Denpasar (Antaranews Bali) - Asosiasi Agen Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) mengatakan jalan bawah tanah atau "underpass" Simpang Tugu Ngurah Rai, Bali, yang baru dibuka akan semakin membuat masyarakat, termasuk wisatawan, bertambah nyaman, karena efisiensi yang dialami dalam berlalu lintas.
"Untuk kepentingan pariwisata berkelanjutan, aksesebilitas memang harus prioritas utama yang harus diwujudkan," kata Ketua Asita Bali Ketut Ardana di Denpasar, Senin.
Menurut dia, kemacetan parah yang kerap terjadi di simpang tersebut kini bisa dikurangi sehingga wisatawan yang kerap melakukan tur kini tidak lagi menghabiskan sebagian waktunya di tengah jalan.
Selama ini, wisatawan asing kerap mengeluhkan kemacetan yang terjadi khususnya di kawasan utama yang mempertemukan empat titik sekaligus, Denpasar, Nusa Dua dan sekitarrnya, Bandara Ngurah Rai dan Tol Bali Mandara.
Bagi turis yang berlibur di Bali selama tiga hari dua malam atau "short stay", kata dia, tidak memiliki waktu yang banyak untuk menjelajahi seluruh destinasi wisata di Pulau Dewata, sehingga apabila mereka terjebak kemacetan, maka sisa waktu mereka akan habis sebagian besar di jalan.
"Untuk itu ini pasti diapresiasi oleh wisatawan mancanegara terutama mereka yang sudah sering ke Bali karena ini merupakan terobosan," katanya.
Ardana mengharapkan sejumlah akses jalan lain di Bali juga perlu pembenahan atau pengaturan lalu lintas yang lebih optimal karena masih ada simpul-simpul kemacetan di antaranya perempatan arah Pelabuhan Benoa, Tohpati dan beberapa akses lain.
Meski demikian, pihaknya memahami pemerintah tentunya memiliki skala prioritas pembangunan infrastruktur jalan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan meresmikan "underpass" Simpang Tugu Ngurah Rai, Bali, Sabtu (22/9). (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Untuk kepentingan pariwisata berkelanjutan, aksesebilitas memang harus prioritas utama yang harus diwujudkan," kata Ketua Asita Bali Ketut Ardana di Denpasar, Senin.
Menurut dia, kemacetan parah yang kerap terjadi di simpang tersebut kini bisa dikurangi sehingga wisatawan yang kerap melakukan tur kini tidak lagi menghabiskan sebagian waktunya di tengah jalan.
Selama ini, wisatawan asing kerap mengeluhkan kemacetan yang terjadi khususnya di kawasan utama yang mempertemukan empat titik sekaligus, Denpasar, Nusa Dua dan sekitarrnya, Bandara Ngurah Rai dan Tol Bali Mandara.
Bagi turis yang berlibur di Bali selama tiga hari dua malam atau "short stay", kata dia, tidak memiliki waktu yang banyak untuk menjelajahi seluruh destinasi wisata di Pulau Dewata, sehingga apabila mereka terjebak kemacetan, maka sisa waktu mereka akan habis sebagian besar di jalan.
"Untuk itu ini pasti diapresiasi oleh wisatawan mancanegara terutama mereka yang sudah sering ke Bali karena ini merupakan terobosan," katanya.
Ardana mengharapkan sejumlah akses jalan lain di Bali juga perlu pembenahan atau pengaturan lalu lintas yang lebih optimal karena masih ada simpul-simpul kemacetan di antaranya perempatan arah Pelabuhan Benoa, Tohpati dan beberapa akses lain.
Meski demikian, pihaknya memahami pemerintah tentunya memiliki skala prioritas pembangunan infrastruktur jalan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan meresmikan "underpass" Simpang Tugu Ngurah Rai, Bali, Sabtu (22/9). (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018