Negara (Antara Bali) - Darmayanti dan Nengah Armadi, warga Desa Batu Agung, Kecamatan/Kabupaten Jembrana yang menjadi orang tua angkat Komang Medita Valentina (1,5 tahun), yang menderita cacat, Jumat, mengeluhkan bantuan yang tersendat.
Menurut warga yang tinggal di Dusun Tegalasih ini, sudah sekitar sembilan bulan terakhir bantuan dari Kementerian Sosial RI berupa biaya Rp300 ribu per bulan tidak mereka terima.
Menurut Armadi, tahun lalu secara rutin Valentina mendapat santunan Rp 300 ribu per bulan yang ia terima setiap tiga bulan sekali dengan sistem rapelan.
"Terakhir kami menerima santunan itu bulan November lalu dan sampai kini belum pernah dapat lagi," katanya.
Karena itu ia tidak tahu apakah anak cacat yang diasuhnya tersebut masih mendapatkan bantuan dari pemerintah atau tidak.
Menurut Darmayanti, Valentina mengalami cacat sejak lahir yaitu tidak memiliki tempurung kaki, juga tidak memiliki siku dan ruas jari.
"Selain itu pantatnya juga bengkok, sehingga dia susah menggerakkan badannya," ujarnya.
Dengan kondisinya tersebut, praktis Valentina mengalami kelumpuhan total, sehingga segala sesuatu untuk kebutuhannya harus dibantu oleh orang tua angkatnya tersebut.
"Kasihan kalau melihat dia tidur. Dua kakinya naik dan tidak bisa diluruskan," tambahnya.
Sementara, pendamping penyandang cacat Kecamatan Jembrana yang juga menjabat sebagai Kaur di Desa Batu Agung, Ida Ayu Komang Parwati, saat dikonfirmasi wartawan membantah kalau santunan untuk Valentina dihentikan.
Menurut dia, dana santunan itu sebenarnya sudah ada namun terkendala kesepakatan dengan pihak PT Pos.
"Kesepakatan itu terkait biaya operasional untuk tenaga yang mengantarkan dana itu langsung ke penyandang cacat," katanya.
Parwati juga menegaskan, karena belum ada kesepakatan dengan PT Pos, seluruh penyandang cacat di Indonesia mengalami hal serupa seperti Valentina.
"Jadi tidak hanya dia saja yang santunannya tersendat, tapi juga penerima santunan lainnya di seluruh Indonesia," tambahnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Menurut warga yang tinggal di Dusun Tegalasih ini, sudah sekitar sembilan bulan terakhir bantuan dari Kementerian Sosial RI berupa biaya Rp300 ribu per bulan tidak mereka terima.
Menurut Armadi, tahun lalu secara rutin Valentina mendapat santunan Rp 300 ribu per bulan yang ia terima setiap tiga bulan sekali dengan sistem rapelan.
"Terakhir kami menerima santunan itu bulan November lalu dan sampai kini belum pernah dapat lagi," katanya.
Karena itu ia tidak tahu apakah anak cacat yang diasuhnya tersebut masih mendapatkan bantuan dari pemerintah atau tidak.
Menurut Darmayanti, Valentina mengalami cacat sejak lahir yaitu tidak memiliki tempurung kaki, juga tidak memiliki siku dan ruas jari.
"Selain itu pantatnya juga bengkok, sehingga dia susah menggerakkan badannya," ujarnya.
Dengan kondisinya tersebut, praktis Valentina mengalami kelumpuhan total, sehingga segala sesuatu untuk kebutuhannya harus dibantu oleh orang tua angkatnya tersebut.
"Kasihan kalau melihat dia tidur. Dua kakinya naik dan tidak bisa diluruskan," tambahnya.
Sementara, pendamping penyandang cacat Kecamatan Jembrana yang juga menjabat sebagai Kaur di Desa Batu Agung, Ida Ayu Komang Parwati, saat dikonfirmasi wartawan membantah kalau santunan untuk Valentina dihentikan.
Menurut dia, dana santunan itu sebenarnya sudah ada namun terkendala kesepakatan dengan pihak PT Pos.
"Kesepakatan itu terkait biaya operasional untuk tenaga yang mengantarkan dana itu langsung ke penyandang cacat," katanya.
Parwati juga menegaskan, karena belum ada kesepakatan dengan PT Pos, seluruh penyandang cacat di Indonesia mengalami hal serupa seperti Valentina.
"Jadi tidak hanya dia saja yang santunannya tersendat, tapi juga penerima santunan lainnya di seluruh Indonesia," tambahnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011