Plt. Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti, Kemenristekdikti  Patdono Suwignjo, menjelaskan sekitar 85 sampai 90 persen dunia kerja membutuhkan tenaga terampil, yang memang dihasilkan dari lulusan Politeknik.

"Di dunia kerja itu hanya sekitar 15 persen dibutuhkan peneliti, pemikir dan perencana yang nantinya akan dihasilkan oleh universitas dengan pendidikan akademiknya, sedangkan 85-90 persennya itu dibutuhkan pelaksana berupa tenaga terampil dari Politeknik," katanya dalam pelaksanaan Harteknas, di Denpasar, Selasa.

Untuk jumlah politeknik di bawah Kemenristekdikti di Indonesia ada sekitar 300, dibandingkan dengan jumlah perguruan tinggi sebanyak 4.700. Dengan adanya data itu, pihaknya mengaku saat ini tengah kekurangan politeknik dan tenaga terampil.

"Jumlah poltek dengan perguruan tinggi sangat berbeda, maka bisa dilihat kita juga kekurangan politeknik dan kekurangan tenaga terampil, kalau lulusan perguruan tinggi tidak siap pakai,  jelas saja 90 persen itu dihasilkan untuk penelitian tapi perusahaan kalau mau rekrut jadi pegawai rekrut yang politeknik," ujarnya.

Menurutnya, saat ini Politeknik di Indonesia belum memenuhi seperti yang dilaksanakan di negara maju, ada di Jerman, dan Belanda, salah satunya karena jumlah politeknik di Indonesia jumlahnya masih kurang dan mutu nya masih harus diperbaiki.

"Yang pertama dilakukan untuk memperbaiki itu, maka kita melakukan revitalisasi, sebelumnya Presiden Jokowi minta yg lulusan politeknik maksimum dalam waktu 3 bulan setelah lulus harus dapat kerja, strateginya mahasiswa Poltek tidak boleh diwisuda kecuali mereka harus punya satu sertifikat kompetensi, karena yang penting bagi perusahaan sertifikatnya bukan ijazahnya," kata Patdono.

Selain itu, Ia menjelaskan bahwa penyusunan kurikulum Politeknik di Indonesia ada yang belum terlaksana dengan baik. Jika dibandingkan dengan negara maju seperti Jerman dan Belanda, dalam penyusunan kurikulumnya turut bekerja sama dengan Industri, maka kerja sama dengan Industri, menjadi bagian penting yang perlu diperhatikan.

Baca juga: Akademisi: Bali perlu perbanyak inkubator bisnis

Patdono menambahkan dalam menerapkan kurikulum dapat dilakukan dengan dual sistem, sebagian waktu untuk pendidikan secara akademik dan sebagian lagi waktunya digunakan untuk magang di perusahaan.

"Itu adalah bentuk kurikulum yang bagus, tetapi untuk perbaikan ini biayanya mahal, pendidikan Politeknik itu lebih mahal dari Universitas karena politeknik 70 persen praktek, jadi butuh laboratorium dan sebagainya, biar bisa mewujudkan setelah lulus langsung kerja Pemerintah harus mau mengeluarkan biaya banyak untuk memperbaiki ini," ujarnya.

Baca juga: Inkubator bisnis UNHI Denpasar cetak wirausaha muda

 

Pameran Teknologi
Sementara itu, pameran bidang teknologi yang digelar oleh kementerian  teknologi dan pendidikan di lapangan Bazra Sandhi Renon, Denpasar, dipadati oleh ratusan pelajar di Bali, Selasa (27/8) siang.


Ratusan pelajar diantaranya siswi SMA 8 Denpasar . Mereka sengaja datang ke pameran yang digelar  sebagai bagian dari  rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (hakteknas) itu untuk melihat karya inovasi para peserta pameran se-Nusantara.


“Saya pulang sekolah bersama-sama teman tertarik datang untuk melihat pameran teknologi karena rasa penasaran dan ingin tahu apa yang ada di dalan pameran tersebut,” ujar Dayu Gayatri,siswi SMA 8 Denpasar.


Setelah berkeliling melihat pameran selama satu jam setengah, Gayatri mengaku selain melihat pameran yang disajikan di setiap anjungan/stan yang ada di lokasi , dirinya  juga mengamati dan mempelajari hal-hal baru yang ditemukan dalam pameran ritech expo.


“Dengan adanya pameran ini banyak yang saya lihat dan begitu memberikan saya inovasi untuk belajar dan ingin bisa membuat hasil karya pameran berbau teknologi seperti mulai motor dan mobil listrik , pameran teknologi nuklir,  pameran alutsista (alat utama sistem senjata)  yang saya lihat,” kata Ari Sudiandini  yang juga pelajar SMA 8 Denpasar.

Sementara, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri ,  Ngakan Timur Antara mengatakan ,  sebagai salah satu peserta pameran , kemenperin memperkenalkan produk pembangunan teknologi di era 4.0 , diantaranya alat penjernih air laut dan batik.


“Di zaman sekarang perlu adanya inovasi agar tidak tertinggal jauh dari negara lain , namun inovasi saja tidak cukup tanpa adanya pembangunan SDM yang matang. Dengan adanya pameran ini bisa menghasilkan SDM-SDM baru yang matang dan mempunya inovasi tinggi di bidang teknologi," katanya.


Ritech expo 2019 menampilkan produk-produk hasil riset dan teknologi dari 18 kawasan 'science technopark' di seluruh Indonesia sebagai ajang untuk memunculkan inovasi dari berbagai daerah. Pameran Ritech Expo 2019 yang di buka oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir membuka Ritech Expo 2019 ini digelar sebagai bagian dari  rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas).

Pewarta: Ayu Khania Pranishita/Pande Yudha

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019