Denpasar (Antaranews Bali) - Ungkapan "terima kasih" yang diulang-ulang oleh Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam Pertemuan Tahunan IMF-WB di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober 2018, agaknya memosisikan Indonesia dalam memori khusus.

"Memori ini akan terus teringat, saya ingin mengucapkan terima kasih dari lubuk terdalam," kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde sembari mengucapkan "IMF adalah teman Indonesia" dalam Bahasa Indonesia.

Dalam jumpa pers penutupan Pertemuan Tahunan IMF-WB yang dihadiri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Nusa Dua, Bali (14/10), Lagarde berseloroh.

"Persiapannya lama, acara berlangsung lancar, lalu tiba-tiba semuanya selesai, dan Anda ingin melakukannya sekali lagi, meskipun saat ini tentu kita sedikit lelah," selorohnya, didampingi Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.

Lagarde mengatakan Bali telah bekerja keras untuk menyiapkan pertemuan ini sejak tiga tahun lalu dan mengibaratkan penyelenggaraan perhelatan akbar ini seperti acara pernikahan karena keramahan masyarakat Indonesia tidak akan hilang ingatan.

Bahkan, ia juga mengatakan kesuksesan ini bisa memberikan cerita baik bagi Indonesia, yang saat ini sedang berjuang untuk memulihkan kembali daerah terdampak bencana alam, dan kondisi global menghadapi ancaman proteksionisme.

Tidak jauh berbeda dengan Lagarde, Kim juga memberikan apresiasi yang sama seperti Lagarde sambil kembali mengucapkan rasa belasungkawa atas bencana alam gempa bumi, tsunami dan longsor yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Palu, Sukawesi Tenggara.

"Indonesia memberikan kepada kita, visi yang penuh inspirasi untuk memperbarui upaya yang sejalan dengan semangat multilateralisme," kata Kim yang menutup pernyataannya dengan ucapan "terima kasih" sebanyak tiga kali.

Kesan yang mendalam juga dirasakan sejumlah wartawan mancanegara yang meliput pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Bali yang mengaku terkesan dengan keramahan masyarakat Indonesia yang tak akan pernah dilupakan.

Lebih dari 1.000 wartawan dalam dan luar negeri meliput pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia yang dihadiri lebih dari 34 ribu peserta dari 189 negara, mulai dari menteri keuangan, gubernur bank sentral, pelaku usaha, akademisi, ahli dan media.

"Orang Indonesia tidak segan untuk membantu, mereka menawarkan bantuan, perhatian dan keramahan tidak hanya saat acara ini saja tetapi di semua tempat di hotel, restoran," kata wartawan "El Economista" Meksiko, Yolanda Morales, saat ditemui di "media center" IMF-WB (14/10).

Menurut Yolanda, keramahan tersebut menjadi sesuatu yang tidak akan ia lupakan meliput pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober 2018.

Wanita yang mengaku sudah meliput kegiatan pertemuan IMF dan Bank Dunia sejak tahun 1998 itu juga terkesan dengan pelayanan dan suguhan yang disajikan panitia penyelenggara dari Indonesia selama ia berada di Bali.

"Kalau di Washington DC itu tidak disediakan makanan ringan hanya kopi, teh atau air, tetapi di Bali ada kuenya juga," ucapnya.

Wartawan pun, kata dia, bisa lebih leluasa menyelesaikan tugasnya hingga malam hari tidak seperti pelaksanaan pertemuan tahunan di ibukota AS itu, pelayanannya hingga pukul 18.00 waktu setempat sudah ditutup.

Yolanda menambahkan promosi yang gencar dari Pemerintah Indonesia termasuk pariwisata, seni dan budaya juga menjadi sesuatu yang berbeda dibandingkan pertemuan tahunan sebelumnya yang dilaksanakan di Lima, Peru.

"Indonesia itu negara yang indah, pemandangannya luar biasa, indahnya mungkin sama dengan di Lima, tetapi ada rasa di Bali yang membuat saya senyaman di rumah," katanya.

Terkesan Paviliun Indonesia
Senada dengan Yolanda, reporter Bangla Vision dari Bangladesh, Ziaul Hoque Sabuj mengaku terkesan dengan pengaturan selama pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali.

