New York (Antaranews Bali) - Harga minyak dunia terus meningkat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor khawatir bahwa sanksi-sanksi AS terhadap Iran dan ketegangan antara AS dan Arab Saudi atas hilangnya seorang wartawan Jamal Khashoggi dapat mempengaruhi pasokan minyak mentah global.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate untuk pengiriman November naik 0,14 dolar AS menjadi menetap di 71,92 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember bertambah 0,63 dolar AS atau 0,8 persen menjadi ditutup pada 81,41 dolar per barel di London ICE Futures Exchange. Demikian laporan yang dikutip Xinhua.

Laporan bahwa ekspor minyak mentah Iran mungkin turun lebih cepat dari pada yang diperkirakan menjelang sanksi-sanki baru AS terhadap Teheran mulai 4 November 2018 memberikan dukungan untuk harga minyak.

Dalam dua minggu pertama Oktober, Iran mengekspor 1,33 juta barel per hari (bph) minyak mentah ke negara-negara termasuk India, China dan Turki, menurut data Refinitiv Eikon. Itu turun dari 1,6 juta barel per hari selama periode yang sama pada September.

Ekspor Oktober adalah penurunan tajam dari 2,5 juta barel per hari pada April sebelum Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir multilateral dengan Iran pada Mei, dan memerintahkan pengenaan kembali sanksi-sanksi ekonomi terhadap negara itu, data menunjukkan.

Sementara itu, para pedagang juga terus mengawasi hubungan antara AS dan Arab Saudi setelah hilangnya seorang jurnalis.

Arab Saudi telah berada di bawah tekanan sejak jurnalis Saudi terkemuka Jamal Khashoggi, seorang kritikus Riyadh yang bekerja untuk Washington Post, menghilang pada 2 Oktober setelah mengunjungi kantor konsulat Saudi di Istanbul, Turki.

Senator AS Lindsey Graham, seperti dikutip Reuters, menuduh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman memerintahkan pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi dan mengatakan pangeran itu membahayakan hubungan dengan Amerika Serikat.

Presiden AS Donald Trump mengatakan putra mahkota Saudi bermaksud memperluas penyelidikan terhadap hilangnya Khashoggi dan bahwa pangeran tidak tahu apa yang terjadi di konsulat Turki di mana Khashoggi menghilang.

"Fokus dalam perdagangan minyak selama beberapa minggu ke depan kemungkinan akan terjadi di Iran dan Arab Saudi," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan, seperti dikutip Reuters.

"Kami tidak memperkirakan Kerajaan menjadi akomodatif terhadap permintaan Gedung Putih untuk produksi yang lebih kuat," katanya, menambahkan bahwa Saudi dapat memotong sebanyak 500.000 barel per hari produksinya "sebagai tembakan peringatan jika AS memilih untuk menerapkan semua jenis sanksi dalam menanggapi perkembangan Khashoggi".

Pedagang khawatir bahwa ketegangan yang memburuk antara kedua negara dapat mengakibatkan pembatasan produksi minyak mentah global.

Namun kenaikan minyak mentah lebih lanjut tertahan oleh ekspektasi produksi minyak serpih AS dan persediaan minyak mentah AS yang lebih tinggi. (WDY)

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018