Karangasem (Antaranews Bali) - Sejumlah warga Dusun Kesimpar yang berjarak empat kilometer dari puncak Gunung Agung memilih bertahan di posko pengungsian UPTD Pertanian Kecamatan Rendang, meskipun ada imbauan Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk kembali ke rumah masing-masing.
Wayan Mukun, seorang warga Dusun Kesimpar, Desa Besakih saat ditemui Antara di posko pengungsian di Karangasem, Jumat, mengaku memilih mengungsi karena kondisi Gunung Agung masih sering erupsi dan jalur menuju pemukimannya sulit dijangkau kendaraan karena rusak berat.
"Kalau pun pemerintah mengimbau kepada warga yang di luar radius empat kilometer agar kembali ke rumah, tapi saya memilih tetap mengungsi karena saya khawatir seluruh anggota keluarga kami tidak bisa menyelamatkan diri karena jalan utama di rumah kami rusak berat," ujarnya.
Hal itu, dipertegas dia bahwa jalur dusunnya juga menjadi satu-satunya jalur utama dengan kondisi rusak berat, sehingga saat ingin mengevakuasi diri jika terjadi erupsi Gunung Agung akan berat dilakukan.
"Jadi kami belum berencana pulang sebelum kondisi gunung betul-betul normal dan aman untuk warga bisa kembali ke rumah. Kami mengetahui imbauan dari Bapak Menteri ini, tapi kami tetap menunggu kondisi gunung normal," ujarnya.
Ia membenarkan bahwa petugas sampai saat ini belum menyampaikan imbauan bahwa kondisi Gunung Agung aman untuk warga pulang.
"Kalau betul-betul aman saya pulang, tapi seperti ini kondisinya lebih baik saya mengungsi, karena takut juga kalau erupsi besar semua keluarganya tidak bisa menyelamatkan diri," katanya.
Hal senada diungkapkan, Nengah Merta, seorang warga Dusun Kesimpar. Ia juga memilih tetap bertahan di pengungsian karena jalur desanya menuju dusun Tuak Tabia merupakan satu-satunya jalan utama yang dilalui warga Dusun Kesimpar.
"Jadi kalau tiba-tiba meletus, pasti kami tidak bisa sampai di pengungsian, karena itu satu-satunya jalan utama untuk melakukan evakuasi ke tempat aman," ujarnya. Dusun tempat tinggalnya berada di bawah kaki Gunung Agung.
Apabila para pengungsi tidak diperbolehkan tinggal di posko UPTD Pertanian, pihaknya akan mencari lokasi tempat lain untuk mengungsi agar keluarganya tetap aman.
"Kami memilih tetap bertahan di pengungsian, karena pada malam hari di dusun kami suara gemuruh Gunung Agung sangat keras," katanya.
Ia mengaku akan mengusahakan sendiri kebutuhan logistik selama di pengungsian jika memang tidak ada penangangan dari pemerintah.
"Kalau misalnya kami para pengungsi di sini tidak diberikan bantuan logistik, kami akan beli sendiri. Yang terpinting kami aman ditempat ini," ujarnya.
Berdasarkan data, jumlah pengungsi dari Dusun Kesimpar, Desa Besakih yang memilih mengungsi dan membuat hunian sementara di UPTD Pertanian Kecamatan Rendang tercatat 205 orang. Keseluruhan jumlah pengungsi Gunung Agung tercatat 4.855 orang tersebar di sejumlah 50 lokasi pengungsian. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Wayan Mukun, seorang warga Dusun Kesimpar, Desa Besakih saat ditemui Antara di posko pengungsian di Karangasem, Jumat, mengaku memilih mengungsi karena kondisi Gunung Agung masih sering erupsi dan jalur menuju pemukimannya sulit dijangkau kendaraan karena rusak berat.
"Kalau pun pemerintah mengimbau kepada warga yang di luar radius empat kilometer agar kembali ke rumah, tapi saya memilih tetap mengungsi karena saya khawatir seluruh anggota keluarga kami tidak bisa menyelamatkan diri karena jalan utama di rumah kami rusak berat," ujarnya.
Hal itu, dipertegas dia bahwa jalur dusunnya juga menjadi satu-satunya jalur utama dengan kondisi rusak berat, sehingga saat ingin mengevakuasi diri jika terjadi erupsi Gunung Agung akan berat dilakukan.
"Jadi kami belum berencana pulang sebelum kondisi gunung betul-betul normal dan aman untuk warga bisa kembali ke rumah. Kami mengetahui imbauan dari Bapak Menteri ini, tapi kami tetap menunggu kondisi gunung normal," ujarnya.
Ia membenarkan bahwa petugas sampai saat ini belum menyampaikan imbauan bahwa kondisi Gunung Agung aman untuk warga pulang.
"Kalau betul-betul aman saya pulang, tapi seperti ini kondisinya lebih baik saya mengungsi, karena takut juga kalau erupsi besar semua keluarganya tidak bisa menyelamatkan diri," katanya.
Hal senada diungkapkan, Nengah Merta, seorang warga Dusun Kesimpar. Ia juga memilih tetap bertahan di pengungsian karena jalur desanya menuju dusun Tuak Tabia merupakan satu-satunya jalan utama yang dilalui warga Dusun Kesimpar.
"Jadi kalau tiba-tiba meletus, pasti kami tidak bisa sampai di pengungsian, karena itu satu-satunya jalan utama untuk melakukan evakuasi ke tempat aman," ujarnya. Dusun tempat tinggalnya berada di bawah kaki Gunung Agung.
Apabila para pengungsi tidak diperbolehkan tinggal di posko UPTD Pertanian, pihaknya akan mencari lokasi tempat lain untuk mengungsi agar keluarganya tetap aman.
"Kami memilih tetap bertahan di pengungsian, karena pada malam hari di dusun kami suara gemuruh Gunung Agung sangat keras," katanya.
Ia mengaku akan mengusahakan sendiri kebutuhan logistik selama di pengungsian jika memang tidak ada penangangan dari pemerintah.
"Kalau misalnya kami para pengungsi di sini tidak diberikan bantuan logistik, kami akan beli sendiri. Yang terpinting kami aman ditempat ini," ujarnya.
Berdasarkan data, jumlah pengungsi dari Dusun Kesimpar, Desa Besakih yang memilih mengungsi dan membuat hunian sementara di UPTD Pertanian Kecamatan Rendang tercatat 205 orang. Keseluruhan jumlah pengungsi Gunung Agung tercatat 4.855 orang tersebar di sejumlah 50 lokasi pengungsian. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018