Amlapura (Antara Bali) - Seni tabuh dan tari Bali dari Kabupaten Karangasem mendapat kesempatan pentas di Istana Presiden, Jakarta pada acara resepsi kenegaraan peringatan HUT ke-66 Kemerdekaan RI.
"Pada acara resepsi itu diperkirakan dihadiri sekitar 600 undangan penting (VIP)," kata penata seni tabuh dan tari Puspa Hredaya, I Gusti Ketut Padang, Rabu.
Seniman asal Desa Padangkerta, Kabupaten Karangasem itu mengaku seni tabuh beserta tariannya akan ditampilkan selama 1,5 jam di Istana Presiden.
Tim kesenian asal Kabupaten Karangasem itu beranggotakan 40 orang penabuh dan penari, yang akan berangkat ke Jakarta, Selasa (16/8).
Tabuh dan tari Puspa Hredaya diminta tampil di Jakarta, kata Ketut Padang, berawal dari kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Karangasem meresmikan brodstock udang di Desa Bugbug.
"Pak Presiden merasa tertarik oleh tarian pembuka yang ditampilkan saat itu," jelasnya.
Setelah tertarik, kata dia, tim kesenian istana kepresidenan, yakni Kepala Biro Pengelolaan Istana Adek Wahyuni didampingi Kabag Seni dan Budaya Sekretariat Kepresidenan (Setpres) Hayati, melakukan survei seni ke Karangasem.
Kata Padang, setelah survei itu akhirnya diputuskan dua seniman andalan Karangasem yakni Ni Made Kinter, S.Pd, selaku pembina dan pencipta tari serta I Gusti Ngurah Padang, selaku penata tabuh, diberangkatkan ke Jakarta.
Sedangkan khusus penari, jelas Padang, terpilih dua orang mahasiswa, I Kadek Dodi Santika dan I Kadek Dedy Suhardiman Wahyudi.
Kemudian satu orang karyawan yakni Made Dharma Putra Yogantara, seorang pelajar SMA, Ni Putu Ani Suanendri dan tiga mahasiswi masing-masing Ni Putu Sri Kandiningsih Okta Adeari, Ni Putu Santi Dewantari dan Luh Gde Pandearsih.
Pencipta tarian Puspa Hredaya, Ni Made Kinter mengatakan, profile tariannya tersebut mulai dikenal sejak tahun 1998 pada saat pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB).
"Tarian itu lahir dari penggabungan ide lokal dan aspek estetika gerak tari yang dikemas berbeda," ujarnya.
Kemudian, kata Kinter, tarian itu disajikan untuk penghormatan dan penyambutan tamu. "Ide dan konsep tari pembuka Puspa Hredaya juga diinspirasi oleh keberadaan tari Puspa Wresti baik dari kostum yang menggunakan pengaruh busana Puri Karangasem, tim berpasang-pasangan serta membawa properti," jelasnya.
Menurut Kinter, adopsi lokal genius lain yang dimasukkan ke dalam tari Puspa Hredaya adalah gerak tari rejang Jasri Ngosek Buk yang menjadi gaya gerakan, sehingga menampilkan identitas tari baru Puspa Hredaya yang didukung gerak tari dengan pakem tradisi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Pada acara resepsi itu diperkirakan dihadiri sekitar 600 undangan penting (VIP)," kata penata seni tabuh dan tari Puspa Hredaya, I Gusti Ketut Padang, Rabu.
Seniman asal Desa Padangkerta, Kabupaten Karangasem itu mengaku seni tabuh beserta tariannya akan ditampilkan selama 1,5 jam di Istana Presiden.
Tim kesenian asal Kabupaten Karangasem itu beranggotakan 40 orang penabuh dan penari, yang akan berangkat ke Jakarta, Selasa (16/8).
Tabuh dan tari Puspa Hredaya diminta tampil di Jakarta, kata Ketut Padang, berawal dari kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Karangasem meresmikan brodstock udang di Desa Bugbug.
"Pak Presiden merasa tertarik oleh tarian pembuka yang ditampilkan saat itu," jelasnya.
Setelah tertarik, kata dia, tim kesenian istana kepresidenan, yakni Kepala Biro Pengelolaan Istana Adek Wahyuni didampingi Kabag Seni dan Budaya Sekretariat Kepresidenan (Setpres) Hayati, melakukan survei seni ke Karangasem.
Kata Padang, setelah survei itu akhirnya diputuskan dua seniman andalan Karangasem yakni Ni Made Kinter, S.Pd, selaku pembina dan pencipta tari serta I Gusti Ngurah Padang, selaku penata tabuh, diberangkatkan ke Jakarta.
Sedangkan khusus penari, jelas Padang, terpilih dua orang mahasiswa, I Kadek Dodi Santika dan I Kadek Dedy Suhardiman Wahyudi.
Kemudian satu orang karyawan yakni Made Dharma Putra Yogantara, seorang pelajar SMA, Ni Putu Ani Suanendri dan tiga mahasiswi masing-masing Ni Putu Sri Kandiningsih Okta Adeari, Ni Putu Santi Dewantari dan Luh Gde Pandearsih.
Pencipta tarian Puspa Hredaya, Ni Made Kinter mengatakan, profile tariannya tersebut mulai dikenal sejak tahun 1998 pada saat pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB).
"Tarian itu lahir dari penggabungan ide lokal dan aspek estetika gerak tari yang dikemas berbeda," ujarnya.
Kemudian, kata Kinter, tarian itu disajikan untuk penghormatan dan penyambutan tamu. "Ide dan konsep tari pembuka Puspa Hredaya juga diinspirasi oleh keberadaan tari Puspa Wresti baik dari kostum yang menggunakan pengaruh busana Puri Karangasem, tim berpasang-pasangan serta membawa properti," jelasnya.
Menurut Kinter, adopsi lokal genius lain yang dimasukkan ke dalam tari Puspa Hredaya adalah gerak tari rejang Jasri Ngosek Buk yang menjadi gaya gerakan, sehingga menampilkan identitas tari baru Puspa Hredaya yang didukung gerak tari dengan pakem tradisi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011