Denpasar (Antaranews Bali) - Sejumlah kesenian tradisi Bali dan modern dipadukan para siswa dari SMPN 1 Denpasar dalam memeriahkan ajang gelar seni akhir pekan "Bali Mandara Nawanatya III" di Taman Budaya Denpasar.

"Kami memadukan antara seni dan tradisi, agar tidak kaku dan monoton," kata pembina tari SMPN 1 Denpasar Ni Luh Armini di sela-sela pementasan tersebut di Denpasar, Sabtu malam.

Usia nampaknya tidak menghalangi Armini untuk terus mebimbing anak didiknya. Kecintaannya akan senilah yang membuat wanita paruh baya ini getol menjadi pembina tari di SMP Negeri 1 Denpasar.

"Untuk penampilan kali ini, kami mengemasnya dengan banyak garapan, ada Tari Pradnya Paramita, joged, akustik, vokal grup, dan pop solo," ucap Armini.

Berkesempatan mengisi Nawanatya III juga menjadi agenda tersendiri baginya. Sayang, agenda tersebut tak selaras dengan waktu. "Waktunya berhimpitan dengan kegiatan lainnya seperti ujian nasional, ulangan umum, FLS2N," ujarnya.

Meski terbentur oleh aktivitas anak didiknya yang terbilang padat, namun anak didiknya tetap memiliki daya semangat untuk tampil dengan mantap.

Semangat Armini dan anak didiknya senantiasa mengantarkan SMP Negeri 1 Denpasar sebagai sekolah yang terbilang mumpuni dalam seni. Hal ini terbukti dengan adanya persiapan SPENSA (SMP Negeri 1 Denpasar-red) sebagai delegasi Denpasar menuju tingkat Provinsi Bali dalam bidang tari kreasi.

"Anak-anak memang sudah berada dalam jalurnya masing-masing, jadi saya dan rekan-rekan lainnya hanya membimbing dan mengarahkan," katanya.

SMP Negeri 1 Denpasar yang memilih untuk menggabungkan tradisi dan modernisasi berbanding 180 derajat dengan SMP Negeri 2 Ubud. "Malam ini, kami menampilkan sebuah garapan yang bertajuk Dalem Sidakarya," kata Dian Meika Putra.

Wanita yang menggemari seni ini pun mengaku garapan ini sengaja dipilih sebab sarat akan makna kehidupan.

Dikisahkan Sang Brahmana Walaskya yang tak dianggap oleh keluarga kerajaannya menjadi murka dan memberi kutukan kepada kerajaan tersebut. Sepeninggalnya, benar saja kerjaaan tersebut dilanda berbagai wabah penyakit yang membahayakan.

Dengan kembalinya Sang Brahmana hanya dialah yang bisa memutus kutukan tersebut dan kerajaaan itu kembali pulih seperti sedia kala.

"Atas jasanya itu, Sang Brahmana ini mendapat julukan sebagai Dalem Sidakarya yang memiliki filosofi orang sakti yang berbudi dan baik hati," ucapnya.

Latar belakang yang berbeda dari kedua sekolah menengah tak menjadi sesuatu yang memberatkan bagi para penonton. SMPN 1 Denpasar yang mengusung konsep pentas siswa dan SMPN 2 Ubud yang mengusung drama kental tradisi menjadi pelengkap di malam tradisi yang berbalut modernisasi tersebut. (ed)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018