Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Putri Suastini Koster mengajak para orang tua di "Pulau Dewata" itu untuk mengintensifkan interaksi secara bertatap muka dengan anggota keluarga untuk meminimalisasi efek negatif penggunaan gawai.
"Kemajuan teknologi di satu sisi memberi dampak positif, mempermudah kehidupan manusia dalam berbagai hal. Namun, di sisi lain, kemajuan teknologi jika tidak disikapi dengan bijaksana dan berhati-hati, akan membawa ancaman bagi kehidupan, termasuk di dalam keluarga," katanya saat menjadi pembicara utama dalam seminar bertajuk "Memahami Keluarga" di Denpasar, Sabtu.
Salah satu dampaknya, lanjut dia, interaksi antaranggota keluarga semakin berkurang. Interaksi dilakukan lebih banyak melalui perangkat teknologi yang canggih, seperti ponsel pintar. Hal itu membawa dampak negatif timbulnya sikap individualisme dan hilangnya interaksi langsung dalam keluarga.
Menurut dia, interaksi dalam keluarga diperlukan bukan hanya tentang menyampaikan pesan tetapi komunikasi langsung menunjukkan kedekatan emosional dan kasih sayang.
"Secanggih apapun 'gadget' (gawai), tidak bisa menggantikan kasih sayang seorang ibu melalui tatapan kasih sayangnya," ujarnya.
Istri orang nomor satu pemimpin di Bali itu, menyampaikan dengan kemajuan media sosial segala bentuk informasi dapat diakses secara mudah. Kemudahan mendapatkan informasi terkadang memberikan efek negatif mengingat dewasa ini banyak tersebar konten berita hoaks maupun berita yang menyesatkan.
Konten-konten berita bohong, katanya, juga akan memberi pengaruh pada kesehatan jiwa.
Untuk itu, katanya, harus bisa bersikap kritis serta tidak mudah terpengaruh terhadap pemberitaan yang beredar.
"Kita harus cerdas dan bijak dalam bermedia sosial. Tanamkan jiwa kritis dan mencari tahu informasi yang kita dapatkan dan jangan mudah terpengaruh. Bersama-sama kita bangun komunikasi yang baik, yang dimulai dari keluarga kita sendiri. PKK akan terus turun untuk menyosialisasikan gerakan ini dan bersama-sama kita mencari solusi agar perkembangan teknologi memberi dampak positif bagi generasi bangsa kita," ucapnya.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesua Cabang Denpasar Sugiartayasa menyampaikan bahwasanya salah satu penyakit jiwa saat ini adalah kecanduan gawai.
Jika hal ini tidak segera ditanggulangi maka dikhawatirkan generasi mendatang akan banyak yang mengalami gangguan kejiwaan.
Ia mengharapkan seminar itu membangun kesadaran bersama-sama untuk menjaga generasi bangsa dari dampak negatif penggunaan gawai.
Di samping itu, katanya, peran keluarga penting dalam upaya membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sehingga akan tercipta generasi yang melek teknologi tanpa meninggalkan tradisi.
Seminar yang diselenggarakan serangkaian acara Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2019 itu diikuti sekitar 85 peserta dan menghadirkan sejumlah pembicara dalam bidangnya, di antaranya psikolog Caecilia Nirlaksita Rini S Psi, Miss Internet Indonesia 2019 Ni Luh Putu Diah Desvi Arina S IKOM, dr I Gde Yudhi Kurniawan SH SpKJ, serta Dr dr Lely Setyawati Sp KJ(K).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Kemajuan teknologi di satu sisi memberi dampak positif, mempermudah kehidupan manusia dalam berbagai hal. Namun, di sisi lain, kemajuan teknologi jika tidak disikapi dengan bijaksana dan berhati-hati, akan membawa ancaman bagi kehidupan, termasuk di dalam keluarga," katanya saat menjadi pembicara utama dalam seminar bertajuk "Memahami Keluarga" di Denpasar, Sabtu.
Salah satu dampaknya, lanjut dia, interaksi antaranggota keluarga semakin berkurang. Interaksi dilakukan lebih banyak melalui perangkat teknologi yang canggih, seperti ponsel pintar. Hal itu membawa dampak negatif timbulnya sikap individualisme dan hilangnya interaksi langsung dalam keluarga.
Menurut dia, interaksi dalam keluarga diperlukan bukan hanya tentang menyampaikan pesan tetapi komunikasi langsung menunjukkan kedekatan emosional dan kasih sayang.
"Secanggih apapun 'gadget' (gawai), tidak bisa menggantikan kasih sayang seorang ibu melalui tatapan kasih sayangnya," ujarnya.
Istri orang nomor satu pemimpin di Bali itu, menyampaikan dengan kemajuan media sosial segala bentuk informasi dapat diakses secara mudah. Kemudahan mendapatkan informasi terkadang memberikan efek negatif mengingat dewasa ini banyak tersebar konten berita hoaks maupun berita yang menyesatkan.
Konten-konten berita bohong, katanya, juga akan memberi pengaruh pada kesehatan jiwa.
Untuk itu, katanya, harus bisa bersikap kritis serta tidak mudah terpengaruh terhadap pemberitaan yang beredar.
"Kita harus cerdas dan bijak dalam bermedia sosial. Tanamkan jiwa kritis dan mencari tahu informasi yang kita dapatkan dan jangan mudah terpengaruh. Bersama-sama kita bangun komunikasi yang baik, yang dimulai dari keluarga kita sendiri. PKK akan terus turun untuk menyosialisasikan gerakan ini dan bersama-sama kita mencari solusi agar perkembangan teknologi memberi dampak positif bagi generasi bangsa kita," ucapnya.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesua Cabang Denpasar Sugiartayasa menyampaikan bahwasanya salah satu penyakit jiwa saat ini adalah kecanduan gawai.
Jika hal ini tidak segera ditanggulangi maka dikhawatirkan generasi mendatang akan banyak yang mengalami gangguan kejiwaan.
Ia mengharapkan seminar itu membangun kesadaran bersama-sama untuk menjaga generasi bangsa dari dampak negatif penggunaan gawai.
Di samping itu, katanya, peran keluarga penting dalam upaya membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sehingga akan tercipta generasi yang melek teknologi tanpa meninggalkan tradisi.
Seminar yang diselenggarakan serangkaian acara Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2019 itu diikuti sekitar 85 peserta dan menghadirkan sejumlah pembicara dalam bidangnya, di antaranya psikolog Caecilia Nirlaksita Rini S Psi, Miss Internet Indonesia 2019 Ni Luh Putu Diah Desvi Arina S IKOM, dr I Gde Yudhi Kurniawan SH SpKJ, serta Dr dr Lely Setyawati Sp KJ(K).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019