Denpasar (Antaranews Bali) - Forum Peduli Mangrove (FPM) Bali membentuk tim untuk terus memantau dampak dari kebakaran kapal ikan di dermaga Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar terhadap keberadaan tanaman bakau atau mangrove di sekitar pelabuhan tersebut.
"Kami berharap kejadian tersebut segera ditangani dan tidak ada dampak yang merusak hutan mangrove di perairan Teluk Benoa. Karena dari pengalaman sebelumnya, ketika pipa oli bocor beberapa tahun lalu di pintu masuk Pelabuhan Benoa, dampaknya sejumlah mangrove yang ada di sekitarnya beberapa bulan kemudian mengering dan mati," kata Pendiri FPM, Heru Budi Wasesa di Denpasarm Rabu.
Heru Wasesa mengatakan tim FPM sudah turun ke lapangan memantau dan melihat kondisi mangrove pasca-kebakaran tersebut. Setiap minggu dievaluasi pada titik mana saja yang terkena limbah oli akibat kebakaran itu.
"Kami berharap pemerintah dan instansi terkait lebih cermat menyikapi permasalahan kebakaran tersebut, sehingga tidak sampai merusak tanaman bakau yang berada di kawasan Teluk Benoa," ujarnya.
Heru Wasesa mempertanyakan peran sejumlah pejuang lingkungan hidup dalam menyampaikan kepedulian terhadap ancaman nyata kelestarian hutan mangrove akibat kebakaran tersebut.
"Kemana para pejuang tolak reklamasi dan para selebritis tolak reklamasi yang katanya cinta terhadap lingkungan dan kawasan tersebut. Apa peran nyata mereka terutama terhadap dalam tahap dalam kejadian kebakaran ini dan peran mereka selama ini terhadap perawat itu ke hutan mangrove," ucapnya.
Ia mengatakan peristiwa kebakaran tersebuti bukan cuma berbicara tentang nilai kerugian kebakaran secara materi, tetapi juga kerugian lingkungan hidup karena kebakaran ini pasti berdampak dan merembet ke hutan bakau.
Heru Wasesa berharap mereka yang benar-benar berjuang merawat hutan mangrove selama ini jangan jadikan kawasan kawasan tersebut hanya kepentingan politis dan mencari popularitas untuk kepentingan diri dan kelompok. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami berharap kejadian tersebut segera ditangani dan tidak ada dampak yang merusak hutan mangrove di perairan Teluk Benoa. Karena dari pengalaman sebelumnya, ketika pipa oli bocor beberapa tahun lalu di pintu masuk Pelabuhan Benoa, dampaknya sejumlah mangrove yang ada di sekitarnya beberapa bulan kemudian mengering dan mati," kata Pendiri FPM, Heru Budi Wasesa di Denpasarm Rabu.
Heru Wasesa mengatakan tim FPM sudah turun ke lapangan memantau dan melihat kondisi mangrove pasca-kebakaran tersebut. Setiap minggu dievaluasi pada titik mana saja yang terkena limbah oli akibat kebakaran itu.
"Kami berharap pemerintah dan instansi terkait lebih cermat menyikapi permasalahan kebakaran tersebut, sehingga tidak sampai merusak tanaman bakau yang berada di kawasan Teluk Benoa," ujarnya.
Heru Wasesa mempertanyakan peran sejumlah pejuang lingkungan hidup dalam menyampaikan kepedulian terhadap ancaman nyata kelestarian hutan mangrove akibat kebakaran tersebut.
"Kemana para pejuang tolak reklamasi dan para selebritis tolak reklamasi yang katanya cinta terhadap lingkungan dan kawasan tersebut. Apa peran nyata mereka terutama terhadap dalam tahap dalam kejadian kebakaran ini dan peran mereka selama ini terhadap perawat itu ke hutan mangrove," ucapnya.
Ia mengatakan peristiwa kebakaran tersebuti bukan cuma berbicara tentang nilai kerugian kebakaran secara materi, tetapi juga kerugian lingkungan hidup karena kebakaran ini pasti berdampak dan merembet ke hutan bakau.
Heru Wasesa berharap mereka yang benar-benar berjuang merawat hutan mangrove selama ini jangan jadikan kawasan kawasan tersebut hanya kepentingan politis dan mencari popularitas untuk kepentingan diri dan kelompok. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018