Palu (Antaranews Bali) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah korban yang meninggal dunia pascagempa bumi dan tsunami di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, hingga Selasa (2/10) petang, sebanyak 1.374 jiwa.
"Ada 113 jiwa dihilang," kata Kepala BNPB Willem R dalam jumpa pers di Posko Satgas Penanggulangan Gempa Bumi di Palu, Selasa petang.
Menurut Willem, masih ada jenazah yang tertimbun di bawah tumpukan bangunan dan longsor yang belum diketahui berapa jumlahnya.
Ia mengatakan, saat ini yang menjadi prioritas adalah upaya pencarian dan penyelamatan untuk mengevakuasi korban, dengan mengerahkan semua sumber daya manusia (SDM), mulai dari Basarnas, TNI, Polri, Kementerian hingga relawan.
Untuk penanganan jenazah kata dia, sebanyak 483 jiwa yang sudah dimakamkan. Sementara yang dimakamkan per hari ini sebanyak 257 jiwa, di Kelurahan Pantoloan 35 jiwa dan dimakamkan keluarga sebanyak 191 jiwa.
Sejumlah warga pesisir pantai di Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaili, Kota Palu, mengaku masih mencari sejumlah anggota keluarga yang hilang terseret air laut saat gempa dan tsunami, bermagnitudo 7,4 pada skala Ritcher, Jumat (28/9) lalu,
"Sampai sekarang masih ada satu orang anak saya yang belum ditemukan," kata Nurjannah.
Nurjannah menuturkan, saat itu, dia dan keluarga sedang berada di rumah dan tiba-tiba gempa terjadi. Kala itu, di halaman rumah tanah sudah mulai retak dan mengeluarkan lumpur dan gas.
Mereka pun berupaya menyelamatkan diri, namun beberapa anggota kelurga yang masih tertinggal, tiba-tiba tersampu ombak yang begitu besar. "Suami dan dua anak laki-laki saya meninggal dunia, namun satu orang belum ditemukan hingga sekarang," tutur Nurjannah.
Dia berharap, adanya bantuan pemerintah, karena saat ini sudah tidak memiliki apa-apa lagi, dari rumah hingga suami sebagai tulang punggung untuk mencari nafkah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Ada 113 jiwa dihilang," kata Kepala BNPB Willem R dalam jumpa pers di Posko Satgas Penanggulangan Gempa Bumi di Palu, Selasa petang.
Menurut Willem, masih ada jenazah yang tertimbun di bawah tumpukan bangunan dan longsor yang belum diketahui berapa jumlahnya.
Ia mengatakan, saat ini yang menjadi prioritas adalah upaya pencarian dan penyelamatan untuk mengevakuasi korban, dengan mengerahkan semua sumber daya manusia (SDM), mulai dari Basarnas, TNI, Polri, Kementerian hingga relawan.
Untuk penanganan jenazah kata dia, sebanyak 483 jiwa yang sudah dimakamkan. Sementara yang dimakamkan per hari ini sebanyak 257 jiwa, di Kelurahan Pantoloan 35 jiwa dan dimakamkan keluarga sebanyak 191 jiwa.
Sejumlah warga pesisir pantai di Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaili, Kota Palu, mengaku masih mencari sejumlah anggota keluarga yang hilang terseret air laut saat gempa dan tsunami, bermagnitudo 7,4 pada skala Ritcher, Jumat (28/9) lalu,
"Sampai sekarang masih ada satu orang anak saya yang belum ditemukan," kata Nurjannah.
Nurjannah menuturkan, saat itu, dia dan keluarga sedang berada di rumah dan tiba-tiba gempa terjadi. Kala itu, di halaman rumah tanah sudah mulai retak dan mengeluarkan lumpur dan gas.
Mereka pun berupaya menyelamatkan diri, namun beberapa anggota kelurga yang masih tertinggal, tiba-tiba tersampu ombak yang begitu besar. "Suami dan dua anak laki-laki saya meninggal dunia, namun satu orang belum ditemukan hingga sekarang," tutur Nurjannah.
Dia berharap, adanya bantuan pemerintah, karena saat ini sudah tidak memiliki apa-apa lagi, dari rumah hingga suami sebagai tulang punggung untuk mencari nafkah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018