FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) mengapresiasi program terkait kemandirian pakan ikan di Indonesia yang dinilai merupakan contoh baik untuk negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Stephen Rudgard, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, menyampaikan dukungannya bagi Indonesia dalam mencapai kemandirian pakan ikan.
Menurut Stephen, keberhasilan pengembangan pakan mandiri di Indonesia dapat menjadi rujukan tersendiri di tingkat Asia Pasifik.
Terlebih saat ini, lanjutnya, Indonesia dinilai menjadi negara pertama di dunia yang memberikan perhatian terhadap kemandirian pakan ikan yang dilaksanakan masyarakat.
Baca juga: FAO Puji Peran Indonesia Berantas IUU Fishing
"Kegiatan pakan mandiri sangat tepat dengan semangat dunia untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi kelaparan dengan penyediaan pangan yang sehat, yang sesuai dengan tema hari pangan sedunia hari ini yaitu our actions are our future, healthy diets for a zero hunger world," katanya.
Ia menyatakan, melalui pakan ikan mandiri maka diharapkan kebijakan itu mampu menyediakan kebutuhan protein yang sehat yaitu ikan dengan harga yang lebih murah sehingga akan membantu penanganan kelaparan serta mengurangi malnutrisi di masyarakat.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Susan Herawati menyatakan, berbagai proyek industri ekstraktif seperti pertambangan hingga pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mengancam kedaulatan pangan laut nasional.
"Kami meminta pemerintah Indonesia menghentikan proyek ekstraktif yang terbukti mengancam keberlangsungan pangan laut serta mendesak pemerintah meminta pertanggungjawaban negara-negara industri untuk menghentikan pembangunan yang merusak iklim global," kata Susan Herawati.
Susan menegaskan agar berbagai proyek ekstraktif yang terbukti mencemari laut dan mengancam keberlangsungan pangan laut agar dapat sepenuhnya dievaluasi.
Selain itu, ujar dia, pihaknya juga mendesak pemerintah serius guna meminta berbagai negara industri menghentikan proses pembangunan yang menjadi kontributor utama krisis iklim.
Baca juga: Petani Indonesia Menerima Penghargaan dari FAO
Sekjen Kiara memaparkan, produksi pangan laut sebanyak 90.9 juta ton per tahun, dan bila ditambahkan dengan total produksi perikanan budidaya sebanyak 80 juta ton per tahun, maka total produksi perikanan dunia tercatat sebanyak 170,9 juta ton per tahun.
Dari angka tersebut, lanjutnya, tercatat hingga sekitar 151,2 juta ton per tahun telah dikonsumsi oleh manusia.
"Ini merupakan bukti bahwa pangan laut merupakan sektor strategis dan penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, siapapun penting untuk terlibat memperjuangkan keberlangsungan pangan laut, mulai dari level nasional sampai dengan internasional," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Stephen Rudgard, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, menyampaikan dukungannya bagi Indonesia dalam mencapai kemandirian pakan ikan.
Menurut Stephen, keberhasilan pengembangan pakan mandiri di Indonesia dapat menjadi rujukan tersendiri di tingkat Asia Pasifik.
Terlebih saat ini, lanjutnya, Indonesia dinilai menjadi negara pertama di dunia yang memberikan perhatian terhadap kemandirian pakan ikan yang dilaksanakan masyarakat.
Baca juga: FAO Puji Peran Indonesia Berantas IUU Fishing
"Kegiatan pakan mandiri sangat tepat dengan semangat dunia untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi kelaparan dengan penyediaan pangan yang sehat, yang sesuai dengan tema hari pangan sedunia hari ini yaitu our actions are our future, healthy diets for a zero hunger world," katanya.
Ia menyatakan, melalui pakan ikan mandiri maka diharapkan kebijakan itu mampu menyediakan kebutuhan protein yang sehat yaitu ikan dengan harga yang lebih murah sehingga akan membantu penanganan kelaparan serta mengurangi malnutrisi di masyarakat.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Susan Herawati menyatakan, berbagai proyek industri ekstraktif seperti pertambangan hingga pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mengancam kedaulatan pangan laut nasional.
"Kami meminta pemerintah Indonesia menghentikan proyek ekstraktif yang terbukti mengancam keberlangsungan pangan laut serta mendesak pemerintah meminta pertanggungjawaban negara-negara industri untuk menghentikan pembangunan yang merusak iklim global," kata Susan Herawati.
Susan menegaskan agar berbagai proyek ekstraktif yang terbukti mencemari laut dan mengancam keberlangsungan pangan laut agar dapat sepenuhnya dievaluasi.
Selain itu, ujar dia, pihaknya juga mendesak pemerintah serius guna meminta berbagai negara industri menghentikan proses pembangunan yang menjadi kontributor utama krisis iklim.
Baca juga: Petani Indonesia Menerima Penghargaan dari FAO
Sekjen Kiara memaparkan, produksi pangan laut sebanyak 90.9 juta ton per tahun, dan bila ditambahkan dengan total produksi perikanan budidaya sebanyak 80 juta ton per tahun, maka total produksi perikanan dunia tercatat sebanyak 170,9 juta ton per tahun.
Dari angka tersebut, lanjutnya, tercatat hingga sekitar 151,2 juta ton per tahun telah dikonsumsi oleh manusia.
"Ini merupakan bukti bahwa pangan laut merupakan sektor strategis dan penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, siapapun penting untuk terlibat memperjuangkan keberlangsungan pangan laut, mulai dari level nasional sampai dengan internasional," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019