Wakil Bupati Gianyar, AA Gde Mayun membuka Pawai Ogoh-ogoh Desa Singekerta yang diikuti 10 banjar dan dilaksanakan sebelum Pangrupukan guna menghindari padatnya kegiatan masyarakat serangkaian Hari Raya Nyepi.

Hal tersebut diungkapkan Perbekel Singakerta, I Ketut Murja, seusai pembukaan pawai di Areal Pasar Seni II Ubud, di Banjar Jukut Paku, Desa Singekerta, Kecamatan Ubud, Jumat, (1/30) lalu, demikian rilis Diskominfo Gianyar, Sabtu.

Lebih lanjut, I Ketut Murja mengatakan parade ogoh-ogoh digelar mendahului hampir sepekan dari Nyepi tersebut juga untuk menghindari terjadinya gesekan. Karena biasanya saat Pangrupukan, warga masih melaksanakan rangkaian Melasti dan warga sangat kelelahan. Sedangkan harus mengarak Ogoh-ogoh pada malam harinya.

Sepuluh sekaa teruna dari 14 sekaa teruna/banjar se-Desa Pakraman Singakerta sudah menyiapkan pawai sebulan sebelumnya, bahkan ada yang sudah menyiapkan pragmen tari sejak dua bulan lalu. Pawai sebelum Pangrupukan ini digelar kedua kalinya, pertama dilaksanakan saat Nyepi Tahun Baru Saka 1940 setahun lalu.

Sedangkan tahun-tahun sebelumnya, pengarakan ogoh-ogoh selalu dilaksanakan saat malam Pangrupukan Nyepi atau sehari sebelum Nyepi Tahun Baru Saka. “Pawai ini kami laksanakan atas hasil evaluasi pelaksanaan sebelumnya, dimana pawai sebelum Pangrupukan lebih baik dilaksanakan dibandingkan dengan saat pangrupukan,”paparnya.

Peserta masing-masing banjar diberikan kesempatan menunjukkan atraksi selama 20 menit di depan panggung, selanjutnya Ogoh-ogoh dibawa kembali ke banjar masing-masing. Jika memungkinkan akan diarak di banjar bersangkutan saat Pangrupukan, itupun jika masih memungkinkan. Parade digelar mulai sore pukul 16.00 Wita, hingga pukul 22:00Wita.

Penonton dan warga sekitar sangat antusias menyaksikan kebolehan masing-masing banjar hingga merangsek ke areal panggung yang berada di areal parkir pasar terus menyempit. .

Lebih lanjut, ia mengatakan parade kali ini diikuti 10 Ogoh-ogoh dari 10 banjar se-Desa Singakerta. Sebetulnya, ada 14 banjar di Desa Singakerta. Namun, empat banjar putuskan tidak ikut parade ogoh-ogoh, dengan alasan waktunya benturan dengan piodalan di Pura Melanting banjarnya dan upacara lainnya.

Peserta pertama, Banjar Batuh membawakan garapan yang berjudul Rahwana Pralaya, selanjutnya Banjar Kengetan dengan garapan Sanghyang Sarasija Maya Hireng, Banjar Dangin Labak dengan Garapan Karang Enjung, Banjar Tebongkang dengan garapan Kidung Tanpa Tulis, Banjar Katik Lantang dengan garapan Dalem Balingkang, Banjar Jukut Paku dengan garapan Jukut Paku Maha Santhi, Banjar Tunon dengan Garapan Sura Bhuta, Banjar Demayu Buduk dengan garapan Menyerahnya Ki Pasek Badak, Banjar Lodtunduh dengan garapan Nangluk Merana dan terakhir Banjar Dauh Labak dengan garapan I Butha Nawa Gempang.  

Saat parade ogoh-ogoh rangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1940 setahun lalu, sekaa teruna masing-masing banjar diberi bantuan sebesar Rp7,5 juta. Sedangkan untuk parade ogoh-ogoh tahun ini, sekaa teruna masing-masing banjar dibantu sebesar Rp15 juta. “Bantuan itu diambilkan dari APBDes dan bantuan Bupati Gianyar,” papar Murja.

Wakil Bupati Gianyar, AA Gde Mayun mengapresiasi pelaksanaan Pawai Ogoh-ogoh Desa Singakerta yang dilaksanakan sebelum Pangrupukan. Kreatifitas budaya dan seni masing-masing sekaa teruna akan bisa ditampilkan optimal. Sehingga pada saat perayaan rangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1941, warga lebih fokus dalam melaksanakan yadnya.

“Pawai semacam ini diharapkan bisa terus berlanjut dan memajukan Gianyar dalam seni budaya,” paparnya.

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019