Denpasar (Antara Bali) - Jepang saat ini membutuhkan tenaga keperawatan berstandar internasional asal Indonesia, seiring kebutuhan tenaga tersebut yang masih kekurangan.
Kini terdapat sekitar 20 tempat di berbagai kota di Jepang yang mempekerjakan tenaga perawat asal Indonesia. Ke-20 tempat tersebut terdiri dari delapan rumah sakit dan 12 fasilitas rumah jompo, kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) Heru Santoso di Nusa Dua, Senin.
Peningkatan kebutuhan tersebut karena tenaga keperawatan yang ada berkurang, salah satu faktornya adalah akibat bencana, terutama gempa dan tsunami.
"Semestinya kondisi ini segera dimanfaatkan pemerintah Indonesia terutama lembaga pendidikan keperawatan untuk lebih banyak membuka jaringan kerja sama, memperluas wawasan serta meningkatkan sumberdaya tenaga keperawatan," katanya.
Heru Santoso berharap Indonesia tidak hanya bisa mengirim tenaga kerja kasar, seperti pembantu rumah tangga yang selama ini banyak menimbulkan masalah.
Oleh karena itu, kata dia, Pemerintah Indonesia harus memanfaatkan kesempatan tersebut, mengingat Jepang sangat terbuka bagi perawat asal negeri ini.
"Saat ini Jepang sudah mempekerjakan perawat asal Indonesia. Perawat kita boleh dikatakan sudah mendapat perhatian dari pemerintah Jepang. Bahkan saat ini sudah ada 15 perawat asal Indonesia yang sudah lulus ujian menurut standar kompetensi di Jepang," ujarnya.
Untuk itu sangat diharapkan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia agar lebih ditingkatkan sumberdaya manusianya, dari tenaga keperawatan biasa ke standar internasional.
"Pemerintah Indonesia harus belajar standar kompetensi keperawatan di Jepang. Selain itu harus membangun jaringan kerja sama dengan asosiasi rumah sakit dan rumah jompo di Jepang yang membutuhkan tenaga perawat," kata Heru.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Kini terdapat sekitar 20 tempat di berbagai kota di Jepang yang mempekerjakan tenaga perawat asal Indonesia. Ke-20 tempat tersebut terdiri dari delapan rumah sakit dan 12 fasilitas rumah jompo, kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) Heru Santoso di Nusa Dua, Senin.
Peningkatan kebutuhan tersebut karena tenaga keperawatan yang ada berkurang, salah satu faktornya adalah akibat bencana, terutama gempa dan tsunami.
"Semestinya kondisi ini segera dimanfaatkan pemerintah Indonesia terutama lembaga pendidikan keperawatan untuk lebih banyak membuka jaringan kerja sama, memperluas wawasan serta meningkatkan sumberdaya tenaga keperawatan," katanya.
Heru Santoso berharap Indonesia tidak hanya bisa mengirim tenaga kerja kasar, seperti pembantu rumah tangga yang selama ini banyak menimbulkan masalah.
Oleh karena itu, kata dia, Pemerintah Indonesia harus memanfaatkan kesempatan tersebut, mengingat Jepang sangat terbuka bagi perawat asal negeri ini.
"Saat ini Jepang sudah mempekerjakan perawat asal Indonesia. Perawat kita boleh dikatakan sudah mendapat perhatian dari pemerintah Jepang. Bahkan saat ini sudah ada 15 perawat asal Indonesia yang sudah lulus ujian menurut standar kompetensi di Jepang," ujarnya.
Untuk itu sangat diharapkan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia agar lebih ditingkatkan sumberdaya manusianya, dari tenaga keperawatan biasa ke standar internasional.
"Pemerintah Indonesia harus belajar standar kompetensi keperawatan di Jepang. Selain itu harus membangun jaringan kerja sama dengan asosiasi rumah sakit dan rumah jompo di Jepang yang membutuhkan tenaga perawat," kata Heru.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011