Beijing (ANTARA News) - Pematung kenamaan asal Bali Nyoman Nuarta akan memboyong puluhan hasil karyanya ke China untuk dipamerkan.
"Saya sedang mencari museum atau galeri yang bisa menampung 20 hingga 25 karya saya," katanya kepada ANTARA, di Beijing, Sabtu malam (1/12).
Ia menganggap China sangat menarik sebagai negara untuk memamerkan sejumlah koleksi seni rupa terbaik yang dihasilkannya.
Menurut maestro seni rupa kelahiran Tabanan pada 14 November 1951 itu, di negara berpenduduk terbanyak di dunia terdapat banyak terdapat museum dan galeri seni yang representatif memamerkan karyanya.
Pada pemaran lukisan tahun lalu di salah satu galeri seni terbesar di Beijing, patung Borobudur karya Nuarta yang terbuat dari perunggu cukup banyak menyita perhatian pengunjung dari China dan beberapa negara lainnya.
Namun pada pameran di Ibu Kota China itu, dia tidak hadir karena disibukkan dengan proyek finalisasi maha karyanya, Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Jimbaran, Kabupaten Badung.
"Nanti yang akan kami bawa ke sini bukan patung-patung gede karena saya, khawatir pintu museum atau galeri tidak muat," ujarnya sembari berharap tahun ini masyarakat daratan China sudah bisa menyaksikan hasil karyanya.
Dengan ditemani istri dan koleganya, Nuarta akan melakukan perjalanan di China selama beberapa hari.
Baca juga: Seniman Nyoman Nuarta dapat penghargaan di India
Baca juga: Nyoman Nuarta: "Tiga Mojang" Bukan Bunda Maria
Baca juga: Pemasangan patung Garuda Wisnu Kencana perlu Rp157 miliar
"GWK sudah rampung dan kini sudah bukan tanggung jawab saya lagi," tutur seniman lulusan ITB yang kini menetap di Bandung, Jawa Barat, itu.
Dalam kesempatan di Beijing, Nuarta bertemu sejumlah mahasiswa asal Indonesia yang difasilitasi oleh Duta Besar Indonesia untuk China merangkap Mongolia, Djauhari Oratmangun, dan Atase Pendidikan Kedutaan Besar Indonesia di Beijing, Yaya Sutarya.
"Jangan takut untuk berkarya. Seniman Indonesia tidak kalah dengan China. Sudah bukan hal aneh, lukisan karya seniman Indonesia itu laku di luar negeri dengan harga Rp5 miliar hingga Rp6 miliar," pesannya.
Lalu dia menyebutkan patung GWK yang terbuat dari perunggu itu usianya bisa mencapai 100 tahun dan nilai pembutannya hanya Rp150 miliar atau jauh lebih rendah dari karya sejenis di India yang mencapai Rp600 miliar dengan kualitas yang sama.
Selain GWK, karya besar Nuarta lainnya adalah Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan Monumen Proklamasi Indonesia di Jakarta, termasuk patung Bung Karno di tempat kelahirannya di Kabupaten Tabanan.
"Kami sudah melihat GWK yang baru bersama delegasi lainnya dari luar negeri saat KTT IMF di Bali beberapa waktu lalu. Sungguh karya Pak Nyoman ini sangat membanggakan," kata Oratmangun. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Saya sedang mencari museum atau galeri yang bisa menampung 20 hingga 25 karya saya," katanya kepada ANTARA, di Beijing, Sabtu malam (1/12).
Ia menganggap China sangat menarik sebagai negara untuk memamerkan sejumlah koleksi seni rupa terbaik yang dihasilkannya.
Menurut maestro seni rupa kelahiran Tabanan pada 14 November 1951 itu, di negara berpenduduk terbanyak di dunia terdapat banyak terdapat museum dan galeri seni yang representatif memamerkan karyanya.
Pada pemaran lukisan tahun lalu di salah satu galeri seni terbesar di Beijing, patung Borobudur karya Nuarta yang terbuat dari perunggu cukup banyak menyita perhatian pengunjung dari China dan beberapa negara lainnya.
Namun pada pameran di Ibu Kota China itu, dia tidak hadir karena disibukkan dengan proyek finalisasi maha karyanya, Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Jimbaran, Kabupaten Badung.
"Nanti yang akan kami bawa ke sini bukan patung-patung gede karena saya, khawatir pintu museum atau galeri tidak muat," ujarnya sembari berharap tahun ini masyarakat daratan China sudah bisa menyaksikan hasil karyanya.
Dengan ditemani istri dan koleganya, Nuarta akan melakukan perjalanan di China selama beberapa hari.
Baca juga: Seniman Nyoman Nuarta dapat penghargaan di India
Baca juga: Nyoman Nuarta: "Tiga Mojang" Bukan Bunda Maria
Baca juga: Pemasangan patung Garuda Wisnu Kencana perlu Rp157 miliar
"GWK sudah rampung dan kini sudah bukan tanggung jawab saya lagi," tutur seniman lulusan ITB yang kini menetap di Bandung, Jawa Barat, itu.
Dalam kesempatan di Beijing, Nuarta bertemu sejumlah mahasiswa asal Indonesia yang difasilitasi oleh Duta Besar Indonesia untuk China merangkap Mongolia, Djauhari Oratmangun, dan Atase Pendidikan Kedutaan Besar Indonesia di Beijing, Yaya Sutarya.
"Jangan takut untuk berkarya. Seniman Indonesia tidak kalah dengan China. Sudah bukan hal aneh, lukisan karya seniman Indonesia itu laku di luar negeri dengan harga Rp5 miliar hingga Rp6 miliar," pesannya.
Lalu dia menyebutkan patung GWK yang terbuat dari perunggu itu usianya bisa mencapai 100 tahun dan nilai pembutannya hanya Rp150 miliar atau jauh lebih rendah dari karya sejenis di India yang mencapai Rp600 miliar dengan kualitas yang sama.
Selain GWK, karya besar Nuarta lainnya adalah Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan Monumen Proklamasi Indonesia di Jakarta, termasuk patung Bung Karno di tempat kelahirannya di Kabupaten Tabanan.
"Kami sudah melihat GWK yang baru bersama delegasi lainnya dari luar negeri saat KTT IMF di Bali beberapa waktu lalu. Sungguh karya Pak Nyoman ini sangat membanggakan," kata Oratmangun. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018