Denpasar (Antaranews Bali) - PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, memastikan proyek perluasan bandara yang saat ini sedang dikerjakan tidak akan mengganggu arus mudik dan balik Lebaran.
"Kami pastikan tidak mengganggu arus mudik karena kami sampai membangun tol `gate` ada dua proses. Kami juga sudah bangun empat tol `gate` dekat (hotel) Patra," kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi di Kuta, Kabupaten Badung, Rabu.
Menurut dia, pembangunan gerbang akses atau tol `gate` ke bandara tersebut untuk memperlancar keluar masuk kendaraan yang mengangkut calon penumpang.
Dia menjelaskan proyek perluasan tersebut juga tidak mengganggu calon pemudik karena sebagian besar pembangunan infrastruktur dilakukan di kawasan udara atau "air side".
Pengelola bandara saat ini sedang menggenjot pengembangan sejumlah fasilitas untuk mendukung agenda pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Oktober 2018.
Proyek pembangan tersebut ditargetkan rampung Agustus tahun ini sehingga pada Oktober 2018 atau sesaat sebelum pertemuan IMF dan Bank Dunia berlangsung, sejumlah fasilitas tersebut sudah bisa difungsikan.
Pengerjaan apron di sisi barat bandara atau Paket I, kata dia, saat ini baru memasuki sekitar tujuh persen yang dikerjakan oleh kontraktor BUMN Perseroan Terbatas Pembangunan Perumahan (PP) Tbk.
Apron sisi barat bandara itu rencananya mengurug sekitar enam hektare kawasan perairan yang diharapkan dapat menampung sekitar tiga pesawat berbadan besar atau enam pesawat berbadan kecil khususnya dalam jangka pendek untuk mengakomodasi menjelang pertemuan IMF dan Bank Dunia.
"Tanggal 18 Mei, izin pelaksanaan reklamasi sudah keluar. Kami sudah kerjakan itu dan sedang menunggu kapal dari Batam menuju Bali," katanya.
Reklamasi seluas 6 hektare tersebut merupakan tahap awal untuk jangka pendek mengakomodasi tingginya lalu lintas penerbangan menjelang pertemuan keuangan itu dari rencana perluasan apron barat untuk jangka panjang seluas 48 hektare.
Sementara itu untuk Paket II, lanjut Yanus, meliputi pembangunan apron di sisi timur bandara yang saat ini sudah mencapai 40 persen yang dikerjakan kontraktor Nindya Karya.
Untuk Paket III yakni pembangunan gedung VIP I dan II yang dikerjakan oleh kontraktor Amarta Karya (Amka) yang saat ini proses pengerjaannya sudah mencapai 23 persen.
Sejumlah fasilitas lainnya juga direlokasi sebagai imbas pengembangan apron barat dan timur di antaranya pembangunan markas Pangkalan Udara Ngurah Rai dan pembangunan sarana pengelolaan limbah yang menelan anggaran total mencapai Rp2,2 triliun. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami pastikan tidak mengganggu arus mudik karena kami sampai membangun tol `gate` ada dua proses. Kami juga sudah bangun empat tol `gate` dekat (hotel) Patra," kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi di Kuta, Kabupaten Badung, Rabu.
Menurut dia, pembangunan gerbang akses atau tol `gate` ke bandara tersebut untuk memperlancar keluar masuk kendaraan yang mengangkut calon penumpang.
Dia menjelaskan proyek perluasan tersebut juga tidak mengganggu calon pemudik karena sebagian besar pembangunan infrastruktur dilakukan di kawasan udara atau "air side".
Pengelola bandara saat ini sedang menggenjot pengembangan sejumlah fasilitas untuk mendukung agenda pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Oktober 2018.
Proyek pembangan tersebut ditargetkan rampung Agustus tahun ini sehingga pada Oktober 2018 atau sesaat sebelum pertemuan IMF dan Bank Dunia berlangsung, sejumlah fasilitas tersebut sudah bisa difungsikan.
Pengerjaan apron di sisi barat bandara atau Paket I, kata dia, saat ini baru memasuki sekitar tujuh persen yang dikerjakan oleh kontraktor BUMN Perseroan Terbatas Pembangunan Perumahan (PP) Tbk.
Apron sisi barat bandara itu rencananya mengurug sekitar enam hektare kawasan perairan yang diharapkan dapat menampung sekitar tiga pesawat berbadan besar atau enam pesawat berbadan kecil khususnya dalam jangka pendek untuk mengakomodasi menjelang pertemuan IMF dan Bank Dunia.
"Tanggal 18 Mei, izin pelaksanaan reklamasi sudah keluar. Kami sudah kerjakan itu dan sedang menunggu kapal dari Batam menuju Bali," katanya.
Reklamasi seluas 6 hektare tersebut merupakan tahap awal untuk jangka pendek mengakomodasi tingginya lalu lintas penerbangan menjelang pertemuan keuangan itu dari rencana perluasan apron barat untuk jangka panjang seluas 48 hektare.
Sementara itu untuk Paket II, lanjut Yanus, meliputi pembangunan apron di sisi timur bandara yang saat ini sudah mencapai 40 persen yang dikerjakan kontraktor Nindya Karya.
Untuk Paket III yakni pembangunan gedung VIP I dan II yang dikerjakan oleh kontraktor Amarta Karya (Amka) yang saat ini proses pengerjaannya sudah mencapai 23 persen.
Sejumlah fasilitas lainnya juga direlokasi sebagai imbas pengembangan apron barat dan timur di antaranya pembangunan markas Pangkalan Udara Ngurah Rai dan pembangunan sarana pengelolaan limbah yang menelan anggaran total mencapai Rp2,2 triliun. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018