Badung (Antaranews Bali) - Pengelola objek wisata kawasan luar Pura Uluwatu, Kabupaten Badung, Bali, menanggapi foto tebing retak di kawasan Pura Luhur Uluwatu yang beredar beberapa hari terakhir.
"Kami lihat sendiri kenyataan di lapangan, bahwa kondisi yang sebenarnya terjadi tidak sesuai dengan foto yang viral itu," ujar Manajer Pengelola Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu, I Wayan Wijana, di Badung, Rabu.
Ia menjelaskan, pada foto yang viral tersebut, tumbuhan di tebing tampak kering. Sedangkan kondisi saat ini, tebing telah ditumbuhi oleh pepohonan yang tumbuh subur secara alami
"Saya pikir foto tebing retak yang viral itu dengan keadaan sekarang tidak cocok, kebetulan juga sekarang musim penghujan pas banyak tumbuh pohon di sisi tebing," katanya.
Meskipun begitu, mengatakan masalah tebing yang retak tersebut telah terjadi dan sudah diketahui sejak dahulu. "Sekitar tahun 1992 menurut pengamat juga terjadi penurunan yang tidak signifikan sekitar satu milimeter, yang juga sudah saya koordinasikan kepada pihak puri," katanya.
Ia menjelaskan, sejak sekitar tahun 1992 hingga saat ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya telah mengatur sistem persembahyangan saat pelaksaan ritual Piodalan di Pura tersebut.
"Kami minimalkan umat yang bersembahyang di dalam. Untuk persembahyangan kami lakukan di Jaba Tengah Pura, di dalam hanya upacaranya saja. Untuk mengatur jumlah umat yang bersembahyang kami juga telah menggunakan sistem kartu," ujar Wayan Wijana.
Pihaknya sejak dahulu juga telah memiliki komitmen bersama dengan melarang wisatawan dan pengunjung lain selain umat yang akan bersembahyang untuk masuk kawasan Pura
"Pura Uluwatu memang merupakan ikon wisatanya. Namun kami melarang wisatawan masuk ke pura dan yang kami tawarkan untuk pariwisata adalah kawasan luar Pura Uluwatu. Jadi keretakan ini juga tidak akan banyak berpengaruh kepada sektor pariwisata," ujarnya.
Terkait keretakan tebing tersebut, menurutnya setiap tahun telah ada evaluasi yang dilakukan oleh pihak Dinas PUPR Kabupaten Badung. Selain itu juga terdapat 'masterplan' penataan kawasan Uluwatu yang telah dirancang.
"Masterplan tersebut termasuk di dalamnya adalah penataan tebing retak itu. Nantinya selain keretakan juga akan dilakukan penguatan tebing. Selain itu tembok di pinggir tebing akan dimundurkan yang lahan sisanya akan dilakukan tamanisasi sebagai antisipasi abrasi. Itu sudah dianggarkan dan pasti akan dilaksanakan," ujarnya.
Sementara itu, untuk memastikan kebenaran foto yang beredar di media sosial tersebut. Camat Kuta Selatan, Made Widiana, bersama tim juga telah melakukan pemantauan ke lokasi tebing yang retak.
"Kami hari ini menerbangkan 'drone' untuk memastikan kabar yang sempat viral tersebut. Ini kami lakukan untuk mengetahui kebenarannya dan agar tidak muncul informasi yang meresahkan masyarakat Bali.
Ia menjelaskan, setelah dilakukan pantauan tersebut, pihaknya akan membuat laporan yang nantinya akan diberikan kepada instansi teknis untuk ditindaklanjuti dan diadakan pengecekan secara detail.
"Apa langkah secara teknis yang harus diambil itu nanti pihak PUPR yang lebih paham. Jadi pemantauan ini kami jadikan bahan awal bersama pengelola wisata Uluwatu sebagai laporan ke Pemkab Badung," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Kami lihat sendiri kenyataan di lapangan, bahwa kondisi yang sebenarnya terjadi tidak sesuai dengan foto yang viral itu," ujar Manajer Pengelola Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu, I Wayan Wijana, di Badung, Rabu.
Ia menjelaskan, pada foto yang viral tersebut, tumbuhan di tebing tampak kering. Sedangkan kondisi saat ini, tebing telah ditumbuhi oleh pepohonan yang tumbuh subur secara alami
"Saya pikir foto tebing retak yang viral itu dengan keadaan sekarang tidak cocok, kebetulan juga sekarang musim penghujan pas banyak tumbuh pohon di sisi tebing," katanya.
Meskipun begitu, mengatakan masalah tebing yang retak tersebut telah terjadi dan sudah diketahui sejak dahulu. "Sekitar tahun 1992 menurut pengamat juga terjadi penurunan yang tidak signifikan sekitar satu milimeter, yang juga sudah saya koordinasikan kepada pihak puri," katanya.
Ia menjelaskan, sejak sekitar tahun 1992 hingga saat ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya telah mengatur sistem persembahyangan saat pelaksaan ritual Piodalan di Pura tersebut.
"Kami minimalkan umat yang bersembahyang di dalam. Untuk persembahyangan kami lakukan di Jaba Tengah Pura, di dalam hanya upacaranya saja. Untuk mengatur jumlah umat yang bersembahyang kami juga telah menggunakan sistem kartu," ujar Wayan Wijana.
Pihaknya sejak dahulu juga telah memiliki komitmen bersama dengan melarang wisatawan dan pengunjung lain selain umat yang akan bersembahyang untuk masuk kawasan Pura
"Pura Uluwatu memang merupakan ikon wisatanya. Namun kami melarang wisatawan masuk ke pura dan yang kami tawarkan untuk pariwisata adalah kawasan luar Pura Uluwatu. Jadi keretakan ini juga tidak akan banyak berpengaruh kepada sektor pariwisata," ujarnya.
Terkait keretakan tebing tersebut, menurutnya setiap tahun telah ada evaluasi yang dilakukan oleh pihak Dinas PUPR Kabupaten Badung. Selain itu juga terdapat 'masterplan' penataan kawasan Uluwatu yang telah dirancang.
"Masterplan tersebut termasuk di dalamnya adalah penataan tebing retak itu. Nantinya selain keretakan juga akan dilakukan penguatan tebing. Selain itu tembok di pinggir tebing akan dimundurkan yang lahan sisanya akan dilakukan tamanisasi sebagai antisipasi abrasi. Itu sudah dianggarkan dan pasti akan dilaksanakan," ujarnya.
Sementara itu, untuk memastikan kebenaran foto yang beredar di media sosial tersebut. Camat Kuta Selatan, Made Widiana, bersama tim juga telah melakukan pemantauan ke lokasi tebing yang retak.
"Kami hari ini menerbangkan 'drone' untuk memastikan kabar yang sempat viral tersebut. Ini kami lakukan untuk mengetahui kebenarannya dan agar tidak muncul informasi yang meresahkan masyarakat Bali.
Ia menjelaskan, setelah dilakukan pantauan tersebut, pihaknya akan membuat laporan yang nantinya akan diberikan kepada instansi teknis untuk ditindaklanjuti dan diadakan pengecekan secara detail.
"Apa langkah secara teknis yang harus diambil itu nanti pihak PUPR yang lebih paham. Jadi pemantauan ini kami jadikan bahan awal bersama pengelola wisata Uluwatu sebagai laporan ke Pemkab Badung," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019