Teluk Gilimanuk di Kelurahan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali dipenuhi wisatawan lokal yang mengisi libur Hari Raya Galungan, yang bersamaan dengan keberangkatan jamaah haji.

Pantauan di lapangan, Kamis, ribuan wisatawan lokal dengan berbagai kendaraan mulai sepeda motor hingga mobil memenuhi areal Teluk Gilimanuk termasuk Taman Dewa Siwa yang menjadi simbol pintu gerbang Pulau Bali dari arah Pulau Jawa tersebut.

"Libur sekarang berbarengan antara manis Galungan dimana mayoritas Umat Hindu memanfaatkannya untuk rekreasi, dan keberangkatan jamaah haji yang di Kabupaten Jembrana juga diisi dengan rekreasi dari para pengantarnya," kata Jamalam, salah seorang anggota kelompok masyarakat sadar wisata, yang membuka usaha persewaan sampan untuk keliling Teluk Gilimanuk.

Namun, ia mengatakan, meskipun cukup banyak wisatawan lokal yang datang, penghasilan yang ia peroleh jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Ia mengungkapkan, pada libur manis Galungan (libur satu hari setelah Hari Raya Galungan) dan keberangkatan jamaah haji sebelumnya, dalam waktu setengah hari ia bisa sepuluh kali mengangkut wisatawan keliling Teluk Gilimanuk.

"Tapi dari pagi hingga tengah hari ini, saya baru satu kali mengangkut wisatawan. Hal yang sama juga dialami kawan-kawan anggota kelompok lainnya," katanya.

Jumlah wisatawan yang membludak namun tidak terlalu berdampak terhadap penghasilannya juga disampaikan Soni dan Nyoman Sika, anggota kelompok masyarakat yang juga menyewakan sampan.

Mereka menduga, wisatawan lokal hanya membawa bekal seadanya, karena libur kali ini berbarengan dengan tahun ajaran baru, dimana anak-anak mereka membutuhkan biaya masuk sekolah.

"Kan biasa baru masuk sekolah harus membeli seragam dan peralatan lainnya. Jadi mereka hanya sekedar berlibur, dengan bekal seadanya," kata Jamalam.

Meski demikian ia dan dua orang rekannya mengaku masih bersyukur Teluk Gilimanuk ramai dikunjungi wisatawan lokal pada momen Hari Raya Galungan dan keberangakatan jamaah haji, yang tidak terlihat pada hari-hari biasa.

Sika mengatakan, pada hari-hari biasa, bisa satu kali saja membawa wisatawan keliling Teluk Gilimanuk sudah termasuk bagus.

Baca juga: Lipsus - Ombak besar hadang nelayan Jembrana Bali

Kelompok masyarakat wisata yang menyewakan sampan tersebut memungut biaya Rp150 ribu, untuk keliling Teluk Gilimanuk yang memakan waktu kurang lebih 20 menit.

Pengunjung yang biasanya berkelompok menyewa sampan dengan sistem urunan untuk membayar ongkos, akan diajak memutar di sejumlah pulau kecil termasuk rumpun luas hutan bakau, di sekitar teluk yang berbatasan langsung dengan Pelabuhan Gilimanuk tersebut.

Dari Jamalam diketahui, kelompok yang menyewakan sampan beranggotakan 14 orang, yang secara bergiliran mengangkut wisatawan yang diatur seadil mungkin.

Khusus keberangkatan haji, sudah menjadi tradisi di Kabupaten Jembrana, berbarengan dengan keberangkatan jamaah haji, masyarakat juga berbondong-bondong menuju berbagai tempat rekreasi yang oleh masyarakat setempat disebut dengan "ninjau haji".

Pada momen ini, hampir setiap objek wisata yang merakyat, dipenuhi oleh masyarakat yang "ninjau haji" dengan mengajak seluruh anggota keluarganya.

Bahkan saking kuatnya tradisi ini, sekolah-sekolah yang mayoritas muridnya beragama Islam, memberikan dispensasi pulang cepat agar mereka bisa ikut "ninjau haji" bersama orang tuanya.

"Percuma juga tidak kami pulangkan karena banyak murid yang tidak masuk saat ninjau haji. Kami bisa maklumi karena ini merupakan tradisi setiap keberangkatan jamaah haji dari Kabupaten Jembrana," kata Alfina Laila, salah seorang kepala MTs di Kabupaten Jembrana.

Pada tahun ini, tradisi "ninjau haji" berbarengan dengan manis Galungan, dimana Umat Hindu juga memanfaatkannya untuk berekreasi bersama keluarga.

Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019