Petugas pemadam Australia berjuang menghadapi angin kencang dan kobaran api yang bergerak cepat pada Sabtu, saat mereka bekerja untuk mengendalikan kebakaran hutan yang tak terkendali dan memusnahkan 21 rumah.

Lebih dari 100 kebakaran berkobar di Negara Bagian Queensland dan New South Wales pada Sabtu, dan biro cuaca di sana memperkirakan petugas pemadam harus terus berjuang menghadapi udara kering akibat kekeringan dan sedikitnya curah hujan pada musim hujan.

Di Negara Bagian Queensland di bagian timur-laut negeri tersebut, Perdana Menteri Annastacia Palaszczuk mengatakan 51 lokasi kebakaran aktif pada Sabtu dan 17 rumah telah hancur, sementara resiko yang ditimbulkan oleh kebakaran tetap tinggi selama beberapa hari kendati temperatur turun.

"Kami belum keluar dari ini, keadaan sangat kering," kata Palaszczuk kepada wartawan pada Sabtu.

Di New South Wales, negara bagian dengan penduduk paling padat Australia, lebih dari 65 kebakaran hutan dan rumput terjadi pada Sabtu, dan Rural Fire Service (RFS) di negara bagian itu memberlakukan keadaan darurat mengenai tiga kebakaran.

"Lebih dari 500 petugas pemadam terus melindungi rumah untuk mengendalikan api dalam kondisi sulit," kata RFS di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu.


Pekan pertama musim semi di Australia bukan masa yang bersejarah mengenai ancaman tinggi kebakaran tapi pantai timur negeri itu telah menderita selama dua tahun curah hujan di bawa rata-rata, sehingga menciptakan kondisi kering di banyak wilayah negeri tersebut.

Temperatur tinggi, kelembaban rendah, kondisi kering dan angin kencang menyulut kebakaran Jumat, dan Shane Fitzsimmons, Komisaris RFS, menggambarkannya sebagai salah satu hari kebakaran paling buruk dalam sejarah.

"Bekerjasama dengan Biro Meteorologi, dengan membongkar catatan data kami, kami tak bisa menemukan di mana peringkat bahaya kebakaran setinggi ini pada awal tahun ini dalam sejarah ketersediaan data," kata Australian Broadcastin Corporation, yang mengutip Fitzsimmons.

Sumber: Reuters

Pewarta: Chaidar Abdullah

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019