Duta Kota Denpasar menunjukan kepiawaiannya dalam seni pertunjukan seni dan sukses membius penonton lewat  garapan Tari Kesari Gandrung dan Tari Legong Kuntir di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41, melalui kesenian Parade Semar Pegulingan dibawakan Sekaa Gong Kerthi Yasa, Banjar Suwung Batan Kendal Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan.

Penampilan duta seni Kota Denpasar juga disaksikan Wakil Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara yang turut berbaur bersama penonton menyaksikan pementasan Semar Pegulingan dengan berbagai karya di antaranya Tabuh Lamping Tuban, Tabuh Kreasi Ngelindur Nada, dan juga menampilkan Tari Legong Kuntir, serta Tari Kesari Gandrung.

Koordinator Pembina Duta Denpasar, Udha Pramesti mengatakan Tari Legong Kuntir ini diinspirasikan dan berasal dari cerita berbahasa Sansekerta dari India yaitu cerita Ramayana.

"Tarian ini menceritakan tiga orang putra seorang Rsi yaitu Arya Bang, Arya Kuning dan yang paling bungsu yaitu seorang wanita yang  diberikan nama Dewi Anjani. Suatu hari ayahnya memberikan gelang kepada kedua putranya, sedangkan untuk putrinya diberikan sebuah cermin yang diberi nama Cupu Manik yang mana cermin Cupu manik ini bisa melihat masa lalu, masa datang, dan masa yang akan datang.

Kedua putranya tersebut juga sangat menginginkan Cupu manik  dengan menggunakan cara merampas cermin tersebut dari tangan adiknya. Melihat kejadian tersebut ayahnya menjadi sangat marah kepada kedua putranya dan melemparkan Cupu manik hingga sampai ke dasar kolam.

Akhirnya kedua putra tersebut berebut untuk menyelam dan mencari Cupu manik tersebut hingga ke dasar kolam namun akhirnya gagal. Tapi apa yang terjadi, setelah mereka berdua keluar dari dasar kolam wajah kedua putranya tersebut berubah menjadi kera.

Sedangkan Tari Kesari Gandrung menceritakan Pemutaran Gunung Mandara Giri sebagai awal lahirnya Hanoman, ketika Dewa Wisnu merubah wujudnya menjadi Dewi Mohini untuk merebut Tirta Amertha dari cengkraman para raksasa. Kecantikan Dewi Mohini membuat kama Dewa Siwa terhempas dan dirawat oleh Sapta Reseng langit.

Baca juga: Seniman muda tampilkan Gambuh Budakeling di PKB
Baca juga: Seniman Bali-Singapura tampilkan wayang inovatif

Kama ini akan dibuahi ketika Dewi Mohini meniti ke dunia demikian pula dengan Dewa Siwa. Dewi Mohini menjelma ke dunia menjelma menjadi Dewi Anjani sedangkan Dewa Siwa menjelma menjadi Raja Kera Kesari. Percintaan dan pembuahan kama yang tertunda itupun terjadi, dan kemudian lahirlah seorang anak yang diberi nama Marut Suta, karena pada saat pentransferan kama ke tubuh Dewi Anjani melalui bantuan Dewa Marut (angin).

Marut Suta kemudian dianugrahi nama Hanuman oleh Dewa Indra untuk membayar kesalahan Dewa Indra karena, pernah mencelakai Marut Suta yang menyebabkan dagunya pecah di samping itu juga di pentaskan  diantaranya Tabuh LampingTuban, Tabuh Kreasi Nge lindur Nada.

Seorang peserta, Gita Puspita Lestari  mengaku bangga sebagai warga Kota Denpasar dapat membawakan Semar Pegulingan  dengan maksimal. Ke depannya tentunya kesenian ini harus terus kita dukung bersama-sama kelestarianya Gambelan.

"Iya saya bangga dan semoga tetap lestari dan ajeg ke depanya Semer Pegulingan," katanya. (*)

Baca juga: Pemahat Bali adu terampil buat topeng klasik
Baca juga: Sempat vakum, Gandrung Smara Ratih "bangkit" pada Pesta Kesenian Bali

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019