Nusa Dua (Antaranews Bali) - Air Navigasi Indonesia Cabang Denpasar, Bali, meminimalkan antrean pesawat di wilayah udara menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, khususnya ketika pesawat kepala negara delegasi pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia mendarat atau lepas landas.
"Contohnya pesawat (komersial) dari Jakarta menuju Bali, jika ada `VVIP` bergerak, maka pesawat tersebut lebih baik menunggu di sana agar tidak menumpuk di Bali dan ini semua kami lakukan berkoordinasi secara komputerisasi," kata Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Pihaknya juga akan mengeluarkan pemberitahuan kepada pelaku penerbangan di seluruh dunia atau "notam" apabila ada kedatangan atau keberangkatan kepala negara.
Langkah tersebut dilakukan, kata dia, agar pesawat komersial tidak lama tertahan di udara yang mengakibatkan kerugian berupa bahan bakar habis dan kondisi itu bisa membahayakan penerbangan.
Antisipasi itu, lanjut dia, mengingat sudah merupakan standar prosedur tetap yang diberlakukan apabila ada pesawat kepala negara, maka akan ada penundaan atau "blocking" ruang udara yakni 30 menit sebelum mendarat dan 15 menit setelahnya atau total sekitar 45 menit.
"Kami harus bisa meminimalisasi penundaan, kami coba dengan mengatur waktu terbang," katanya.
Dengan koordinasi secara komputerisasi, maka pengaturan slot terbang dilakukan otomatis, menyesuaikan dengan rata-rata kapasitas per jam Bandara I Gusti Ngurah Rai yakni berkisar 30 kali penerbangan.
Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali merupakan salah satu bandara tersibuk di Tanah Air dengan rata-rata pergerakan pesawat per hari mencapai sekitar 460 penerbangan.
Dengan adanya kegiatan pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia yang juga dihadiri sekitar 23 kepala negara atau kepala pemerintahan, Novie menambahkan, maka diperkirakan terjadi peningkatan pergerakan pesawat 10-15 persen dari total penerbangan harian.
Peningkatan pergerakan pesawat itu diperkirakan akan terjadi pada 9-12 Oktober 2018 karena kepala negara atau pemerintahan mulai berdatangan di Bali.
Sedangkan total pesawat jet pribadi yang datang di Bali mencapai sekitar 150 unit yang dibawa oleh pengusaha atau orang kaya, namun tidak mendapatkan perlakuan atau prosedur layaknya VVIP.
"Dengan slot diatur secara komputerisasi, apabila ada `delay`, kami harap tidak terlalu lama karena `holding` lama mempengaruhi bahan bakar," imbuhnya.
Sementara itu petugas pengatur lalu lintas udara atau ATC AirNav Cabang Denpasar ada 80 orang dengan penambahan sebanyak 10 orang dan total SDM mencapai 198 orang.
Mereka akan melayani lalu lintas udara di Bandara Ngurah Rai selama 24 jam.
Pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia berlangsung di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober 2018 dengan jumlah peserta mencapai sekitar 34 ribu orang.
Peserta di antaranya merupakan delegasi dari menteri keuangan, gubernur bank sentral, investor, pelaku usaha, akademisi dari 189 negara di dunia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Contohnya pesawat (komersial) dari Jakarta menuju Bali, jika ada `VVIP` bergerak, maka pesawat tersebut lebih baik menunggu di sana agar tidak menumpuk di Bali dan ini semua kami lakukan berkoordinasi secara komputerisasi," kata Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Pihaknya juga akan mengeluarkan pemberitahuan kepada pelaku penerbangan di seluruh dunia atau "notam" apabila ada kedatangan atau keberangkatan kepala negara.
Langkah tersebut dilakukan, kata dia, agar pesawat komersial tidak lama tertahan di udara yang mengakibatkan kerugian berupa bahan bakar habis dan kondisi itu bisa membahayakan penerbangan.
Antisipasi itu, lanjut dia, mengingat sudah merupakan standar prosedur tetap yang diberlakukan apabila ada pesawat kepala negara, maka akan ada penundaan atau "blocking" ruang udara yakni 30 menit sebelum mendarat dan 15 menit setelahnya atau total sekitar 45 menit.
"Kami harus bisa meminimalisasi penundaan, kami coba dengan mengatur waktu terbang," katanya.
Dengan koordinasi secara komputerisasi, maka pengaturan slot terbang dilakukan otomatis, menyesuaikan dengan rata-rata kapasitas per jam Bandara I Gusti Ngurah Rai yakni berkisar 30 kali penerbangan.
Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali merupakan salah satu bandara tersibuk di Tanah Air dengan rata-rata pergerakan pesawat per hari mencapai sekitar 460 penerbangan.
Dengan adanya kegiatan pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia yang juga dihadiri sekitar 23 kepala negara atau kepala pemerintahan, Novie menambahkan, maka diperkirakan terjadi peningkatan pergerakan pesawat 10-15 persen dari total penerbangan harian.
Peningkatan pergerakan pesawat itu diperkirakan akan terjadi pada 9-12 Oktober 2018 karena kepala negara atau pemerintahan mulai berdatangan di Bali.
Sedangkan total pesawat jet pribadi yang datang di Bali mencapai sekitar 150 unit yang dibawa oleh pengusaha atau orang kaya, namun tidak mendapatkan perlakuan atau prosedur layaknya VVIP.
"Dengan slot diatur secara komputerisasi, apabila ada `delay`, kami harap tidak terlalu lama karena `holding` lama mempengaruhi bahan bakar," imbuhnya.
Sementara itu petugas pengatur lalu lintas udara atau ATC AirNav Cabang Denpasar ada 80 orang dengan penambahan sebanyak 10 orang dan total SDM mencapai 198 orang.
Mereka akan melayani lalu lintas udara di Bandara Ngurah Rai selama 24 jam.
Pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia berlangsung di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober 2018 dengan jumlah peserta mencapai sekitar 34 ribu orang.
Peserta di antaranya merupakan delegasi dari menteri keuangan, gubernur bank sentral, investor, pelaku usaha, akademisi dari 189 negara di dunia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018