Jakarta (Antaranews Bali) - Survei yang dilakukan Luno, penyedia platform pertukaran mata uang kripto, dan TNS, menyebutkan orang Indonesia sudah cukup familiar dengan mata uang virtual tersebut, antara lain Bitcoin.

"Hasil kesadaran di Indonesia cukup memuaskan," kata Country Manager Luno Indonesia, Kanta Nandana, saat pemaparan di Jakarta, Selasa.

Survei online yang melibatkan 1.000 responden usia 18 tahun ke atas pada Juni 2018 lalu menunjukkan 63 persen responden sudah tahu tentang cryptocurrency, paling banyak pada rentang usia 25-34 tahun.

Tingkat kesadaran terhadap mata uang kripto ini tertinggi kedua di tingkat global negara-negara yang mereka survei, Indonesia hanya berada di bawah Afrika Selatan. Di regional Asia Tenggara, Luno hanya mengambil sampel Indonesia dan Malaysia, yang tingkat kesadarannya 50 persen.

Tapi, tidak berarti semua orang yang tahu memiliki mata uang kripto. Survei tersebut menunjukkan hanya 40 persen dari responden yang familiar dengan mata uang kripto sudah memilikinya.

50 persen responden yang familiar mengaku belum punya, namun tertarik membeli atau memiliki mata uang kripto.

83 persen responden Indonesia memiliki Bitcoin, sementara 36 persen mempunyai Ethereum. Responden lainnya memiliki Dash, Ripple, Lisk dan mata uang lainnya.

Mayoritas responden, 84 persen menggunakan mata uang kripto sebagai alat investasi. 38 persen menggunakan mata uang kripto sebagai alat pembayaran ketika berbelanja online di situs luar negeri.

Pemerintah Indonesia melarang menggunakan mata uang kripto seperti Bitcoin sebagai alat pembayaran.

Tantangan

Hampir 50 persen responden berpendapat mata uang kripto merupakan alat investasi yang aman, kendati konsumen masih memiliki sejumlah faktor yang mempengaruhi kepercayaan mereka terhadap Bitcoin dan sejenisnya.

Isu utama  mata uang kripto terletak pada kestabilan harga, seperti diketahui umum nilai tukar Bitcoin fluktuatif sekitar dua tahun belakangan.

Konsumen lainnya khawatir terhadap keamanan transaksi, termasuk di dalamnya risiko uang hilang karena diretas.

Responden juga menyoroti mengenai penyedia yang terpercaya sebagai tempat untuk membeli mata uang kripto.

Sementara itu, 67 responden mengaku mendapatkan pengetahuan mengenai mata uang kripto dari media sosial, 42 persen mengakses pemberitaan maupun jurnal keuangan dan teknologi untuk memahami cryptocurrency. (WDY)

Pewarta: Natisha Andarningtyas

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018