New York (Antaranews Bali) - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dijadwalkan akan hadir dalam Pertemuan Pemimpin ASEAN 2018, pada 11 Oktober nanti di Bali.
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, di sela-sela Sidang Majelis Umum ke-73 PBB, di New York, Jumat, bertemu dengan Guterres untuk membahas rencana itu. "Beliau berharap kiranya akan lebih dapat melakukan interaksi dengan para pemimpin ASEAN," kata Marsudi.
Guterres pun, bersama Presiden Sidang Majelis Umum ke-73 PBB, Maria Espinosa, berkesempatan bertemu dengan para menteri luar negeri negara-negara anggota ASEAN pada hari itu untuk membahas berbagai isu sebelum rencana kedatangannya ke Indonesia.
Dalam pertemuan antara Guterres dan ASEAN di Markas Besar PBB itu, Indonesia mengangkat isu Pasukan Penjaga Perdamaian PBB, khususnya mengenai masalah perempuan tentara personel Pasukan Penjaga Perdamaian PBB itu.
Marsudi berharap PBB bisa melakukan perbaikan tentang itu, misalnya di kerangka kebijakan, rekrutmen, peningkatan kesadaran dan proteksi yang lebih terhadap para perempuan personil Pasukan Penjaga Perdamaian PBB.
Ia berharap di tingkat PBB ada kebijakan yang mengarah ke proteksi yang lebih baik untuk pasukan perempuan penjaga perdamaian dan juga alokasi anggaran yang sifatnya lebih sensitif jender.
ASEAN secara kelompok menjadi salah satu kontributor terbesar pasukan perdamaian karena jika digabung mereka telah menyumbangkan lebih dari 4.500 personel pasukan yang tersebar di 12 misi penjaga perdamaian PBB.
"Tapi sekali lagi kalau kita lihat jumlah perempuan masih kecil dan oleh karena perlu keberpihakan secara kebijakan baik pada tingkat nasional dan di tingkat PBB," kata Marsudi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, di sela-sela Sidang Majelis Umum ke-73 PBB, di New York, Jumat, bertemu dengan Guterres untuk membahas rencana itu. "Beliau berharap kiranya akan lebih dapat melakukan interaksi dengan para pemimpin ASEAN," kata Marsudi.
Guterres pun, bersama Presiden Sidang Majelis Umum ke-73 PBB, Maria Espinosa, berkesempatan bertemu dengan para menteri luar negeri negara-negara anggota ASEAN pada hari itu untuk membahas berbagai isu sebelum rencana kedatangannya ke Indonesia.
Dalam pertemuan antara Guterres dan ASEAN di Markas Besar PBB itu, Indonesia mengangkat isu Pasukan Penjaga Perdamaian PBB, khususnya mengenai masalah perempuan tentara personel Pasukan Penjaga Perdamaian PBB itu.
Marsudi berharap PBB bisa melakukan perbaikan tentang itu, misalnya di kerangka kebijakan, rekrutmen, peningkatan kesadaran dan proteksi yang lebih terhadap para perempuan personil Pasukan Penjaga Perdamaian PBB.
Ia berharap di tingkat PBB ada kebijakan yang mengarah ke proteksi yang lebih baik untuk pasukan perempuan penjaga perdamaian dan juga alokasi anggaran yang sifatnya lebih sensitif jender.
ASEAN secara kelompok menjadi salah satu kontributor terbesar pasukan perdamaian karena jika digabung mereka telah menyumbangkan lebih dari 4.500 personel pasukan yang tersebar di 12 misi penjaga perdamaian PBB.
"Tapi sekali lagi kalau kita lihat jumlah perempuan masih kecil dan oleh karena perlu keberpihakan secara kebijakan baik pada tingkat nasional dan di tingkat PBB," kata Marsudi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018