Pemkot Denpasar turut melaksanakan "Bhakti Penganyar" bersama organisasi perangkat daerah serangkaian ritual "Karya Pujawali" di Pura Agung Gunung Raung Taro, Kabupaten Gianyar yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali.

Sejak pagi hari, silih berganti umat Hindu datang untuk melakukan persembahyangan, termasuk juga Wali Kota  Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra bersama pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Denpasar serta masyarakat Desa Lungsiakan, Desa Payogan, dan Desa Kelusa.

Seluruh rangkaian "bhakti penganyar" berlangsung khidmat yang diawali dengan pementasan Tari Rejang Dewa, Tari Rejang Renteng, Tari Baris Gede, Topeng Wali, dan Topeng Sidakarya.

Pelaksanaan "bhakti penganyar" diakhiri dengan persembahyangan bersama yang dipimpin rohaniawan Ida Pedanda Gede Putu Keniten dari Griya Lebah, Payangan.

Bendesa (Ketua) Pakraman Taro Kaja, I Made Wisersa didampingi Prawartaka Karya, I Made Tagil Kumaranata menjelaskan bahwa Pura Agung Gunung Raung Taro merupakan Pura Khayangan Jagat yang "diempon" (didukung) oleh 32 Desa Pakraman di Kota Gianyar.

Rangkaian Karya Pujawali kali ini diawali dengan Matur Piuning pada Saniscara Wage Prangbakat 30 Maret 2019. Dilanjutkan dengan Melasti yang dilakukan pada 9 April 2019. Puncak Karya dilaksanakan bertepatan dengan Buda Kliwon Ugu, Rabu 10 April 2019.

Setelah itu, rangkaian karya dilanjutkan dengan "Bhakti Penganyar" dari Pemprov Bali, kabupaten dan kota di Bali serta 32 desa pakraman sebagai pengempon. Penyineban dilaksanakan pada 19 April 2019.

"Karya ini kami laksanakan sebagai wujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa untuk memohon anugerah kesejahteraan dan kedamaian umat," ujarnya.

Wali Kota Denpasar Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Kabag Kesra Setda Kota Denpasar Made Raka Purwatara mengatakan bahwa "Bhakti Penganyar" ini merupakan wujud bakti umat terhadap "Ida Bhatara" (Tuhan).

Pelaksanaan "yadnya" (ritual tulus ikhlas) ini dapat dimanfatkan seluruh umat Hindu sebagai ajang "mulatsarira" serta meningkatkan "sradha dan bhakti" umat dalam menjalankan swadarma.

"Rasa menyamabraya umat Hindu harus kita pupuk, sehingga yadnya sebagai wujud syukur dapat terus kita laksanakan guna meningkatkan sradha dan bhakti umat sesuai dengan swadarma menuju keseimbangan alam semesta, serta dapat memancarkan energi Dharma yang dapat memberikan hal positif bagi jagat Bali untuk membersihkan dan menetralisir hal- hal negatif yang tidak diinginkan demi terciptanya keseimbangan jagat beserta isinya," katanya. (*)

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019