"Lingkungannya indah, Bali daerah pariwisata, begitu juga dengan transportasi dan keamanan disini diatur dengan bagus," ucapnya.

Ziaul juga mengaku lebih mengenal Indonesia dengan keragaman budaya, seni dan industri kerajinan yang ditampilkan kepada para peserta pertemuan lewat Paviliun Indonesia.

"Semua dilakukan totalitas. Saya merasa bangga dan senang, "shuttle", keamanan hingga gedung konferensinya semuanya diatur dengan bagus," ucap reporter senior yang sudah dua kali berkunjung ke Bali.

Ya, kemajemukan tradisi dan kerajinan Indonesia di Paviliun Indonesia yang ada di kawasan lokasi Pertemuan Tahunan IMF-WB itu seakan melengkapi kisah sepekan di Bali yang akan menjadi memori tak terlupakan.

Bahkan, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde pun terkesan dengan pameran di Paviliun Indonesia yang menampilkan capaian pembangunan dari sejumlah BUMN dan melibatkan sekitar 150 usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari 64 pemerintah kabupaten/kota di Indonesia, serta potensi lainnya, seperti seni budaya, tradisi, dan pariwisata dari berbagai wilayah di Tanah Air.

"Benar-benar mengesankan dengan kerajinan, teknologi dan pariwisatanya sangat bagus," kata Lagarde kepada pers setelah mengunjungi dua anjungan Paviliun Indonesia di areal BICC Westin, Nusa Dua (10/10).

Lagarde memasuki "Indonesia Pavilion" sekitar pukul 11.30 WITA didampingi Staf Khusus I Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol serta beberapa staf dan petugas keamanan dari IMF.

Dengan mengenakan busana terusan berwarna biru tua dibalut blazer "endek", kain tenun tradisional khas Bali, mantan Menteri Keuangan Prancis itu serius mengamati satu per satu produk kerajinan dan teknologi Indonesia.

Ia sempat menyimak penjelasan dari petugas terkait industri dirgantara Indonesia dan maket pengembangan pariwisata di Mandalika, Lombok.

Lagarde juga menyempatkan berbicara langsung dengan para pengrajin yang secara langsung cara membuat kerajinan di antaranya kipas Bali, pembatik Lasem dari Rembang dan mengamati proses pembuatan tenun dari NTT.

Wanita 62 tahun itu juga terkesima dengan penampilan seniman dari Kupang, Ivan Pah yang saat itu sedang memetik Sasando, musik tradisional khas NTT tersebut.

Bahkan, ia pun ikut bernyanyi kecil, mengikuti alunan lagu berjudul "Let it be" karya the Beatles yang dibawakan Ivan Pah.

Tidak hanya Lagarde, potret Indonesia dalam Paviliun Indonesia itu agaknya juga langsung menarik minat delegasi Bank Dunia untuk singgah ke Paviliun Indonesia disela-sela kesibukan dalam forum dunia itu.

Delegasi Bank Dunia Dirk Reinermann mengaku kagum melihat seniman dari Bali yang saat itu sedang memahat kerajinan topeng barong khas Pulau Dewata. "Cara membuat topengnya itu indah sekali, sangat mengesankan. Saya akan beli nanti sebelum saya pulang," ucapnya.

Dirk yang merupakan manajer di Bank Dunia untuk kawasan Eropa bagian selatan itu mengaku terkesan dengan ide pemerintah Indonesia yang memamerkan capaian pembangunan Indonesia, yang dinilainya kini sudah jauh berkembang, berbeda ketika dirinya terakhir ke Bali pada 20 tahun lalu.

"Saya tidak hanya datang untuk menghadiri pertemuan, tetapi saya juga ingin memahami Indonesia," kata pria yang bergabung dengan Bank Dunia sejak 1996 itu saat ditemui di Paviliun Indonesia di area BICC Westin Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali (8/10). (WDY)

Baca juga: Sepekan di Bali dengan dua "standing ovation"
Baca juga: Solidaritas dari mereka yang berdiskusi di Bali
Baca juga: Berkah "pesta" pertemuan IMF-WB untuk Bali
Baca juga: Jokowi "ngopi" dan saksikan pawai Budaya Bali disela Pertemuan IMF-WB
 

Pewarta: Edy M Yakub dan Dewa Wiguna

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018