Denpasar (Antaranews Bali) - Akademisi dan peneliti dari Universitas Ngurah Rai Denpasar I Gusti Ayu Diah Yuniti mengajak petani jeruk untuk lebih "bersahabat" dengan penyakit CVPD, sehingga dapat mengambil upaya tepat untuk menanggulanginya.

"Dengan adanya penelitian yang saya lakukan ini, ternyata CVPD sampai saat ini belum bisa ditanggulangi sampai tuntas. Namun, paling tidak petani bisa `bersahabat` dengan CVPD atau dengan kata lain harus tahu bagaimana upaya pengendaliaannya hingga melakukan pembibitan yang bebas CVPD," kata Diah Yuniti setelah mengikuti Ujian Terbuka Program Studi Doktor Ilmu Pertanian Universitas Udayana, di Denpasar, Jumat.

Diah Yuniti menambahkan, dengan petani jeruk "bersahabat" dengan penyakit CVPD, maka tanaman jeruk yang sudah terinfeksi ataupun tidak dengan CVPD, paling tidak sekitar 10 tahun harus diganti dengan tanaman baru.

"Penyakit CVPD yang disebabkan oleh bakteri Liberibacter asiaticum itu, sampai saat ini masih menjadi momok bagi petani jeruk. Dari penelitian yang saya lakukan, hampir semua daerah pertanian jeruk di seluruh Bali, pernah terserang CVPD," ucapnya yang juga mantan anggota KPU Kota Denpasar itu.

Bahkan, lanjut Diah Yuniti, jika dilihat ke belakang yakni sekitar tahun 1976, jeruk Tejakula dari Kabupaten Buleleng yang begitu terkenal sampai punah karena serangan penyakit CVPD.

"Dari sejumlah daerah penelitian yang saya ambil sampelnya, untuk waktu belakangan ini daerah pertanian jeruk di Payangan, Kabupaten Gianyar, memang tidak semuanya pernah terserang CVPD. Tetapi di Kintamani, Bangli yang terkenal dengan daerah pertanian jeruk, juga tidak luput dari serangan CVPD," ucapnya.

Melalui penelitian yang dilakukan, yang kemudian tertuang dalam disertasi berjudul "Polimerfisme Fragmen DNA CVPDr pada Beberapa Jenis Tanaman Jeruk di Bali" itu, Diah Yuniti menemukan bahwa tanaman jeruk mempunyai gen ketahanan dari CVPD yang disebut dengan fragmen DNA CVPDr.

"Meskipun memiliki gen ketahanan, tanaman jeruk juga tetap bisa terserang CVPD karena di sana ada polimorfisme. Polimorfisme fragmen DNA CVPDr dan filogenetiknya dapat mengelompokkan jenis tanaman jeruk ke dalam kelompok yang relatif tahan, yang peka dan sangat peka terhadap penyakit CVPD," ujarnya.

Diah Yuniti mengaku sudah melakukan penelitian mengenai penyakit CVPD tersebut sejak 2002, karena ketika menempuh jenjang pendidikan S2 juga mengangkat mengenai CVPD.

Menurut dia, jika tidak terserang penyakit CVPD, tanaman jeruk bisa berbuah antara 4-6 kali, baru tanaman diganti. Namun, dengan serangan CVPD, tanaman jeruk hanya bisa berbuah sekali dan setelah itu akan mati.

"Buah jeruk yang terserang CVPD, kadar airnya rendah, vitamin C-nya berkurang dan buahnya akan lembek atau bahkan keras," kata Diah Yuniti yang juga anggota LSM Bali Sruti itu.

Pada ujian terbuka promosi doktor (S3) Ilmu Pertanian Unud yang tim pengujinya diketuai oleh Prof Ir I Made Anom Sutrisna Wijaya itu, disertasi Diah Yuniti mendapat penilaian Dengan Pujian. (WDY)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018