Semarapura (Antaranews Bali) - Program unggulan Pemerintah Kabupaten Klungkung, Bali dengan inovasi "Beli mahal jual murah" dan Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) berhasil masuk kategori Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Nasional.
"Kedua program unggulan itu dinilai mampu mempercepat meningkatkan kualitas pelayanan publik di Indonesia, termasuk pemberian penghargaan kepada instansi pemerintah yang mempunyai inovasi pelayanan terbaik," kata Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gde Juanida di Semarapura, Rabu.
Hal itu berdasarkan pengumuman Tim Panel Independen Nomor : 001/TPI.06/2018 tentang Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada 8 Juni 2018.
Ia menambahkan program inovasi "Beli Mahal Jual Murah" ini lahir bermula dari komitmen Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta (periode 2013-2018) yang ingin meningkatkan kesejahteraan petani khususnya.
Dalam penerapa inovasi tersebut, Pemerintah menggandeng Koperasi Unit Desa (KUD) serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk membeli langsung gabah petani dengan harga lebih mahal, lebih tinggi dari harga di pasaran.
Gabah tersebut kemudian diolah menjadi beras yang selanjutnya dilepas ke pasaran dengan harga lebih murah dari harga biasanya.
"Dengan metode tersebut jalur distribusi gabah dan dan penyaluran beras dapat dipangkas, yakni gabah tidak lagi dikirim keluar daerah untuk digiling dan beras bisa langsung didistribusikan ke masyarakat," ujarnya.
Konsep "Beli Mahal Jual Murah" itulah kemudian dapat meningkatkan pemanfaatan beras lokal di Klungkung. Dengan menggandeng sejumlah KUD, BUMDes serta swalayan, gabah petani dibeli dengan harga lebih mahal dari harga di pasaran.
"Semoga kedepannya program inovasi ini terus bisa berkembang dengan baik," harap Ida.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung, Anak Agung Kirana mengatakan salah satu keunggulan dari program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) antara lain tidak adanya proses pemilahan sampah.
Sampah yang akan diolah secara langsung melalui proses penyemisasi, briketisasi/peletisasi, dan gasifikasi, dengan menggunakan bio activator, dalam waktu tiga hari bau hilang, dan dalam waktu sepuluh hari volume sampah sudah berkurang.
Program TOSS yang telah diterapkan di sejumlah desa di Klungkung itu menghasilkan briket dan pelet yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses memasak dan untuk penerangan listrik, ujarnya.
Hal itu dinilai selaras dengan program kerja Pemerintah Kabupaten Klungkung yakni Gerakan Masyarakat Santun dan Inovatif (Gema Santi).
Setelah melalui tahapan survei, analisa, uji coba, hingga sosialisasi.
Sekolah Tinggi Teknik (STT) PT PLN dan Pemerintah Kabupaten Klungkung mengadakan kerja sama yang dalam implementasinya diberi nama program Tempat Olah Sampah Sementara (TOSS) Gema Santi.
Program TOSS Gema Santi sebagai upaya pengelolaan dan pemanfaatan sampah menjadi energi melalui proses peuyeumisasi, briketisasi/peletisasi, dan gasifikasi.
"Desa-dasa saat ini yang sudah memiliki Toss antara yakni Desa Gunaska, Desa Tangkas, Desa Takmung, semoga nantinya desa-desa lainya di Klungkung bisa mengikuti program itu agar kedepannya penanganan sampah bisa dikendalikan dengan baik dan Klungkung terhindar dari sampah," jelasnya.
Sebelumnya Program TOSS tersebut mendapat perhatian dari Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) serta Anggota DPRD Kabupaten Badung.
Anggota Wantimpres, Suharso Monoarfa melakukan kunjungan sekaligus melihat dua lokasi pengelolaan sampah (TOSS) di Desa Gunaksa dan Desa Takmung.
