Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo meminta para pendukungnya merespons isu hoaks dan fitnah yang ditujukan kepada dirinya tidak hanya dengan perlawanan melalui media sosial, namun dari pintu ke pintu atau "door to door" kepada masyarakat.
    
"Di banyak daerah, elektabilitas kita turun karena hoaks dan fitnah, kita harus respons tidak hanya di medsos, namun 'door to door'," kata Jokowi dalam acara Festival Satu Indonesia, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (10/3).
    
Dia menilai hoaks dan fitnah yang terjadi jangan sampai tidak direspons karena takut, namun harus dilawan dengan cara-cara yang efektif.

Menurut dia, kalau itu tidak dilawan maka akan membahayakan bagi Indonesia karena persatuan harus dijaga dengan baik.
    
"Saya juga mengajak jangan ada yang golput di Pemilu 2019, ajak teman, tetangga, dan keluarga menuju tempat pemungutan suara (TPS)," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut dirinya menceritakan bagaimana dirinya memenangkan kontestasi di Pilkada Surakarta 2005 dan Pilkada DKI Jakarta 2012.
    
Menurut dia, sejak lama 'landscape' politik di Indonesia sudah berubah, sehingga cara-cara lama seperti mengumpulkan orang di suatu tempat lalu berkampanye, tidak digunakan lagi.
    
"Ketika di Pilkada Surakarta, para calon melakukan cara-cara lama yaitu politisi senang mengumpulkan masyarakat di stadion padahal landscape berubah. Saya nilai tidak bisa seperti itu, lalu saya 'door to door' kepada masyarakat, dari pagi sampai malam dan hasilnya saya menang," tuturnya.
    
Jokowi juga menceritakan di Pilkada DKI Jakarta, dirinya berpasangan dengan dengan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) menggunakan pola "door to door" untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat.
    
Cara itu menurut dia sangat efektif karena selama tiga bulan kerja politik dengan "door to door" itu, masyarakat mengenal dirinya dan BTP.
    
"Dan orang kaget, kami memenangkan pertarungan di ronde pertama dengan memperoleh 43 persen suara. Saya kerja dari pagi sampai subuh, terus seperti itu, dan di ronde kedua menjadi gubernur," ujarnya.

Azan-pendidikan agama dihapus
Di Bandung (10/3), Capres Joko Widodo mengingatkan para pendukungnya untuk tidak takut melawan hoaks yang beredar jelang pemilihan presiden (pilpres) 2019.

"Saya titip agar ini direspons dengan cepat. Jangan takut lawan yang namanya hoaks, kabar fitnah, kabar bohong, harus kita lawan. Kalau tidak kita lawan dipikir kita takut," kata Jokowi di vila Istana Bunga, Parompong, Kabupaten Bandung.

Saat menghadiri acara Parahyangan Bersatu, Silaturahmi tokoh masyarakat dan relawan Balad Jokowi kabupaten Bandung Barat di vila Istana Bunga, Parompong, Bandung, ia mengingatkan bahwa fitnah hoaks sekarang tidak hanya media sosial, tapi juga sudah "door to door".

"Jangan sampai, coba dilihat di media sosial isinya hoaks, bahlam tidak hanya di dunia maya, sekarang dari pintu ke pintu, 'door to door', sudah mulai yang namanya fitnah-fitnah hoaks disebarkan ke mana-mana," tambah Jokowi.

Jokowi meminta agar para pendukungnya dapat menjelaskan dengan fakta-fakta, harus dijelaskan dengan data-data.

"Saya beri contoh, hoaks kalau azan tidak diperbolehkan lagi, logikanya tidak masuk itu, kalau tidak boleh sudah dari 4 tahun lalu dilarang dan tidak mungkin presiden Indonesia melakukan itu karena Indonesia negara berpenduduk muslim terbesar," tambah Jokowi.

Hoaks kedua yang harus dilawan menurut Jokowi adalah pendidikan agama akan dihapus. "Tapi ada yang percaya hoaks itu, tugas bapak ibu menjelaskan itu, termasuk juga hoaks kriminalissi ulama, negara kita negara hukum," ungkap Jokowi.

Jokowi selanjutnya menyebutkan sejumlah bantahan dari kabar yang menyebutkan bahwa ia adalah antek asing padahal sejumlah ladang minyak hingga tambang tembaga dan emas Freeport di bawah pemerintahannya sudah mayoritas dimiliki pemerintah Indonesia.

Ia menyebutkan pada 2015 blok Mahakam sudah diserahkan 100 persen ke Pertamina, pada 2018 blok Rokan yang tadinya dikelola Chevron sudah 100 persen dikelola Pertamina, terakhir pada Desember 2018, Freeport sudah mayoritas 51,2 persen dikelola oleh BUMN PT Inalum.

"Tapi informasinya malah dibalik-balik seperti itu, dipikir mudah mengambil blok Mahakam? Blok Rokan? Freeport? Kalau mudah sudah sejak dulu diambil alih, dipikir tidak ada intrik-intrik politik nasional internasional yang mencoba menakut-nakuti saja," jelas Jokowi.

Padahal dalam pengambilalihan tersebut ada risiko-risiko yang harus ditanggung Jokowi. "Tidak mudah mengambil alih barang-barang seperti itu, menteri-menteri kita juga bolak-balik dengan kondisi seperti ini, terus, saya sampaikan ke para menteri terus saja kerjakan, risiko politik ada di saya," ungkap Jokowi.

Jokowi juga sempat berdialog dengan salah satu relawan bernama Indri. "Kami melakukan konfirmasi 'door to door', klarifikasi," kata Indri.

"Ya, tidak usah menjelek-jelekkan yang sebelah tapi jangan sampai kita difitnah, dijelek-jelekkan, tidak boleh. Kita harus lawan, kalau kita digitu-gituan harus dilawan, dipikir kita takut, takut gak?" tegas Jokowi.

"Tidak," jawab massa pendukungnya. (ed)

Pewarta: Imam Budilaksono/Desca Lidya Natalia

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019