Karangasem (Antaranews Bali) - Bupati Karangasem, Bali Gusti Ayu Mas Sumatri berharap program Kementerian Sosial "Desaku Menanti"  dapat memutus mata rantai kemiskinan di Kabupaten Karangasem.
    
"Kami berharap program dari Kementerian Sosial (Kemensos) 'Desaku Menanti' berharap mampu memutus mata rantai kemiskinan, seperti yang terjadi di Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat ini," kata Bupati Mas Sumatri saat peluncuran program "Desaku Menanti" di Banjar Muntigunung, Karangasem, Bali, Selasa.
    
Menurut Mas Sumatri,  jumlah gelandangan dan pengemis di Karangasem dari tahun ke tahun kini semakin menurun jumlahnya, Hal tersebut karena pihaknya berupaya memberikan jalan keluar dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi warga setempat selama ini.  
    
"Pemkab Karangasem sudah melakukan pembinaan sejak 2012 hingga 2017 sebanyak 3.378 jiwa. Sekarang jumlah gelandangan dan pengemis (gepeng) 285 jiwa pada tahun 2015 sampai 2016. Begitu juga sebanyak 100 orang sudah mendapat akses permodalan, sisanya 185 orang yang belum mendapatkan akses permodalan," ucapnya.
    
Mas Sumatri lebih lanjut mengatakan masing-masing individu dari 185 jiwa itu mendapat permodalan senilai Rp5 juta. "Total nilai bantuan Rp500 juta. Tahun 2017 total Rp250 juta untuk 50 jiwa. Tahun 2018 kami mendapat program "Desaku Menanti" bagi 50 KK mantan gepeng. Total nilai bantuan Rp2,3 miliar lebih. Untuk lahan siap bangun kami siapkan satu hektare untuk pembangunan 50 unit rumah," ucapnya.
    
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, Edi Suharto mengatakan ke depan program tersebut akan disinergikan dengan program lainnya, baik dari unsur pemerintah maupun CSR perusahaan.
    
"Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga mereka tidak lagi mengemis dan menggelandang ke daerah lain atau perkotaan," ujarnya.
    
Menurut dia, mengurai persoalan kemiskinan, dalam hal ini gelandangan dan pengemis butuh pendekatan berbeda dan spesifik. Oleh sebab, mereka yang menggelandang dan mengemis turun ke jalan untuk meminta bantuan sosial.
    
"Segmentasi masyarakat perlu diperhatikan lantaran kemiskinan memiliki dimensi yang luas. Mereka meminta-minta untuk mendapatkan bantuan sosial. Kalau kita beri bantuan sosial lagi, maka tidak akan menyelesaikan masalah," katanya.
    
Melalui program ini, Edi optimistis tidak hanya akan membuat mereka tak lagi menggelandang dan mengemis, tetapi juga mampu mengubah mentalitas dan cara berfikir mereka.
    
"Program ini tidak hanya pembangunan fisik, tapi komprehensif mulai dari hunian, ada dana,  pendampingan dan lain sebagainya," katanya.

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019