Negara (Antara Bali) - Puluhan rumah tangga di Dusun Munduk dan Pangkung Liplip, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali kesulitan mendapatkan air bersih.
Beberapa warga yang ditemui, Kamis mengatakan, untuk mendapatkan air beberapa warga terpaksa berjalan kaki hingga tiga kilometer untuk mengambil air dari sungai.
Ni Putu Debrog, salah seorang warga mengatakan, di dua dusun itu hanya terdapat enam sumur dengan kedalaman 30 meter lebih.
"Sumur-sumur itu dipakai bergantian oleh warga untuk mendapatkan air bersih guna memasak dan minum," katanya.
Karena jumlahnya yang sangat terbatas itu, warga harus rela antre cukup lama untuk bisa mengambil air dari sumur.
Saat hujan lama tidak turun seperti sekarang ini, dua sumur sama sekali tidak mengeluarkan air sehingga tinggal empat sumur yang diandalkan warga.
"Sumur yang masih berfungsi airnya juga keruh dan bercampur pasir dan tanah," keluh Debrog.
Karena kondisi ini, saat membutuhkan air dalam jumlah banyak semisal untuk upacara, warga memilih untuk membeli air dari PDAM seharga Rp300 ribu per tangki yang berisi 3.000 liter air.
Menurut Debrog, kondisi kekurangan air bersih ini sudah lama terjadi bahkan turun temurun warga setempat selalu mengalami kendala soal hal tersebut.
Kepala Dusun Munduk, Gusti Komang Suweca mengaku, kondisi ini sudah berlangsung sejak ia dilahirkan di dusun tersebut.
"Memang kondisinya seperti ini, untuk kebutuhan air kami hanya mengandalkan dari sumur yang terbatas dan air sungai yang jauh jaraknya," katanya.
Menurut Suweca, pihak Desa Kaliakah sebenarnya sudah pernah minta bantuan kepada PDAM dan Pemkab Jembrana namun sampai saat ini belum ada solusi mengatasi masalah tersebut.
"Katanya posisi dusun kami terlalu tinggi sehingga pipa PDAM sulit untuk menjangkau lokasi rumah warga," ujarnya.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Beberapa warga yang ditemui, Kamis mengatakan, untuk mendapatkan air beberapa warga terpaksa berjalan kaki hingga tiga kilometer untuk mengambil air dari sungai.
Ni Putu Debrog, salah seorang warga mengatakan, di dua dusun itu hanya terdapat enam sumur dengan kedalaman 30 meter lebih.
"Sumur-sumur itu dipakai bergantian oleh warga untuk mendapatkan air bersih guna memasak dan minum," katanya.
Karena jumlahnya yang sangat terbatas itu, warga harus rela antre cukup lama untuk bisa mengambil air dari sumur.
Saat hujan lama tidak turun seperti sekarang ini, dua sumur sama sekali tidak mengeluarkan air sehingga tinggal empat sumur yang diandalkan warga.
"Sumur yang masih berfungsi airnya juga keruh dan bercampur pasir dan tanah," keluh Debrog.
Karena kondisi ini, saat membutuhkan air dalam jumlah banyak semisal untuk upacara, warga memilih untuk membeli air dari PDAM seharga Rp300 ribu per tangki yang berisi 3.000 liter air.
Menurut Debrog, kondisi kekurangan air bersih ini sudah lama terjadi bahkan turun temurun warga setempat selalu mengalami kendala soal hal tersebut.
Kepala Dusun Munduk, Gusti Komang Suweca mengaku, kondisi ini sudah berlangsung sejak ia dilahirkan di dusun tersebut.
"Memang kondisinya seperti ini, untuk kebutuhan air kami hanya mengandalkan dari sumur yang terbatas dan air sungai yang jauh jaraknya," katanya.
Menurut Suweca, pihak Desa Kaliakah sebenarnya sudah pernah minta bantuan kepada PDAM dan Pemkab Jembrana namun sampai saat ini belum ada solusi mengatasi masalah tersebut.
"Katanya posisi dusun kami terlalu tinggi sehingga pipa PDAM sulit untuk menjangkau lokasi rumah warga," ujarnya.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011