Denpasar (Antaranews Bali)) - Pemerintah Provinsi Bali memprediksi perekonomian daerah setempat pada 2018 akan tumbuh pada kisaran 6 sampai 6,4 persen, sebagai dampak dari pelaksanaan pertemuan IMF dan World Bank pada Oktober mendatang di Pulau Dewata.

"Kalau tahun 2017, kita sempat mengalami perlambatan, maka perekonomian Bali tahun ini akan membaik dan diperkirakan tumbuh sebesar 6-6,4 persen," kata Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Bali Nengah Laba saat berbicara di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), di Denpasar, Minggu.

Menurut dia, pada 2017 perekonomian Bali mengalami perlambatan akibat erupsi Gunung Agung. Saat itu, perekonomian Bali yang ditopang sektor pariwisata sangat terpengaruh dengan erupsi Gunung Agung.

"Erupsi Gunung Agung menurunkan kunjungan wisatawan dan berpengaruh terhadap perekonomian Bali secara keseluruhan," ujarnya.

Pada 2017 ekonomi Bali tumbuh sebesar 5,59 persen, lebih rendah daripada tahun 2016 sebesar 6,32 persen. Perlambatan ini terjadi karena konsumsi rumah tangga menurun akibat daya beli yang rendah.

Selain itu tersendatnya bahan bangunan juga berpengaruh terhadap perekonomian. Di samping tahun lalu juga terjadi peningkatan inflasi dari 2,69 menjadi 3,32 persen. Ini terjadi karena adanya kenaikan tarif dasar listrik.

Namun untuk 2018, Laba optimistis pertumbuhan ekonomi Bali akan membaik. Salah satunya karena akan dilaksanakannya pertemuan IMF-World Bank pada bulan Oktober yang akan dihadiri sekitar 15 ribu delegasi dari 189 negara.

"Ini tentunya jika kita menjaga keamanan Bali dan ikut berpartisipasi serta terlibat dalam kegiatan ini," ucapnya.

Terkait dengan ketergantungan Bali terhadap pariwisata, Laba mengajak untuk mulai mempertimbangkan sektor-sektor perekonomian baru, khususnya yang berorientasi ekspor.

Sementara itu, mahasiswi Universitas Dwijendra Ni Made Mita Septiani yang berorasi di PB3AS menyampaikan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. (WDY)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018