Denpasar (Antaranews Bali) - Siswa-siswi SMAN 1 Bangli dan SMAN 4 Denpasar sama-sama mengusung dan mengingatkan penonton mengenai konsep Tri Hita Karana saat tampil dalam gelar seni akhir pekan "Bali Mandara Nawanatya III" di Taman Budaya Denpasar.
"Sebagai manusia, mungkin kita sering lupa bahwa keadaan alam ini tidak baik-baik saja seperti halnya sekarang banyak bencana alam yang menerjang Indonesia seperti di Palu, Lombok, dan Donggala," kata Wayan Yudha Pangestu, salah satu penggarap kesenian yang dibawakan siswa-siswi SMAN 1 Bangli tersebut, di Taman Budaya Denpasar, Sabtu malam.
Jauh-jauh datang dari Bangli, tak menyurutkan totalitas para penampil garapan seni bertajuk "Back To Nature" , yang tentu sangat terkait dengan konsep Tri Hita Karana (menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama, dan dengan lingkungan).
Garapan tersebut juga terinspirasi karena melihat fenomena alam yang tengah dirundung kedukaan seperti gempa di Lombok, Palu, dan Donggala.
"Dengan adanya garapan ini dapat memberi pesan kepada masyarakat bahwa alam hendaknya dicintai layaknya manusia mencintai diri sendiri maupun mencintai pujaan hatinya," ucap Yudha yang juga siswa SMAN 1 Bangli itu.
Menurut Kepala SMAN 1 Bangli I Nengah Sudaya persiapan yang dilakukan anak didiknya cenderung mendesak. "HUT tanggal 25 Oktober, di Bangli juga ada upacara, hanya tiga minggu anak-anak dapat latihan dengan mandiri," kata Sudaya.
Orang tua siswa yang mendukung kegiatan anak-anaknya menjadi kemudahan tersendiri yang memperlancar suksesnya garapan ini. Penggabungan unsur kesenian seperti tabuh, tari, dan unsur drama merupakan bentuk pengembangan kesenian yang digiatkan oleh SMAN 1 Bangli.
SMAN 4 Denpasar yang hadir sebagai penampil kedua menyuguhkan penampilan berupa paduan suara dari KSM 4 (Grup Paduan Suara SMAN 4 Denpasar-red), Tari Prabasastra (Werdhi Yowana), dan sebagai pamungkas hadir garapan berupa operet yang menyajikan kisah Mayadenawa.
Garapan yang kental dengan penggabungan unsur modern dan tradisional ini pun menghibur para penonton yang rata-rata berasal dari generasi milenial. "Ini puncak kreativitas dari siswa-siswi kami , sehingga anak-anak dapat mengorganisasi diri mereka yang berkaitan dengan seni, pendidikan, dan kepercayaan diri," ujar I Ketut Kerta selaku Kepala SMAN 4 Denpasar.
Kendala yang dialami anak didiknya yakni pada proporsi dan tujuan utama pembelajaran. "Salah satu dari sekian tujuan kan tujuan utama belajar, kalo tidak disikapi dengan baik kena aturan akademis, jadi ada dispensasi untuk siswa yang terlibat dalam pentas," kata Kerta.
Baik SMAN 1 Bangli maupun SMAN 4 Denpasar sama-sama menyajikan garapan yang mengingatkan manusia akan ajaran Tri Hita Karana, yakni senantiasa peduli pada sesama, lingkungan, dan Sang Pencipta yakni Tuhan Yang Maha Esa. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Sebagai manusia, mungkin kita sering lupa bahwa keadaan alam ini tidak baik-baik saja seperti halnya sekarang banyak bencana alam yang menerjang Indonesia seperti di Palu, Lombok, dan Donggala," kata Wayan Yudha Pangestu, salah satu penggarap kesenian yang dibawakan siswa-siswi SMAN 1 Bangli tersebut, di Taman Budaya Denpasar, Sabtu malam.
Jauh-jauh datang dari Bangli, tak menyurutkan totalitas para penampil garapan seni bertajuk "Back To Nature" , yang tentu sangat terkait dengan konsep Tri Hita Karana (menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama, dan dengan lingkungan).
Garapan tersebut juga terinspirasi karena melihat fenomena alam yang tengah dirundung kedukaan seperti gempa di Lombok, Palu, dan Donggala.
"Dengan adanya garapan ini dapat memberi pesan kepada masyarakat bahwa alam hendaknya dicintai layaknya manusia mencintai diri sendiri maupun mencintai pujaan hatinya," ucap Yudha yang juga siswa SMAN 1 Bangli itu.
Menurut Kepala SMAN 1 Bangli I Nengah Sudaya persiapan yang dilakukan anak didiknya cenderung mendesak. "HUT tanggal 25 Oktober, di Bangli juga ada upacara, hanya tiga minggu anak-anak dapat latihan dengan mandiri," kata Sudaya.
Orang tua siswa yang mendukung kegiatan anak-anaknya menjadi kemudahan tersendiri yang memperlancar suksesnya garapan ini. Penggabungan unsur kesenian seperti tabuh, tari, dan unsur drama merupakan bentuk pengembangan kesenian yang digiatkan oleh SMAN 1 Bangli.
SMAN 4 Denpasar yang hadir sebagai penampil kedua menyuguhkan penampilan berupa paduan suara dari KSM 4 (Grup Paduan Suara SMAN 4 Denpasar-red), Tari Prabasastra (Werdhi Yowana), dan sebagai pamungkas hadir garapan berupa operet yang menyajikan kisah Mayadenawa.
Garapan yang kental dengan penggabungan unsur modern dan tradisional ini pun menghibur para penonton yang rata-rata berasal dari generasi milenial. "Ini puncak kreativitas dari siswa-siswi kami , sehingga anak-anak dapat mengorganisasi diri mereka yang berkaitan dengan seni, pendidikan, dan kepercayaan diri," ujar I Ketut Kerta selaku Kepala SMAN 4 Denpasar.
Kendala yang dialami anak didiknya yakni pada proporsi dan tujuan utama pembelajaran. "Salah satu dari sekian tujuan kan tujuan utama belajar, kalo tidak disikapi dengan baik kena aturan akademis, jadi ada dispensasi untuk siswa yang terlibat dalam pentas," kata Kerta.
Baik SMAN 1 Bangli maupun SMAN 4 Denpasar sama-sama menyajikan garapan yang mengingatkan manusia akan ajaran Tri Hita Karana, yakni senantiasa peduli pada sesama, lingkungan, dan Sang Pencipta yakni Tuhan Yang Maha Esa. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018