Nusa Dua (Antaranews Bali) - Menteri Luar Negeri RI Rento Marsudi optimistis konektivitas udara antara Indonesia dengan Ethiopia akan membuka lebih luas pintu kerja sama ekonomi Indonesia dengan Afrika.
"Konektivitas udara ini akan menjadi awal baru. Ini baru satu, kami ingin lebih banyak lagi," kata Menlu Retno Marsudi dalam panel diskusi Forum Indonesia-Afrika (IAF) di BNDCC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa.
Dalam forum IAF yang pertama kalinya digelar tersebut, dilakukan penandatanganan kerja sama bisnis antara GMF AeroAsia, Max Air dan Ethiopian Airlines.
Total ada 10 penandatanganan kerja sama termasuk dari industri penerbangan itu dalam IAF 2018 dengan total nilai kesepakatan mencapai 586,56 juta dolar AS.
Dengan dibukanya "keran" transportasi udara itu maka diharapkan aliran perdagangan kedua pihak akan semakin kencang dan menumbuhkan nilai perdagangan Indonesia-Afrika yang masih terbatas.
Meski nilai perdagangan Indonesia dan Afrika belum terlalu besar namun tumbuh signifikan tahun 2017 yang mencapai sekitar 8 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 15 persen dibandingkan tahun 2016.
Beberapa produk yang diperdagangkan dari Afrika ke Indonesia di antaranya minyak mentah, kapas, bibit cokelat sedangkan Afrika membutuhkan produk yang diimpor dari Indonesia di antaranya kendaraan bermotor dan minyak sawit hingga produk mi instan. "Indonesia ingin menjadi bagian pembangunan di Afrika dan Indonesia ingin Afrika menjadi bagian pembangunan di Indonesia," kata Retno dalam sambutannya.
Dalam IAF tersebut juga digelar pameran yang menampilkan produk dari BUMN Indonesia dan sektor swasta yang mempertemukan dengan kalangan dari Afrika.
Forum tersebut dihadiri sekitar 500 orang delegasi yang terdiri dari pemerintah, pelaku bisnis dan pemangku kepentingan lainnya baik dari Afrika dan Indonesia.
(ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Konektivitas udara ini akan menjadi awal baru. Ini baru satu, kami ingin lebih banyak lagi," kata Menlu Retno Marsudi dalam panel diskusi Forum Indonesia-Afrika (IAF) di BNDCC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa.
Dalam forum IAF yang pertama kalinya digelar tersebut, dilakukan penandatanganan kerja sama bisnis antara GMF AeroAsia, Max Air dan Ethiopian Airlines.
Total ada 10 penandatanganan kerja sama termasuk dari industri penerbangan itu dalam IAF 2018 dengan total nilai kesepakatan mencapai 586,56 juta dolar AS.
Dengan dibukanya "keran" transportasi udara itu maka diharapkan aliran perdagangan kedua pihak akan semakin kencang dan menumbuhkan nilai perdagangan Indonesia-Afrika yang masih terbatas.
Meski nilai perdagangan Indonesia dan Afrika belum terlalu besar namun tumbuh signifikan tahun 2017 yang mencapai sekitar 8 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 15 persen dibandingkan tahun 2016.
Beberapa produk yang diperdagangkan dari Afrika ke Indonesia di antaranya minyak mentah, kapas, bibit cokelat sedangkan Afrika membutuhkan produk yang diimpor dari Indonesia di antaranya kendaraan bermotor dan minyak sawit hingga produk mi instan. "Indonesia ingin menjadi bagian pembangunan di Afrika dan Indonesia ingin Afrika menjadi bagian pembangunan di Indonesia," kata Retno dalam sambutannya.
Dalam IAF tersebut juga digelar pameran yang menampilkan produk dari BUMN Indonesia dan sektor swasta yang mempertemukan dengan kalangan dari Afrika.
Forum tersebut dihadiri sekitar 500 orang delegasi yang terdiri dari pemerintah, pelaku bisnis dan pemangku kepentingan lainnya baik dari Afrika dan Indonesia.
(ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018