Polda Bali memiliki Museum Penanggulangan Terorisme yang pertama di Indonesia yang lokasinya terletak di Jalan WR Supratman, Tohpati, Denpasar dan telah diresmikan Kapolda Bali, Irjen Pol Petrus Reinhard Golose, bersamaan dengan Gedung Sport Center "Prakasa Rucira Garjita" Polda Bali.
"Museum ini kita sekarang berusaha untuk mengingatkan kepada para generasi muda, khususnya bangsa Indonesia, terlebih lagi rakyat Bali, bahwa saya katakan teroris adalah musuh rakyat Indonesia, bukan hanya penegak hukum karena dengan berbagai macam dalih mereka akan mengubah dasar negara kita," kata Kapolda Bali saat peresmian kedua gedung itu di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan museum ini berfungsi untuk mengenang jejak yang sudah dilakukan oleh para penegak hukum, baik yang dilakukan oleh satuan tugas antiteror, BNPT dan seluruh instansi terkait.
Dalam sambutannya, Golose mengatakan ide pembangunan gedung ini berawal ketika melihat "Ground Zero". Menurutnya, monumen itu tidak melihat polisi melindungi hak asasi manusia untuk hidup.
"Dari situ saya mencanangkan untuk membangun museum penanggulangan bencana dan sport center, awalnya berencana untuk membangun sport center. Saya berpikir kita juga harus mengingat apa yang pernah dilakukan oleh Goris, Made Pastika, dan 'pahlawan' lainnya, jadi museum ini amat penting bagi para penegak hukum yang lahir pada tahun 1990-an," jelas Kapolda Bali.
"Di sini kita coba menggambarkan bagaimana menghadapi teroris dengan mengingat dalam museum, seperti banyak anggota Polri yang meninggal, ratusan petugas Polri cedera dan bagaimana mereka mengubah modus operandi dengan menyerang anggota Polisi," katanya menambahkan.
Baca juga: Masyarakat dan keluarga korban peringati tragedi bom Bali ke-17 (video)
Museum ini juga memiliki tiga fungsi, yaitu bersejarah, edukasi dan wisata yang akan dieksplor melalui museum penanggulangan terorisme ini dan dalam bingkai penegakan hukum.
"Edukasinya dapat menerapkan banyak sekali ilmu secara digital forensik, elektronik kemudian menganalisis konten barang - barang berbahaya, memori mengenal sejarah, dimulai dari Bali 2002 sampai sekarang," ucapnya.
Selain itu, dalam Gedung Sport Center "Prakasa Rucira Garjita" dan Museum Penanggulangan Terorisme, juga meliputi Persatuan Menembak Indonesia (PERBAKIN), International Defensive Pistol Association (IPDA), Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI), dan Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (PERKEMI).
Baca juga: Buku "Luka Bom Bali" Peringati 15 Tahun Bom Bali (Video)
Ia mengatakan bahwa negara tetangga seperti Filipina, Australia dan konsulat juga menyaksikan museum dengan perjuangan pahlawan - pahlawan dalam penanggulangan teroris.
"Bagaimana perjuangan Satgas Antiteror, Densus 88, BNPT, dan kita sadari bersama kita tidak bisa melawan teroris bersama - sama, sehingga kita undang teman dari Amerika Serikat, Filipina, Australia, serta konsulat bahwa teroris adalah musuh bersama yang harus dihilangkan dari republik ini dan itulah propaganda teroris," kata Golose.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Museum ini kita sekarang berusaha untuk mengingatkan kepada para generasi muda, khususnya bangsa Indonesia, terlebih lagi rakyat Bali, bahwa saya katakan teroris adalah musuh rakyat Indonesia, bukan hanya penegak hukum karena dengan berbagai macam dalih mereka akan mengubah dasar negara kita," kata Kapolda Bali saat peresmian kedua gedung itu di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan museum ini berfungsi untuk mengenang jejak yang sudah dilakukan oleh para penegak hukum, baik yang dilakukan oleh satuan tugas antiteror, BNPT dan seluruh instansi terkait.
Dalam sambutannya, Golose mengatakan ide pembangunan gedung ini berawal ketika melihat "Ground Zero". Menurutnya, monumen itu tidak melihat polisi melindungi hak asasi manusia untuk hidup.
"Dari situ saya mencanangkan untuk membangun museum penanggulangan bencana dan sport center, awalnya berencana untuk membangun sport center. Saya berpikir kita juga harus mengingat apa yang pernah dilakukan oleh Goris, Made Pastika, dan 'pahlawan' lainnya, jadi museum ini amat penting bagi para penegak hukum yang lahir pada tahun 1990-an," jelas Kapolda Bali.
"Di sini kita coba menggambarkan bagaimana menghadapi teroris dengan mengingat dalam museum, seperti banyak anggota Polri yang meninggal, ratusan petugas Polri cedera dan bagaimana mereka mengubah modus operandi dengan menyerang anggota Polisi," katanya menambahkan.
Baca juga: Masyarakat dan keluarga korban peringati tragedi bom Bali ke-17 (video)
Museum ini juga memiliki tiga fungsi, yaitu bersejarah, edukasi dan wisata yang akan dieksplor melalui museum penanggulangan terorisme ini dan dalam bingkai penegakan hukum.
"Edukasinya dapat menerapkan banyak sekali ilmu secara digital forensik, elektronik kemudian menganalisis konten barang - barang berbahaya, memori mengenal sejarah, dimulai dari Bali 2002 sampai sekarang," ucapnya.
Selain itu, dalam Gedung Sport Center "Prakasa Rucira Garjita" dan Museum Penanggulangan Terorisme, juga meliputi Persatuan Menembak Indonesia (PERBAKIN), International Defensive Pistol Association (IPDA), Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI), dan Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (PERKEMI).
Baca juga: Buku "Luka Bom Bali" Peringati 15 Tahun Bom Bali (Video)
Ia mengatakan bahwa negara tetangga seperti Filipina, Australia dan konsulat juga menyaksikan museum dengan perjuangan pahlawan - pahlawan dalam penanggulangan teroris.
"Bagaimana perjuangan Satgas Antiteror, Densus 88, BNPT, dan kita sadari bersama kita tidak bisa melawan teroris bersama - sama, sehingga kita undang teman dari Amerika Serikat, Filipina, Australia, serta konsulat bahwa teroris adalah musuh bersama yang harus dihilangkan dari republik ini dan itulah propaganda teroris," kata Golose.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019