Gianyar (Antaranews Bali) - Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati berharap ritual di Pura Masceti Gunung Sari, Kabupaten Gianyar, dapat menjadi salah satu bentuk upaya pelestarian di bidang agraris dan kesenian.
     
"Pura Masceti Gunung Sari ini juga dikenal sebagai tempat pemujaan untuk kesuburan oleh krama (warga) subak sekitar, sehingga saya berharap, kemakmuran tidak hanya untuk masyarakat di sini (Peliatan, Gianyar), tetapi juga untuk warga Gianyar dan Bali secara keseluruhan," kata Wagub yang akrab dipanggil Cok Ace itu saat menghadiri ritual persembahyangan di pura tersebut, di Gianyar, Minggu.
     
Selain itu, ujar dia, Pura Masceti Gunung Sari juga merupakan tempat berstananya Dewa Panji sebagai Dewa Kesenian.
     
"Sebagai manifestasi dari kesuburan dan kesenian, saya harap melalui ritua; piodalan ini bisa melestarikan bidang agraris serta kesenian yang tentu saja berujung pada upaya kita untuk mempertahankan sektor pariwisata sebagai ujung tombak perekonomian Bali," ucapnya pada rangkaian ritual Mupuk Pedagingan, Tawur Pedanan, Ngenteg Linggih dan Medudusan Agung tersebut.
     
Di samping itu, Cok Ace menambahkan bahwa upacara yadnya merupakan salah satu bentuk wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. "Ini merupakan bentuk rasa syukur kita sebagai krama Bali sekaligus upaya pelestarian kebudayaan untuk sektor pariwisata juga," ucapnya.
     
Sementara itu, Bendesa Adat Peliatan Ketut Sandi mengatakan upacara ini dilaksanakan karena pura telah melewati pemugaran di beberapa pelinggih (tempat suci).
    
Menurut dia, upacara serupa pernah dilaksanakan 20 tahun yang lalu, tepatnya Januari 1998. "Mengingat sekarang dewasa ayu (hari baik), dan bertepatan juga dengan pasca pemugaran pura, maka kami memandang perlu dilaksanakan upacara ini," ucapnya. Pura ini merupakan representasi dari Gunung dan Laut (Masceti Gunung), sehingga "disungsung" atau disembah oleh warga subak setempat untuk mohon kemakmuran.
     
Selain itu, Pura Masceti Gunung Sari merupakan tempat berstana Dewa Panji yaitu Dewa Kesenian. "Filosofinya adalah jika kita sudah subur dan makmur, maka akan gampang dalam berkesenian," ujarnya. Selain melakukan persembahyangan, Cok Ace juga berkesempatan menghaturkan dana punia dan menandatangani prasasti pura.
    
Selanjutnya, Wagub Cok Ace juga berkesempatan menghadiri ritual karya agung mamungkah, ngenteg linggih, segara kertih, tawur agung, mapedanan lan ngusaba desa, ngusaba nini di Pura Desa Pakraman Ketewel, Gianyar.
    
Upacara ini biasanya dilaksanakan 15 tahun sekali dan melibatkan sekitar 11 banjar dan 1.500 KK di Ketewel, Gianyar. Puncak piodalan jatuh pada 2 Oktober mendatang yang didanai dari dana LPD setempat.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018