Denpasar (Antaranews Bali) - Puluhan penari balet dari dalam dan luar negeri tampil memukau di kampus Institut Seni Indonesia Denpasar dalam ajang bertajuk "International Ballet Assemble".

"Gerak lentur para penari balet ini  luar biasa dan ISI Denpasar senantiasa memberikan ruang dan waktu. Adanya  sentuhan ini (balet) secara langsung  memberikan inspirasi buat mahasiswa kami, khususunya Prodi  Tari, baik untuk penciptaan maupun pengkajian," kata Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerjasama ISI Denpasar  I Ketut Garwa SSn MSi, disela-sela pentas balet tersebut, di Denpasar, Jumat malam.

Pegiat tari balet mulai dari anak-anak hingga dewasa nampak mempertontonkan kemampuannya di atas panggung, di Gedung Natya Mandala, ISI Denpasar. Para penari balet luar negeri yang tampil datang dari Jerman dan Korea Selatan, diantaranya ada Marti F Paixa, Hyo-Jung Kang, Natasha Maid dan Tristan Ridel.

"Dengan adanya pentas balet ini, jadi kita tidak melulu sentuhan tradisi. Zaman globalisasi, kita harus mampu memadukan konten yang ada seperti kesenian Barat dan Timur, modern dan tradisi, dan sebagainya," ujarnya.

Garwa menambahkan, kegiatan balet tersebut merupakan  tawaran Jongky Goei, seorang pianis yang  merupakan pemain musik Barat. Jongky beberapa waktu lalu sempat memberikan workshop untuk Prodi Musik di ISI Denpasar.

"ISI Denpasar senantiasa membuka ruang untuk menampilkan berbagai kesenian. Sangat penting bagi ISI  dalam mengembangkan kesenian,  tidak saja tradisi, modern dari dalam maupun luar negeri," ucap Garwa didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama.

Bahkan, Jongky rencananya akan mengajar  musik di Prodi Musik  ISI Denpasar. "Pak Jongky sudah beberapa kali berkolaborasi dan memberi workshop musik, dia adalah pemain pianis. Ke depannya, Pak Jongky akan menjadi   dosen luar, dia akan mengajar di prodi musik juga," ucapnya.

Sementara itu, Jongky berterima kasih dan merasa senang, penampilan balet dapat difasilitasi ISI Denpasar. "Ini masa depan mereka khususnya anak-anak Bali dan Indonesia pada umumnya, agar terus belajar balet," katanya.

Menurut Jongky, di Indonesia jumlah penari balet laki- laki sangat minim." Buktinya, malam ini kita bisa melihat hanya didominasi penari perempuan. Ini menjadi tantangan ke depannya dimana ada stigma yang  menempel kaum laki-laki tidak boleh menari balet. Harus diubah, revolusi mentalnya," ujarnya.

Jongky mengaku senang diberikan kesempatan oleh segenap civitas akademika ISI Denpasar yang telah mendukungnya dan  memberikan fasilitas, sehingga dapatmenunjukan kepada masyarakat Bali.

Pria asal Malang  yang cukup  lama bermukim di Eropa itu, bahkan ke depannya merancang sebuah konsep garapan balet bercitarasa Nusantara. "Kami akan mencoba mengadaptasi cerita dongeng dari Jerman dalam garapan balet, memadukan unsur tari-tari Nusantara," ujar Jongky.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018