Denpasar (Antaranews Bali) - Bali mengekspor pakaian jadi bukan rajutan paling banyak tujuan ke Amerika Serikat (AS) yakni mencapai 24,45 persen dari total devisa yang dihasilkan sebesar 8,95 juta dolar AS selama bulan Maret 2018.
"Produk yang mempunyai ciri khas hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali, sisanya diserap pasaran Prancis 11,50 persen dan Singapura 10,41 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, selain itu juga diserap pasaran Australia 9,55 persen, Hong Kong 7,97 persen, Spanyol 5,32 persen, Jerman 4,43 persen, China 0,27 persen, Jepang 2,11 persen dan Jerman 1,97 persen.
Sisanya 22,26 persen diserap oleh berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena busana buatan masyarakat Bali dengan rancang bangun yang unik dan menarik serta dikombinasikan manik-manik (mote), dengan harga yang tejangkau.
Pakaian Bali itu juga sangat disenangi wisatawan mancanegara saat menikmati liburan di Pulau Dewata, karena dilengkapi dengan hiasan bordiran dan mote hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin setempat.
Adi Nugroho menambahkan, Bali mengekspor pakaian jadi bukan rajutan sebesar 8,95 juta dolar AS selama bulan Maret 2018, meningkat 1,46 juta dolar AS atau 19,55 persen dibanding bulan sebelumnya (Februari 2018) yang tercatat 7,48 juta dolar AS.
Namun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya perolehan devisa tersebut bertambah 2,005 juta dolar AS atau 28,87 persen, karena Maret 2017 pengapalan pakaian tersebut hanya menghasilkan 6,94 juta dolar AS.
Adi Nugroho menjelaskan, pakaian jadi bukan rajutan tersebut mampu memberikan kontribusi sebesar 15,16 persen dari total nilai ekspor Bali sebesar 59,04 juta dolar AS meningkat 13,78 juta dolar AS atau 30,46 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 45,26 juta dolar AS.
Namun total ekspor Bali tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 7,11 juta dolar AS, atau 13,71 persen, karena bulan Maret 2017 perolehan devisa hanya 51,92 juta dolar AS, ujar Adi Nugroho. (WadY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Produk yang mempunyai ciri khas hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali, sisanya diserap pasaran Prancis 11,50 persen dan Singapura 10,41 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, selain itu juga diserap pasaran Australia 9,55 persen, Hong Kong 7,97 persen, Spanyol 5,32 persen, Jerman 4,43 persen, China 0,27 persen, Jepang 2,11 persen dan Jerman 1,97 persen.
Sisanya 22,26 persen diserap oleh berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena busana buatan masyarakat Bali dengan rancang bangun yang unik dan menarik serta dikombinasikan manik-manik (mote), dengan harga yang tejangkau.
Pakaian Bali itu juga sangat disenangi wisatawan mancanegara saat menikmati liburan di Pulau Dewata, karena dilengkapi dengan hiasan bordiran dan mote hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin setempat.
Adi Nugroho menambahkan, Bali mengekspor pakaian jadi bukan rajutan sebesar 8,95 juta dolar AS selama bulan Maret 2018, meningkat 1,46 juta dolar AS atau 19,55 persen dibanding bulan sebelumnya (Februari 2018) yang tercatat 7,48 juta dolar AS.
Namun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya perolehan devisa tersebut bertambah 2,005 juta dolar AS atau 28,87 persen, karena Maret 2017 pengapalan pakaian tersebut hanya menghasilkan 6,94 juta dolar AS.
Adi Nugroho menjelaskan, pakaian jadi bukan rajutan tersebut mampu memberikan kontribusi sebesar 15,16 persen dari total nilai ekspor Bali sebesar 59,04 juta dolar AS meningkat 13,78 juta dolar AS atau 30,46 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 45,26 juta dolar AS.
Namun total ekspor Bali tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 7,11 juta dolar AS, atau 13,71 persen, karena bulan Maret 2017 perolehan devisa hanya 51,92 juta dolar AS, ujar Adi Nugroho. (WadY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018