Ia mengapresiasi dan bangga pada Klungkung dalam inovasinya mengatasi masalah sampah dengan metode TOSS. Program ini, tambanya membuktikan kalau bangsa Indonesia tidak ketinggalan dalam bidang teknologi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kedua program unggulan itu dinilai mampu mempercepat meningkatkan kualitas pelayanan publik di Indonesia, termasuk pemberian penghargaan kepada instansi pemerintah yang mempunyai inovasi pelayanan terbaik," kata Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Gde Juanida di Semarapura, Rabu.
Hal itu berdasarkan pengumuman Tim Panel Independen Nomor : 001/TPI.06/2018 tentang Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada 8 Juni 2018.
Ia menambahkan program inovasi "Beli Mahal Jual Murah" ini lahir bermula dari komitmen Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta (periode 2013-2018) yang ingin meningkatkan kesejahteraan petani khususnya.
Dalam penerapa inovasi tersebut, Pemerintah menggandeng Koperasi Unit Desa (KUD) serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk membeli langsung gabah petani dengan harga lebih mahal, lebih tinggi dari harga di pasaran.
Gabah tersebut kemudian diolah menjadi beras yang selanjutnya dilepas ke pasaran dengan harga lebih murah dari harga biasanya.
"Dengan metode tersebut jalur distribusi gabah dan dan penyaluran beras dapat dipangkas, yakni gabah tidak lagi dikirim keluar daerah untuk digiling dan beras bisa langsung didistribusikan ke masyarakat," ujarnya.
Konsep "Beli Mahal Jual Murah" itulah kemudian dapat meningkatkan pemanfaatan beras lokal di Klungkung. Dengan menggandeng sejumlah KUD, BUMDes serta swalayan, gabah petani dibeli dengan harga lebih mahal dari harga di pasaran.
"Semoga kedepannya program inovasi ini terus bisa berkembang dengan baik," harap Ida.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung, Anak Agung Kirana mengatakan salah satu keunggulan dari program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) antara lain tidak adanya proses pemilahan sampah.
Sampah yang akan diolah secara langsung melalui proses penyemisasi, briketisasi/peletisasi, dan gasifikasi, dengan menggunakan bio activator, dalam waktu tiga hari bau hilang, dan dalam waktu sepuluh hari volume sampah sudah berkurang.
Program TOSS yang telah diterapkan di sejumlah desa di Klungkung itu menghasilkan briket dan pelet yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses memasak dan untuk penerangan listrik, ujarnya.
Hal itu dinilai selaras dengan program kerja Pemerintah Kabupaten Klungkung yakni Gerakan Masyarakat Santun dan Inovatif (Gema Santi).
Setelah melalui tahapan survei, analisa, uji coba, hingga sosialisasi.
Sekolah Tinggi Teknik (STT) PT PLN dan Pemerintah Kabupaten Klungkung mengadakan kerja sama yang dalam implementasinya diberi nama program Tempat Olah Sampah Sementara (TOSS) Gema Santi.
Program TOSS Gema Santi sebagai upaya pengelolaan dan pemanfaatan sampah menjadi energi melalui proses peuyeumisasi, briketisasi/peletisasi, dan gasifikasi.
"Desa-dasa saat ini yang sudah memiliki Toss antara yakni Desa Gunaska, Desa Tangkas, Desa Takmung, semoga nantinya desa-desa lainya di Klungkung bisa mengikuti program itu agar kedepannya penanganan sampah bisa dikendalikan dengan baik dan Klungkung terhindar dari sampah," jelasnya.
Sebelumnya Program TOSS tersebut mendapat perhatian dari Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) serta Anggota DPRD Kabupaten Badung.
Anggota Wantimpres, Suharso Monoarfa melakukan kunjungan sekaligus melihat dua lokasi pengelolaan sampah (TOSS) di Desa Gunaksa dan Desa Takmung.
Ia mengapresiasi dan bangga pada Klungkung dalam inovasinya mengatasi masalah sampah dengan metode TOSS. Program ini, tambanya membuktikan kalau bangsa Indonesia tidak ketinggalan dalam bidang teknologi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018