Nusa Dua (Antaranews Bali) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengalokasikan anggaran 400 ribu hingga 900 ribu dolar AS tahun 2019 untuk mendukung ekosistem karbon biru dalam memitigasi perubahan iklim.
"Ini akan memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan pemahaman ekosistem, penyimpanan karbon, mencegah emisi dan pengelolaan ekosistem mangrove dan padang lamun di Tanah Air," kata Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan KKP Sjarief Widjaja di sela-sela "Our Ocean Conference" di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Menurut dia, upaya tersebut juga akan mendukung target pemerintah dalam upaya konservasi mangrove dan padang lamun, strategi penurunan emisi dari deforestasi dan pengrusakan hutan (REDD) serta kebijakan menyangkut karbon biru lainnya.
Sjarief menambahkan pemerintah saat ini berhasil membentuk wilayah perairan konservasi seluas 20,87 juta hektare tahun 2018, atau dua tahun lebih cepat dari target awal tahun 2020.
Perluasan lahan konservasi perairan itu akan mendukung upaya bersama dalam konservasi mangrove dan padang lamun yang merupakan prioritas utama KKP.
Tahun 2030, KKP bahkan menargetkan dapat memperluas wilayah konservasi perairan hingga mencapai 30 juta hektare.
Indonesia memiliki wilayah pesisir sepanjang sekitar 95.181 kilometer, salah satu yang terpanjang di dunia dan menjadi rumah ekosistem perairan tropis seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun dan rumput.
Kawasan mangrove di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia yakni mencapai 23 persen dari total mangrove dunia.
Mangrove atau bakau memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan karbon yang lebih besar dibandingkan karbon hutan.
Selain itu mangrove merupakan pelindung alami untuk menahan abrasi air laut serta memberikan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat dengan pengelolaan berkelanjutan.
Potensi yang besar dimiliki Indonesia, membuat negara ini menampung 17 persen karbon biru dari total cadangan ekosistem karbon biru dunia.
KKP menyebutkan ekosistem karbon biru Indonesia saat ini yang paling terancam di dunia karena diperkirakan sekitar 3-7 persen ekosistemnya hilang setiap tahun, yang paling buruk ditemukan di perairan utara Pulau Jawa.
Penyebab utamanya seperi pengerukan, penurunan kualitas air, deforestasi atau penggundulan dan aktivitas budidaya perikanan akuakultur.
"Diperkirakan sekitar 70 persen hutan mangrove Indonesia rusak karena aktivitas manusia," imbuh Sjarief.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Ini akan memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan pemahaman ekosistem, penyimpanan karbon, mencegah emisi dan pengelolaan ekosistem mangrove dan padang lamun di Tanah Air," kata Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan KKP Sjarief Widjaja di sela-sela "Our Ocean Conference" di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Menurut dia, upaya tersebut juga akan mendukung target pemerintah dalam upaya konservasi mangrove dan padang lamun, strategi penurunan emisi dari deforestasi dan pengrusakan hutan (REDD) serta kebijakan menyangkut karbon biru lainnya.
Sjarief menambahkan pemerintah saat ini berhasil membentuk wilayah perairan konservasi seluas 20,87 juta hektare tahun 2018, atau dua tahun lebih cepat dari target awal tahun 2020.
Perluasan lahan konservasi perairan itu akan mendukung upaya bersama dalam konservasi mangrove dan padang lamun yang merupakan prioritas utama KKP.
Tahun 2030, KKP bahkan menargetkan dapat memperluas wilayah konservasi perairan hingga mencapai 30 juta hektare.
Indonesia memiliki wilayah pesisir sepanjang sekitar 95.181 kilometer, salah satu yang terpanjang di dunia dan menjadi rumah ekosistem perairan tropis seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun dan rumput.
Kawasan mangrove di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia yakni mencapai 23 persen dari total mangrove dunia.
Mangrove atau bakau memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan karbon yang lebih besar dibandingkan karbon hutan.
Selain itu mangrove merupakan pelindung alami untuk menahan abrasi air laut serta memberikan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat dengan pengelolaan berkelanjutan.
Potensi yang besar dimiliki Indonesia, membuat negara ini menampung 17 persen karbon biru dari total cadangan ekosistem karbon biru dunia.
KKP menyebutkan ekosistem karbon biru Indonesia saat ini yang paling terancam di dunia karena diperkirakan sekitar 3-7 persen ekosistemnya hilang setiap tahun, yang paling buruk ditemukan di perairan utara Pulau Jawa.
Penyebab utamanya seperi pengerukan, penurunan kualitas air, deforestasi atau penggundulan dan aktivitas budidaya perikanan akuakultur.
"Diperkirakan sekitar 70 persen hutan mangrove Indonesia rusak karena aktivitas manusia," imbuh Sjarief.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018