Denpasar (Antaranews Bali) - Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengingatkan masyarakat di daerah itu mengenai bahaya tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit menular, sulit diberantas dan jumlah kasusnya di Pulau Dewata cukup tinggi.
"Kita semua berpotensi tertular, siapapun dia. Maka dari itulah dalam momentum ini kami mengingatkan bahayanya tuberkulosis ini, sehingga kita bisa mengobati penderita dan menemukan kasus yang belum ditemukan," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya disela-sela peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, banyak kasus yang belum ditemukan, kendalanya adalah seringkali pasien dengan gejala ringan tetapi tidak mau berobat. Dari aspek pelayanan, banyak tenaga kesehatan tidak menyadari penderita yang datang merupakan kasus-kasus tuberkulosis.
Dia menambahkan, penyakit tuberkulosis dapat dicegah dengan perilaku hidup bersih dan sehat, mengupayakan diri kita tetap sehat dengan cara mengecek kesehatan secara teratur, jangan merokok, rajin berolahraga dan makan dengan gizi yang sehat dan istirahat yang cukup serta mengendalikan stres.
Kebersihan lingkungan juga berperan penting dalam pencegahan, seperti ventilasi rumah dan cukup sinar matahari yang masuk. "Sekali lagi, tuberkulosis ini bisa disembuhkan dengan berobat yang teratur. Kita terus berupaya menemukan kasus dan mengobati sampai tuntas," ujar Suarjaya.
Data estimasi jumlah kasus tuberkulosis di Bali mencapai 13.000 dan baru ditemukan 12 persen dari kasus itu, sehingga masih sekitar 10.000 kasus yang belum ditemukan yang berpotensi menularkan ke orang lain. Dengan target menemukan 75-90 persen kasus tuberkulosis, diharapkan pada tahun 2030 kasus tuberkulosis akan tuntas.
Suarjaya berpesan, masyarakat diminta tidak mendeskriminasi atau menjauhi penderita tuberkulosis, namun harus mengobati dan menghindari kemungkinan penularan, dengan penderita tidak batuk sembarangan melainkan menggunakan penutup mulut.
"Penularan tuberkulosis dimungkinkan melalui batuk, bersin-bersin dan dari ludah atau dahak penderita. Dengan perilaku hidup yang sehat kita bisa menghindari tuberkulosis ini," ucapnya.
Pada peringatan Hari Tuberkulosis se-Dunia ini juga dilaksanakan deklarasi Gerakan Masyarakat Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis melalui aksi "Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh (TOSS)".
Gerakan Masyarakat Menuju lndonesia Bebas Tuberkulosis bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan pemangku kebijakan dalam mendukung program penanggulangan tuberkulosis serta menempatkan tuberkulosis sebagai isu utama di semua sektor masyarakat.
Selain itu, penyebarluasan informasi tentang tuberkulosis kepada masyarakat akan meningkatkan pengetahuan dan kepedulian untuk mencegah penularan tuberkulosis yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga.
Untuk tingkat Provinsi Bali, Hari Tuberkulosis dimeriahkan dengan senam kesegaran jasmani dilanjutkan pelepasan balon oleh Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Bali IB Ngurah Arda bertempat di Lapangan Puputan Margarana Denpasar itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kita semua berpotensi tertular, siapapun dia. Maka dari itulah dalam momentum ini kami mengingatkan bahayanya tuberkulosis ini, sehingga kita bisa mengobati penderita dan menemukan kasus yang belum ditemukan," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya disela-sela peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, banyak kasus yang belum ditemukan, kendalanya adalah seringkali pasien dengan gejala ringan tetapi tidak mau berobat. Dari aspek pelayanan, banyak tenaga kesehatan tidak menyadari penderita yang datang merupakan kasus-kasus tuberkulosis.
Dia menambahkan, penyakit tuberkulosis dapat dicegah dengan perilaku hidup bersih dan sehat, mengupayakan diri kita tetap sehat dengan cara mengecek kesehatan secara teratur, jangan merokok, rajin berolahraga dan makan dengan gizi yang sehat dan istirahat yang cukup serta mengendalikan stres.
Kebersihan lingkungan juga berperan penting dalam pencegahan, seperti ventilasi rumah dan cukup sinar matahari yang masuk. "Sekali lagi, tuberkulosis ini bisa disembuhkan dengan berobat yang teratur. Kita terus berupaya menemukan kasus dan mengobati sampai tuntas," ujar Suarjaya.
Data estimasi jumlah kasus tuberkulosis di Bali mencapai 13.000 dan baru ditemukan 12 persen dari kasus itu, sehingga masih sekitar 10.000 kasus yang belum ditemukan yang berpotensi menularkan ke orang lain. Dengan target menemukan 75-90 persen kasus tuberkulosis, diharapkan pada tahun 2030 kasus tuberkulosis akan tuntas.
Suarjaya berpesan, masyarakat diminta tidak mendeskriminasi atau menjauhi penderita tuberkulosis, namun harus mengobati dan menghindari kemungkinan penularan, dengan penderita tidak batuk sembarangan melainkan menggunakan penutup mulut.
"Penularan tuberkulosis dimungkinkan melalui batuk, bersin-bersin dan dari ludah atau dahak penderita. Dengan perilaku hidup yang sehat kita bisa menghindari tuberkulosis ini," ucapnya.
Pada peringatan Hari Tuberkulosis se-Dunia ini juga dilaksanakan deklarasi Gerakan Masyarakat Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis melalui aksi "Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh (TOSS)".
Gerakan Masyarakat Menuju lndonesia Bebas Tuberkulosis bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan pemangku kebijakan dalam mendukung program penanggulangan tuberkulosis serta menempatkan tuberkulosis sebagai isu utama di semua sektor masyarakat.
Selain itu, penyebarluasan informasi tentang tuberkulosis kepada masyarakat akan meningkatkan pengetahuan dan kepedulian untuk mencegah penularan tuberkulosis yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga.
Untuk tingkat Provinsi Bali, Hari Tuberkulosis dimeriahkan dengan senam kesegaran jasmani dilanjutkan pelepasan balon oleh Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Bali IB Ngurah Arda bertempat di Lapangan Puputan Margarana Denpasar itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018