Nusa Dua, 13/10 (ANTARA) - Dirjen Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Djauhari Oratmangun mengatakan, akan berusaha menciptakan suasana dan bentuk diskusi yang terstruktur serta dinamis, sehingga dapat terjadi pertukaran pandangan lebih interaktif dan produktif di antara "Senior Officials Meeting" (SOM).

"Dengan suasana dialog yang dinamis, maka isu-isu aktual dapat diangkat dan dibahas secara mendalam, seperti sekarang ini saat terjadi gempa bumi di tengah pertemuan, maupun isu aktual yang penting untuk dibahas," katanya dalam "press briefing" di Nusa Dua, Bali, Kamis.

Menanggapi pembahasan isu Laut China Selatan, dia mengatakan, tidak ada satu isu secara spesifik yang dibahas dalam pertemuan.

Menurut dia, isu yang dibahas dalam pertemuan "East Asia Summit" (EAS) merupakan isu-isu regional dan internasional di dalam parameter strategis, politik, keamanan dan pembangunan. Kesemuanya itu dibahas untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan.

"Dalam pertemuan ini membicarakan keamanan dan perdamaian, frekuensi para pemimpin untuk bertemu harus ditingkatkan," katanya.

Ia mengambil contoh, ASEAN yang bertemu dua kali dalam setahun, frekuensi pertemuan ini membawa dampak positif karena cakupan isu-isu yang dibicarakan dapat lebih komprehensif dan menyeluruh.

Khusus mengenai Laut China Selatan, Djauhari menyatakan "drafting Code of Conduct (COC) masih belum digulirkan. Namun yang menjadi prioritas utama dan sudah dibahas sekarang adalah proposal implementasi proyek-proyek dalam kerangka "The Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea".*

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011