Singaraja (Antaranews Bali) - Dosen jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Undiksha, Singaraja, Bali, Kadek Sonia Piscayanti, memenangkan hibah untuk pembuatan teater dokumenter bertajuk "11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah" dari Ford Foundation melalui Cipta Media Ekspresi, Jakarta.

"Karya saya itu merupakan salah satu dari 41 proyek yang lolos dari 1.168 proposal karya dari seluruh Indonesia," kata Sonia yang juga penulis cerpen, puisi, dan penggiat teater di Bali itu saat ditemui di Singaraja, Buleleng, Sabtu.

Ia menjelaskan hibah yang disalurkan Cipta Media Ekspresi ini diberikan untuk perempuan pelaku kebudayaan pada segala bidang seni yang didanai oleh Ford Foundation dan dikelola oleh Wikimedia Indonesia.

"Proposal saya sudah dinyatakan lolos sekitar April 2018 dan kini sedang dalam proses latihan dan pementasan," kata penulis yang karya-karyanya sering dimuat pada berbagai media nasional itu.

Menurut dia, proposal karya yang diajukannya dinilai oleh dewan juri sebagai percobaan-percobaan kreatif dalam membangun ruang bersama yang aman bagi perempuan untuk mengelola isu personal dan sosial dengan menawarkan upaya memperlakukan proses penciptaan teater sebagai ruang bercakap.

Selain itu, teater juga menjadi ruang tumbuh kembang gagasan, dan saling dukung bagi sejumlah perempuan dengan beragam latar belakang di lingkungan dekatnya untuk mengurai isu-isu perempuan dan bersama-sama mencari bentuk percakapannya dengan publik.

"Inisiatif ini diharapkan mampu menggulirkan lebih jauh jelajah estetika teater sebagai alternatif forum pertemuan dan dialog kritis yang organik antarperempuan maupun antara perempuan dan publik," katanya.

Sonia mengatakan karya teater dokumenter ini melibatkan 11 ibu dari berbagai kalangan, antara lain buruh bangunan, pembantu rumah tangga, PNS, guru, bidan, desainer, dokter yang seniman, penulis puisi, pembaca tarot, ahli tata rias, hingga seorang profesor di Undiksha Singaraja.

"Mereka adalah Watik, Sukarmi, Erna Dewi, Cening Liadi, Ketut Simpen, Sumarni Astuti Dirgha, dr. Tini Wahyuni, Desak Putu Astini, Yanti Pusparini, Hermawati, dan Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih. Konsep teater ini adalah teater yang tumbuh di antara proses mendengarkan," katanya.

Disebut "teater dokumenter" itu  karena sesuai namanya teater ini adalah proses dokumentasi perjalanan kisah para ibu yang layak diapresiasi dan direfleksi sebagai sebuah pembelajaran.

"Konsep ini sangat menarik sebab teater adalah cermin dari perjalanan hidup masyarakat. Di dalam teater selalu ada perjuangan membangun dan menumbuhkan nilai manusia, perjuangan merefleksi dan memperbarui perspektif melihat persoalan," katanya.

Ruang alternatif
Bagi Sonia, seorang ibu memiliki terlalu banyak isu yang menggantung di pundak mereka, sehingga seringkali mereka abai pada suara sendiri, karena menganggap isunya tidak penting padahal sering menjadi beban pikiran.

"Untuk itulah teater adalah ruang alternatif untuk bertemu dan saling mendengarkan. Pementasan bukanlah sebuah tujuan utama, namun berbagi cerita. Jika pada akhirnya pementasan menjadi sebuah sarana berbagi inspirasi, maka itulah dampak yang diharapkan, bahwa nilai-nilai yang selama ini diyakini sendiri, bisa menjadi perspektif baru bagi orang lain," katanya.

Menurut Sonia, upaya untuk mengumpulkan 11 ibu dari latar belakang sosial berbeda, tentulah sangat sulit, apalagi mempersatukan mereka dalam tim. Mereka memiliki isu masing-masing terutama isu domestik dan sosial, juga isu waktu. Namun dengan pendekatan personal dan persahabatan yang hangat, maka tim bisa bekerja.

"Proses garapan ini adalah saya mendengarkan kisah mereka, lalu saya tulis menjadi naskah teater, lalu dipentaskan secara monolog oleh masing-masing dari 11 ibu itu. Jadi, saat pentas, meski kisahnya diambil dari jalan hidup mereka, namun mereka tetap bermain seperti seorang aktor atau aktris di atas panggung," katanya.

Setelah melalui proses latihan selama sekitar tiga bulan, kata Sonia, garapan teater dokumenter itu sudah mulai masuk tahap pementasan pada Juli. Pementasan dimulai Selasa (24/7) oleh Erna Dewi dengan judul "Kumainkan Kartumu Ibu, Kutemui Kau di Lorong Waktu" di rumahnya sendiri di Jalan Pantai Penimbangan Singaraja, lalu berlanjut pada sejumlah rumah para pemain.

Menanggapi hal itu, Rektor Undiksha Dr. I Nyoman Jampel mengatakan dirinya senang atas pencapaian Sonia dalam bidang penciptaan kreatif.

"Selamat untuk Bu Sonia sudah memenangkan hibah dari Ford Foundation melalui Cipta Media Ekspresi. Tentu ini adalah peluang yang sangat bagus untuk memotivasi dan menggali bakat-bakat keteateran di Undiksha," katanya.

Jampel menambahkan, dengan keberhasilan yang dicapai Sonia ini membuktikan SDM di Undiksha tidak hanya unggul di bidang akademik, tetapi juga pada bidang seni budaya dan kreativitas. (ed)

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018