Denpasar (Antaranews Bali) - Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali Tjokorda Istri Agung Kusuma Wardhani memantau pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer di SMAN 1 Denpasar dan SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar.
"Pada dua sekolah tersebut pelaksanaannya lancar untuk sesi pertama dan semua anak-anak hadir," kata TIA Kusuma Wardhani, di Denpasar, Senin.
Menurut dia, semua SMA di delapan kabupaten/kota di Bali (di luar Kabupaten Karangasem) yakni 178 SMA (29.376 siswa) menerapkan UNBK, hanya enam SMA (788 siswa) di Kabupaten Karangasem yang masih melaksanakan Ujian Nasional berbasis Kertas Pensil (UNKP).
"Hal mendasar yang diharapkan Kemendikbud dengan pelaksanaan UNBK ini adalah untuk menghadirkan pendidikan yang berintegritas, baik pihak sekolah maupun para siswanya. Anak-anak didik yang diharapkan adalah yang adil, jujur, dan bertanggung jawab atau dengan kata lain anak-anak yang penuh dengan kemuliaan.
Selain itu, ucap TIA, dengan UNBK, dari sisi waktu pemeriksaan lebih cepat, materi yang diperlukan lebih hemat dan yang terpenting tidak mungkin bisa kerja sama.
Bagi sekolah-sekolah yang keterbatasan sarana komputer, ujar TIA, dapat memanfaatkan komputer di sekolah lainnya. Misalnya untuk kali ini karena UN jenjang SMA, maka pihak SMA dapat meminjam di SMK maupun SMP lainnya, demikian pula sebaliknya.
"Sedangkan SMA dan SMK di Kabupaten Karangasem tidak bisa melaksanakan UNBK, karena data kompilasi SMA dan SMK sudah harus diserahkan Desember 2017 ke Kemendikbud. Soal-soal untuk UNKP juga sudah didistribusikan ke Karangasem beberapa hari lalu," ucapnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Denpasar I Made Ridha SPd, MPd mengatakan UNBK di sekolah setempat diikuti oleh 487 siswa yang berasal dari Jurusan IPA dan IPS. Pelaksanaan UNBK dibagi menjadi tiga sesi, yang dilangsungkan di lima ruang kelas.
Pihak sekolah menyiapkan 175 komputer dan enam server untuk pelaksanaan UNBK 2018. UN tahun ini merupakan kali ketiganya SMAN 1 Denpasar (Smansa) menggelar Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Kalau pada tahun-tahun sebelumnya pihak Smansa sampai menyewa komputer, untuk tahun ini sebanyak 175 komputer merupakan milik sekolah. "Ke depan, komputer ini bisa digunakan untuk penerapan E-learning dan mengadakan ulangan umum memakai komputer," ucapnya.
Pada pelaksanaan UNBK sesi pertama hari ini, kata Ridha, ada keterlambatan sekitar 15 menit datangnya token (kode-kode pusat) untuk bisa terkoneksi dan itu terjadi untuk semua SMA di Bali berdasarkan hasil komunikasinya dengan sejumlah kepala SMA lainnya.
Sedangkan Kepala SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar I Made Budiadnyana mengatakan pihaknya harus menyewa sebanyak 192 laptop dari tempat persewaan di Bandung, Jawa Barat untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan UNBK yang diikuti 482 siswa dari jurusan IPA dan IPS yang terbagi dalam tiga sesi.
Pihaknya sudah jauh-jauh hari berkomunikasi dengan orang tua siswa terkait pembiayaan sarana komputer untuk mendukung pelaksanaan UNBK, karena pihak sekolah hanya memiliki 40 komputer.
Meskipun untuk pelaksanaan UNBK, pihaknya harus menyewa semua laptop, tak lantas membuatnya memilih UNKP. "Kita harus dukung program pemerintah, karena banyak positifnya, meskipun Ujian Nasional tidak lagi sebagai penentu kelulusan," ucapnya.
