Denpasar (Antara Bali) - Ketua Pusat Studi Pembangunan Berkelajutan Universitas Udayana Dr KG Dharma Putra menyatakan, proyek pembangkit listrik panas bumi (geothermal) Bedugul yang dibor pada 2000 sesungguhnya dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk kawasan satu kabupaten di Bali.
"Sayangnya, hingga kini panas bumi itu dilepas begitu saja ke udara tanpa dimanfaatkan," kata KG Dharma Putra di Denpasar, Selasa.
Ia mengungkapkan, panas bumi yang sudah ke luar dari hasil pengeboran tersebut sebanyak 10 megawatt. Kapasitas sebesar itu dikatakan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik satu kabupaten di Bali.
"Kabupaten Bangli atau Karangasem misalnya, kapasitas panas bumi dari geothermal tersebut sudah sangat cukup bagi kabupaten tersebut," ujarnya.
Kebutuhan listrik yang terbanyak hanya di kawasan Bali bagian selatan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, terutama hotel-hotel berbintang dan restoran.
Panas bumi itu seharusnya ditangkap dan dijadikan tanpa ada pengeboran yang baru, kata Dharma Putra .
Menurutnya, jika sudah demikian, hal itu dapat dijadikan contoh pada masyarakat bahwa sesungguhnya panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik yang ramah lingkungan, sekaligus dapat memberikan pembelajaran pada masyarakat.
"Saya berkeyakinan tidak akan ada penolakan dari masyarakat kalau mereka sudah dapat melihat bukti nyata," ujarnya.
Dengan teknologi yang ada sekarang ditambah kompetensi dari ahli-ahli geothermal di Bali, katanya, sangat dimungkinkan untuk mewujudkan langkah tersebut. Terlebih teknologi yang sekarang relatif maju untuk penanganan panas bumi skala kecil dan sudah tersedia teknologi yang murah.
"Saya berani jamin, proyek ini tidak akan merusak lingkungan seperti yang disebutkan beberapa kalangan berpengaruh terhadap ketersediaan air danau. Sesungguhnya tidak ada korelasi antara eksplorasi panas bumi dengan air danau," ujarnya.
Ia mengungkapkan, kedalaman pengeboran untuk panas bumi sejauh 3.000 kilometer, sedangkan untuk kedalaman air danau hanya berkisar 20 sampai 30 kilometer.
Dharma Putra menilai, Bali penting memiliki sumber listrik sendri karena selama ini pasokan listrik tergantung dari Jawa Timur. Di sana, PLN menggunakan batubara dan diesel untuk sebagai bahan bakar.
"Kedua bahan bakar ini efek pencemaran terhadap lingkungan relatif tinggi. Masak kita tenang menikmati listrik yang bagus, tetapi orang di sana tercemar," ucapnya mempertanyakan.
Di sisi lain, lanjut dia, kebutuhan listrik untuk industri Jawa Timur yang dipusatkan di Madura dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan akan luar biasa kebutuhannya listriknya.
"Bali seharusnya dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu pasokan listrik di Bali diputus terlebih rencana dari PLN menurut saya masih bersifat sementara bagi Bali," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Sayangnya, hingga kini panas bumi itu dilepas begitu saja ke udara tanpa dimanfaatkan," kata KG Dharma Putra di Denpasar, Selasa.
Ia mengungkapkan, panas bumi yang sudah ke luar dari hasil pengeboran tersebut sebanyak 10 megawatt. Kapasitas sebesar itu dikatakan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik satu kabupaten di Bali.
"Kabupaten Bangli atau Karangasem misalnya, kapasitas panas bumi dari geothermal tersebut sudah sangat cukup bagi kabupaten tersebut," ujarnya.
Kebutuhan listrik yang terbanyak hanya di kawasan Bali bagian selatan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, terutama hotel-hotel berbintang dan restoran.
Panas bumi itu seharusnya ditangkap dan dijadikan tanpa ada pengeboran yang baru, kata Dharma Putra .
Menurutnya, jika sudah demikian, hal itu dapat dijadikan contoh pada masyarakat bahwa sesungguhnya panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik yang ramah lingkungan, sekaligus dapat memberikan pembelajaran pada masyarakat.
"Saya berkeyakinan tidak akan ada penolakan dari masyarakat kalau mereka sudah dapat melihat bukti nyata," ujarnya.
Dengan teknologi yang ada sekarang ditambah kompetensi dari ahli-ahli geothermal di Bali, katanya, sangat dimungkinkan untuk mewujudkan langkah tersebut. Terlebih teknologi yang sekarang relatif maju untuk penanganan panas bumi skala kecil dan sudah tersedia teknologi yang murah.
"Saya berani jamin, proyek ini tidak akan merusak lingkungan seperti yang disebutkan beberapa kalangan berpengaruh terhadap ketersediaan air danau. Sesungguhnya tidak ada korelasi antara eksplorasi panas bumi dengan air danau," ujarnya.
Ia mengungkapkan, kedalaman pengeboran untuk panas bumi sejauh 3.000 kilometer, sedangkan untuk kedalaman air danau hanya berkisar 20 sampai 30 kilometer.
Dharma Putra menilai, Bali penting memiliki sumber listrik sendri karena selama ini pasokan listrik tergantung dari Jawa Timur. Di sana, PLN menggunakan batubara dan diesel untuk sebagai bahan bakar.
"Kedua bahan bakar ini efek pencemaran terhadap lingkungan relatif tinggi. Masak kita tenang menikmati listrik yang bagus, tetapi orang di sana tercemar," ucapnya mempertanyakan.
Di sisi lain, lanjut dia, kebutuhan listrik untuk industri Jawa Timur yang dipusatkan di Madura dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan akan luar biasa kebutuhannya listriknya.
"Bali seharusnya dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu pasokan listrik di Bali diputus terlebih rencana dari PLN menurut saya masih bersifat sementara bagi Bali," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011