Denpasar (Antara Bali) - Bali mengalami inflasi pedesaan sebesar 0,57 persen pada bulan Juli 2011, lebih rendah dari inflasi tingkat nasional yang mencapai 0,63 persen.

Dari 32 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran pengamatan, seluruhnya mengalami inflasi pedesaan, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Gede Suarsa, di Denpasar  Kamis.

Ia mengatakan, inflasi pedesaan di Bali menempati urutan ke-16 dari 32 provinsi di Tanah Air yang mengalami hal serupa. Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Sulawesi Utara, yakni sebesar 1,30 persen dan inflasi pedesaan terendah terjadi di Papua Barat sebesar 0,09 persen.

Inflasi pedesaan itu sangat dipengaruhi oleh nilai tukar petani (NTP) dan perubahan indeks.  NTP Bali pada bulan Juli 2011 sebesar 107,09  persen naik 0,40 persen dibanding bulan sebelumnya yang hanya  106,67 persen.

Membaiknya NTP Bali tersebut  berkat keempat subsektor yang menjadi indikator dalam menentukan NTP mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Keempat subsektor yang mengalami peningkatan tersebut meliputi tanaman pangan 0,65 persen, hortikultura 0,20 persen, tanaman perkebunan rakyat 0,96 persen dan subsektor peternakan  0,08 persen.

Kondisi tersebut menurut Gede Suarsa, berkat naiknya indeks harga hasil produksi tanaman pangan, hortikulturam tanaman perkebunan dan hasil peternakan  yang diterima petani lebih besar dari indeks barang dan jasa yangdikonsumsi rumah tangga pedesaan di Pulau Dewata.

Gede Suarsa menambahkan, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di tingkat pedesaan di Bali.

Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani di Bali lebih baik dibanding rata-rata nasional. Selain itu menunjukan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produk pertanian, tutur Gede Suarsa.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011