Budiadnyana berharap ke depannya dana Bantuan Operasional Sekolah agar dapat dimanfaatkan untuk pembelian komputer bagi sekolah-sekolah swasta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Pada dua sekolah tersebut pelaksanaannya lancar untuk sesi pertama dan semua anak-anak hadir," kata TIA Kusuma Wardhani, di Denpasar, Senin.
Menurut dia, semua SMA di delapan kabupaten/kota di Bali (di luar Kabupaten Karangasem) yakni 178 SMA (29.376 siswa) menerapkan UNBK, hanya enam SMA (788 siswa) di Kabupaten Karangasem yang masih melaksanakan Ujian Nasional berbasis Kertas Pensil (UNKP).
"Hal mendasar yang diharapkan Kemendikbud dengan pelaksanaan UNBK ini adalah untuk menghadirkan pendidikan yang berintegritas, baik pihak sekolah maupun para siswanya. Anak-anak didik yang diharapkan adalah yang adil, jujur, dan bertanggung jawab atau dengan kata lain anak-anak yang penuh dengan kemuliaan.
Selain itu, ucap TIA, dengan UNBK, dari sisi waktu pemeriksaan lebih cepat, materi yang diperlukan lebih hemat dan yang terpenting tidak mungkin bisa kerja sama.
Bagi sekolah-sekolah yang keterbatasan sarana komputer, ujar TIA, dapat memanfaatkan komputer di sekolah lainnya. Misalnya untuk kali ini karena UN jenjang SMA, maka pihak SMA dapat meminjam di SMK maupun SMP lainnya, demikian pula sebaliknya.
"Sedangkan SMA dan SMK di Kabupaten Karangasem tidak bisa melaksanakan UNBK, karena data kompilasi SMA dan SMK sudah harus diserahkan Desember 2017 ke Kemendikbud. Soal-soal untuk UNKP juga sudah didistribusikan ke Karangasem beberapa hari lalu," ucapnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Denpasar I Made Ridha SPd, MPd mengatakan UNBK di sekolah setempat diikuti oleh 487 siswa yang berasal dari Jurusan IPA dan IPS. Pelaksanaan UNBK dibagi menjadi tiga sesi, yang dilangsungkan di lima ruang kelas.
Pihak sekolah menyiapkan 175 komputer dan enam server untuk pelaksanaan UNBK 2018. UN tahun ini merupakan kali ketiganya SMAN 1 Denpasar (Smansa) menggelar Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Kalau pada tahun-tahun sebelumnya pihak Smansa sampai menyewa komputer, untuk tahun ini sebanyak 175 komputer merupakan milik sekolah. "Ke depan, komputer ini bisa digunakan untuk penerapan E-learning dan mengadakan ulangan umum memakai komputer," ucapnya.
Pada pelaksanaan UNBK sesi pertama hari ini, kata Ridha, ada keterlambatan sekitar 15 menit datangnya token (kode-kode pusat) untuk bisa terkoneksi dan itu terjadi untuk semua SMA di Bali berdasarkan hasil komunikasinya dengan sejumlah kepala SMA lainnya.
Sedangkan Kepala SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar I Made Budiadnyana mengatakan pihaknya harus menyewa sebanyak 192 laptop dari tempat persewaan di Bandung, Jawa Barat untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan UNBK yang diikuti 482 siswa dari jurusan IPA dan IPS yang terbagi dalam tiga sesi.
Pihaknya sudah jauh-jauh hari berkomunikasi dengan orang tua siswa terkait pembiayaan sarana komputer untuk mendukung pelaksanaan UNBK, karena pihak sekolah hanya memiliki 40 komputer.
Meskipun untuk pelaksanaan UNBK, pihaknya harus menyewa semua laptop, tak lantas membuatnya memilih UNKP. "Kita harus dukung program pemerintah, karena banyak positifnya, meskipun Ujian Nasional tidak lagi sebagai penentu kelulusan," ucapnya.
Budiadnyana berharap ke depannya dana Bantuan Operasional Sekolah agar dapat dimanfaatkan untuk pembelian komputer bagi sekolah-sekolah swasta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018