Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Denpasar mengadakan orientasi dengan menyasar 40 bidan se-Denpasar di UPTD Puskesmas I Denpasar Timur pada 11-13 Juni 2019, sebagai upaya untuk memaksimalkan penanganan pada Kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Bayi Baru Lahir kekurangan oksigen (Asfiksia).

"Fenomena BBLR dan Asfiksia merupakan fenomena kelahiran bayi yang sering kali terjadi di semua daerah di Indonesia," kata Kadis Kesehatan Kota Denpasar, Luh Sri Armini pada pelaksanaan hari ketiga Kamis (13/6).

Namun demikian, pemahaman tenaga medis untuk melakukan penanganan sangatlah penting.  Sehingga, tidak terjadi hambatan tumbuh kembang anak pada bayi yang lahir dengan BBLR dan Asfiksia.

"Dengan kondisi yang demikian, tenaga medis wajib mengetahui tindakan apa yang harus dilaksanakan, sehingga bayi yang lahir dengan BBLR dapat tumbuh dengan baik," jelasnya.

Dalam orientasi yang melibatkan 40 bidan yang terdiri atas Koordinator Bidan Puskesmas, Bidan Pembantu dan Praktik Mandiri Bidan (PMB) ini menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, seperti halnya dokter spesialis anak RSUD Wangaya, dr. Kadek Suarca, Sp, A, Dokter ahli Obgyn RSUP Sanglah, dr. Made Bagus Dwi Aryana dan Ni Ketut Sunarthi.

Sri Armini menambahkan, beberapa materi turut disampaikan. Mulai dari pengenalan BBLR dan Asfiksia serta penanganannya, yang salah satu penanganan yang dapat dilaksanakan jika terjadi kasus BBLR dan Asfiksia yakni Metode Kangguru. Metode ini dilakukan dengan cara menempelkan tubuh bayi kepada tubuh sang ibu guna mengontrol suhu tubuh bayi.

"Metode kangguru ini adalah upaya pertama yang dapat dilaksanakan dalam penanganan BBLR dan Asfiksia guna menjaga stabilitas suhu tubuh bayi," paparnya.

Sri Armini menambahkan  dengan pelaksanaan orientasi bidan ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan serta kompetensi bidan dalam penanganan kegawatdaruratan yang salah satunya adalah BBLR dan Asfiksia ini.

"Tentunya dari orientasi ini kami beeharap bidan di Kota Denpasar dapat kompeten dalam penanganan kegawatdaruratan, rujukan, BBLR dan Asfiksia ini yang tentunya bermuara pada beekurangnya resiko terhambatnya pertumbuhan bayi akibat BBLR dan Asfiksia ini," tambahnya. (*)

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019