Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi akibat pembakaran bendera yang mereka yakini sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Kami meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas kegaduhan yang terjadi, tetapi bukan atas pembakaran bendera HTI," kata Yaqut dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Yaqut mengatakan GP Ansor dan Barisan Ansor Serba Guna (Banser) tetap pada posisi menolak HTI dan simbol-simbol mereka. Karena itu, dia menegaskan tidak akan meminta maaf kepada HTI.
Terkait anggapan beberapa pihak bahwa yang dibakar anggota Banser dalam peringatan Hari Santri di Garut adalah bendera tauhid, bukan bendera HTI, Yaqut mengatakan bahwa HTI sendiri pernah menyatakan itu bendera mereka.
"Dalam persidangan pembubaran HTI, juru bicara mereka menyatakan bahwa itu bendera mereka. Kalau saat ini mereka menyangkal, kami menduga ada upaya memanipulasi umat Islam," katanya.
Bendera yang sama juga selalu digunakan HTI dalam kegiatan-kegiatan mereka, termasuk dalam kegiatan yang mendatangkan massa besar di Gelora Bung Karno.
Selain itu, Yaqut mengatakan bendera HTI meskipun memuat bunyi tauhid, tetapi memiliki huruf-huruf Arab yang khas, sebagaimana bendera Negara Islam yang memuat tulisan tauhid dengan ciri khas huruf Arab tertentu.
"Kalau ada yang mengibarkan bendera palu arit, apakah ada yang menyangka bahwa itu bendera Partai Komunis Indonesia?," katanya.
Pengibaran masif
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas kegaduhan yang terjadi, tetapi bukan atas pembakaran bendera HTI," kata Yaqut dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Yaqut mengatakan GP Ansor dan Barisan Ansor Serba Guna (Banser) tetap pada posisi menolak HTI dan simbol-simbol mereka. Karena itu, dia menegaskan tidak akan meminta maaf kepada HTI.
Terkait anggapan beberapa pihak bahwa yang dibakar anggota Banser dalam peringatan Hari Santri di Garut adalah bendera tauhid, bukan bendera HTI, Yaqut mengatakan bahwa HTI sendiri pernah menyatakan itu bendera mereka.
"Dalam persidangan pembubaran HTI, juru bicara mereka menyatakan bahwa itu bendera mereka. Kalau saat ini mereka menyangkal, kami menduga ada upaya memanipulasi umat Islam," katanya.
Bendera yang sama juga selalu digunakan HTI dalam kegiatan-kegiatan mereka, termasuk dalam kegiatan yang mendatangkan massa besar di Gelora Bung Karno.
Selain itu, Yaqut mengatakan bendera HTI meskipun memuat bunyi tauhid, tetapi memiliki huruf-huruf Arab yang khas, sebagaimana bendera Negara Islam yang memuat tulisan tauhid dengan ciri khas huruf Arab tertentu.
"Kalau ada yang mengibarkan bendera palu arit, apakah ada yang menyangka bahwa itu bendera Partai Komunis Indonesia?," katanya.
Pengibaran masif
Dalam kesempatan itu, Yaqut Cholil Qoumas menilai ada upaya sistematis dan terencana untuk mengibarkan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada peringatan Hari Santri di beberapa daerah.
"Tidak hanya di Garut, tetapi juga di Tasikmalaya, Sumedang, Cianjur, Bandung Barat dan Semarang," kata Yaqut.
Yaqut mengatakan pihaknya belum menemukan fakta tujuan dari upaya sistematis tersebut, apakah memiliki tujuan politik atau semata-mata menyasar organisasi Nahdlatul Ulama. "Kami sedang menurunkan tim untuk melakukan investigasi," ujarnya.
Saat ditanya tentang siapa yang membawa bendera yang mereka yakini sebagai bendera HTI pada peringatan Hari Santri di Garut, Yaqut mengatakan belum diketahui. Namun, dia menyebut ada yang berusaha memprovokasi dengan membawa bendera tersebut.
Masalahnya, panitia kegiatan sudah melarang peserta untuk membawa bendera apa pun selain bendera merah putih. "Kawan-kawan kita terlalu baik. Hanya diambil benderanya saja untuk dibakar, tetapi orangnya dilepaskan," katanya.
Yaqut mengatakan pembakaran bendera tersebut merupakan tindakan spontan yang sebenarnya melanggar prosedur tetap Ansor dan Barisan Ansor Serba Guna (Banser). "Prosedur kami, bila ada kader yang melihat atau menemukan pengibaran bendera HTI adalah mendokumentasikan kemudian melapor ke polisi," jelasnya. (ed)
"Tidak hanya di Garut, tetapi juga di Tasikmalaya, Sumedang, Cianjur, Bandung Barat dan Semarang," kata Yaqut.
Yaqut mengatakan pihaknya belum menemukan fakta tujuan dari upaya sistematis tersebut, apakah memiliki tujuan politik atau semata-mata menyasar organisasi Nahdlatul Ulama. "Kami sedang menurunkan tim untuk melakukan investigasi," ujarnya.
Saat ditanya tentang siapa yang membawa bendera yang mereka yakini sebagai bendera HTI pada peringatan Hari Santri di Garut, Yaqut mengatakan belum diketahui. Namun, dia menyebut ada yang berusaha memprovokasi dengan membawa bendera tersebut.
Masalahnya, panitia kegiatan sudah melarang peserta untuk membawa bendera apa pun selain bendera merah putih. "Kawan-kawan kita terlalu baik. Hanya diambil benderanya saja untuk dibakar, tetapi orangnya dilepaskan," katanya.
Yaqut mengatakan pembakaran bendera tersebut merupakan tindakan spontan yang sebenarnya melanggar prosedur tetap Ansor dan Barisan Ansor Serba Guna (Banser). "Prosedur kami, bila ada kader yang melihat atau menemukan pengibaran bendera HTI adalah mendokumentasikan kemudian melapor ke polisi," jelasnya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018