Denpasar (Antaranews Bali) - Gubernur Bali Wayan Koster menginginkan kopi produksi daerah Kintamani, Kabupaten Bangli, dapat menembus pasar ekspor sehingga bisa lebih meningkatkan kesejahteraan para petani.
"Kita tahu kopi Kintamani sangat bagus, untuk itu perlu difasilitasi agar bisa nantinya melakukan ekspor," kata Koster saat menerima audiensi dari distributor, petani kopi dan Atase Pertanian Kedubes RI, di Denpasar, Rabu malam.
Setelah menelurkan Pergub Bali No 99 Tahun 2018 yang memberikan perlindungan terhadap pemasaran produk pertanian lokal Bali, maka pihaknya akan terus menyiapkan peraturan lanjutan agar produk pertanian lokal dapat diterima lebih luas di pasaran dan bahkan berorientasi ekspor.
Kopi, menurut Koster, merupakan salah satu produk pertanian dari Bali yang menjanjikan untuk dikemas secara baik dan diekspor ke luar negeri.
Sementara itu, Atase Pertanian Kedubes RI di Washington DC Amerika Serikat, Hari Edi Soekirno, mengatakan Amerika dan negara sekitarnya merupakan pangsa pasar kopi yang menjanjikan. Permintaan menurutnya mencapai sekitar 6 juta dolar AS seluruhnya.
"Kita (Indonesia) baru bisa memasok sekitar tiga ratus ribu dolar AS, masih sangat jauh, dan pangsa pasarnya terbuka," ujarnya Hari.
Untuk kopi Kintamani, menurut dia, memiliki rasa spesial yang sudah diakui oleh Perancis sehingga harus dikenalkan juga ke Amerika.
Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kintamani, Bali yang juga petani kopi Kintamani, Ketut Jati, mengatakan kopi Kintamani memiliki rasa spesifik yang tidak ada di daerah lain.
"Kopi Kintamani juga sudah memiliki sertifikat indikasi geografis dan hak paten, hanya saja pemasaran saat ini masih terbatas," ucapnya.
Oleh karena itu, ia menyambut baik jika kopi yang berasal dari daerah sejuk di Kabupaten Bangli itu bisa merambah pasar Amerika dengan bantuan Ppemprov Bali dan distributor.
"Di Kintamani ada 64 subak yang mengembangkan kopi ini. Yang kami butuhkan hanya sarana prasarana agar bisa mengolah sesuai SOP (standar operasional dan prosedur)," kata Ketut Jati.
Sedangkan Direktur PT Dagna Agro Bumi Wahyudi Angligan berharap Pemprov Bali bisa membantu memfasilitasi agar kopi Kintamani jenis Arabika ini bisa merambah ke pasar AS. "Kami melihat peluang karena kopi Arabika belum terlalu dikenal di sana," ujar Wahyudi.
Selain berorientasi ekspor, pertanian kopi Kintamani nantinya bisa dikemas dengan agrowisata yang bisa menarik minat wisatawan dan semakin meningkatkan citra kopi Kintamani.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Kita tahu kopi Kintamani sangat bagus, untuk itu perlu difasilitasi agar bisa nantinya melakukan ekspor," kata Koster saat menerima audiensi dari distributor, petani kopi dan Atase Pertanian Kedubes RI, di Denpasar, Rabu malam.
Setelah menelurkan Pergub Bali No 99 Tahun 2018 yang memberikan perlindungan terhadap pemasaran produk pertanian lokal Bali, maka pihaknya akan terus menyiapkan peraturan lanjutan agar produk pertanian lokal dapat diterima lebih luas di pasaran dan bahkan berorientasi ekspor.
Kopi, menurut Koster, merupakan salah satu produk pertanian dari Bali yang menjanjikan untuk dikemas secara baik dan diekspor ke luar negeri.
Sementara itu, Atase Pertanian Kedubes RI di Washington DC Amerika Serikat, Hari Edi Soekirno, mengatakan Amerika dan negara sekitarnya merupakan pangsa pasar kopi yang menjanjikan. Permintaan menurutnya mencapai sekitar 6 juta dolar AS seluruhnya.
"Kita (Indonesia) baru bisa memasok sekitar tiga ratus ribu dolar AS, masih sangat jauh, dan pangsa pasarnya terbuka," ujarnya Hari.
Untuk kopi Kintamani, menurut dia, memiliki rasa spesial yang sudah diakui oleh Perancis sehingga harus dikenalkan juga ke Amerika.
Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kintamani, Bali yang juga petani kopi Kintamani, Ketut Jati, mengatakan kopi Kintamani memiliki rasa spesifik yang tidak ada di daerah lain.
"Kopi Kintamani juga sudah memiliki sertifikat indikasi geografis dan hak paten, hanya saja pemasaran saat ini masih terbatas," ucapnya.
Oleh karena itu, ia menyambut baik jika kopi yang berasal dari daerah sejuk di Kabupaten Bangli itu bisa merambah pasar Amerika dengan bantuan Ppemprov Bali dan distributor.
"Di Kintamani ada 64 subak yang mengembangkan kopi ini. Yang kami butuhkan hanya sarana prasarana agar bisa mengolah sesuai SOP (standar operasional dan prosedur)," kata Ketut Jati.
Sedangkan Direktur PT Dagna Agro Bumi Wahyudi Angligan berharap Pemprov Bali bisa membantu memfasilitasi agar kopi Kintamani jenis Arabika ini bisa merambah ke pasar AS. "Kami melihat peluang karena kopi Arabika belum terlalu dikenal di sana," ujar Wahyudi.
Selain berorientasi ekspor, pertanian kopi Kintamani nantinya bisa dikemas dengan agrowisata yang bisa menarik minat wisatawan dan semakin meningkatkan citra kopi Kintamani.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019