya disebabkan klehadiran seni tradisional tersebut sarat unsur "ngayah".
Hal yang sama dikemukakan oleh salah seorang dalang lainnya, IB Sudiksa asal Kerobokan, Kabupaten Badung. "Wayang kita kalah segelanya, baik dari segi pendapatan maupun pakem-nya," ujarnya.
Sementara itu "Penglingsir" Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Semaraputra, yang mengusulkan pentingnya dibentuk paguyuban, tidak sependapat kalau keberadaan dalang lebih dinilai sebagai kelengkapan atau pelengkap sarana upacara atau ritual semata.
Pemrakarsa pertemuan dari Yayasan Anacaraka, Tjokorda Bagus Oka, mengakui pementasan wayang belakangan ini mulai kendor, kalaupun hanya pada acara tertentu saja.(T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011